tag:blogger.com,1999:blog-83980327046373854562024-03-19T15:48:46.611+07:00Diary Teacher KederEdot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.comBlogger386125tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-53379126601218127252024-03-17T10:47:00.001+07:002024-03-17T10:47:13.115+07:00Perkara Pin Google Adsense yang Nggak Datang-Datang<p style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; text-align: justify; white-space-collapse: preserve;"></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; text-align: justify; white-space-collapse: preserve;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSKn9mJ0kvfKY37RegtxcKKgNGC7zOaVnGGV4jxR6yNNYIWbbEzSi3U4RSNuHZeU4w47zjXDWTFzx2pza_BehcdHgXT3iHKTqFdax33V2JA2jelDUfFd8RJTjPhL9WpcRH0ILPQeawQ9b71I14Gbp0MxpDFdE5fLdk4tBeQEN6qQpMczjQemhC5laF8GHj/s1920/kalau%20pin%20google%20adsense%20nggak%20datang%20datang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="pin google adsenses nggak datang-datang" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSKn9mJ0kvfKY37RegtxcKKgNGC7zOaVnGGV4jxR6yNNYIWbbEzSi3U4RSNuHZeU4w47zjXDWTFzx2pza_BehcdHgXT3iHKTqFdax33V2JA2jelDUfFd8RJTjPhL9WpcRH0ILPQeawQ9b71I14Gbp0MxpDFdE5fLdk4tBeQEN6qQpMczjQemhC5laF8GHj/s16000/kalau%20pin%20google%20adsense%20nggak%20datang%20datang.jpg" title="pin google adsenses nggak datang-datang" /></a></span></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; text-align: justify; white-space-collapse: preserve;"> </span></span><p></p><span id="docs-internal-guid-2a2c8439-7fff-7297-179c-739b1f7e41b6"><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Udah hampir dua bulan saya nungguin kurir POS dateng ke rumah bawa paketan, tapi yang ditunggu-tunggu nggak nongol-nongol juga. Memang isinya bukan barang berharga, cuma selembar kertas, tapi rasanya nggak sabar banget nungguin selembar kertas ini datang.</span></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Penantian selembar kertas ini berawal dari sekitar setahun yang lalu, ketika di sekolah sedang ada kegiatan peringatan isra mi’raj. Masing-masing kelas diberi kesempatan untuk menampilkan kreativitasnya di panggung yang sangat sederhana.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Siswa saya, kelas enam, saya beri kebebasan penuh untuk menentukan penampilannya sendiri. Terserah mau menampilkan apa, entah itu tarian, nyanyian atau ritual pemanggilan arwah, bebas. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Ya, mungkin lebih tepatnya, seandainya saya berperan pun, saya nggak bisa berkontribusi banyak karena skill saya terlalu alakadarnya buat ngelatih anak-anak. Setelah berdiskusi, anak perempuan menentukan pilihannya dengan menampilkan tarian islami <i>Rahmatan Lil Alamin</i> milik Maher Zein. Yang laki-laki, tampil nyanyi Ya Maulana dengan ekspektasi seadanya. Setelahnya, saya hanya memfasilitasi laptop, sound dan proyektor di kelas untuk mereka latihan mandiri.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Hari H penampilan, anak-anak cewek kelas enam siap tampil dengan busana serba hitamnya. Pemilihan serba hitam ini nggak ada maksud filosofi apa-apa, cuma karena memang warna ini yang paling gampang dicari, jadi mereka nggak perlu berburu kostum mahal yang mesti ngeluarin biaya lagi.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Penampilan mereka hari itu sempat diawali dengan kendala teknis musik tiba-tiba mati di tengah penampilan, anak-anak sempat pada badmood bahkan ada yang sampai nangis karena malu diketawain siswa lain, atau mungkin juga karena mereka kecewa udah latihan serius tapi malah penampilannya di-cut.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya mendekati kumpulan anak cewek yang sebagian udah pada masuk masa pubertas ini dengan mengatakan kalau penampilannya nanti diulang lagi, jadi jangan sampai pas nanti tampil wajahnya keliatan pada cemberut gara-gara habis nangis.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Akhirnya mereka pun tampil dengan sedikit tidak kompak.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Lalu, untuk mendokumentasikan penampilan dari anak-anak satu SD. Saya mengunggahnya ke Youtube dengan membuat <i>channel</i> baru, biar lebih mudah dibagikan ke orangtua siswa di tiap kelas dengan hanya meng-<i>copy link</i>-nya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Hari demi hari berlalu, saya iseng-iseng ngecek video penampilan anak-anak di peringatan isra mi’raj kemarin. Dan saya dibuat kaget dengan jumlah penonton pada video anak cewek kelas enam kemarin, belum ada seminggu yang nonton udah ribuan.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Hari-hari berikutnya, saya jadi rajin ngecek perkembangan jumlah penonton pada video ini yang semakin nggak masuk akal. Jumlah views-nya naik begitu cepat, dari seribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu sampai seterusnya. <i>Subscriber </i>ikutan melesat dengan cepat. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya yang tadinya nggak berekspektasi apa-apa jadi mulai mikir, “Wah, kayaknya bisa monetisasi nih.”</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Syarat 4.000 jam tayang dan 1.000<i> subscriber</i> langsung tercapai dalam waktu kurang dari sebulan. Benar-benar luar biasa. Padahal video yang penontonnya meledak ini, nggak saya setting macem-macem. Nggak ada deskripsi panjang,<i> hashtag</i>, kategori, ataupun tag khusus pada videonya. Ini memang beneran meledak tanpa disangka-sangka.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya langsung mengajukan proses monetisasi dan beberapa hari kemudian, langsung disetujui sama Youtube. Saya udah pede banget berpikir, setelah ini saya bisa jadi Youtuber yang tiap bulan gajian gede dari Youtube. Namun kenyatannya, setelah bisa monetisasi, perjuangan yang lebih berat dimulai dari sini.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Meskipun video tarian anak-anak meledak, saya nggak dapat sepeserpun karena video ini kena hak cipta pakai lagunya Maher Zein. Saya mulai mencoba bikin konten lainnya, ngomongin pelajaran, ngomongin sejarah, tapi pada video-video ini jumlah penontonnya bikin miris. Cuma ratusan, jarang sampe seribuan, bahkan ada yang cuma puluhan.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Banyak yang bilang, proses setelah monetisasi ini emang berat banget untuk mengejar 10 dollar pertama biar dapat pin dari <i>Google Adsense</i> untuk verifikasi alamat.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Akhirnya setelah setahun lebih dengan semangat bikin konten yang mulai menyusut karena jumlah penontonnya segitu-segitu aja. Channel youtube yang nggak sengaja meledak itu akhirnya bisa dapat 10 dollar pertama. Saya segera mengajukan pengiriman pin <i>Google Adsense</i> ke alamat rumah saya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Hasilnya, seperti di paragraf pertama postingan ini. Dua bulan lamanya saya menunggu kurir POS datang ke rumah, tapi hasilnya nihil. Padahal saya udah antusias banget, walaupun penghasilannya cuma ratusan ribu dan belum bisa dicairkan, tapi ini udah pencapaian banget buat saya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya mencoba <i>browsing</i> sana sini buat nyari tau info pin Google Adsense yang nggak sampai-sampai dan ternyata nggak cuma saya yang ngalamin hal kayak gini. Ada yang bilang, kalau nggak sampai-sampai, samperin aja langsung ke kantor posnya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya tetap mencoba <i>positif thinking</i> dan bersabar nungguin kurir pos dateng ke rumah, sampai akhirnya karena penasaran saya datang juga ke kantor pos buat nanyain pin google adsense atas nama saya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Setelah bertemu dengan salah satu petugasnya dan menanyakan nama serta alamat lengkap. Petugas ini mulai klak klik komputer di depannya, dan dengan santainya mengatakan kalau di kantor pos belum ada kiriman pin google adsense atas nama saya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Merasa udah lumayan lama nggak ada kejelasan, saya mulai curhat kalau ini kiriman udah dua bulan lebih dan saya minta coba dicek lagi. Petugas ini pun mengiyakan dan masuk lagi ke dalam nanyain kurir yang tugasnya di wilayah saya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Beberapa saat kemudian, petugas ini keluar lagi dengan membawa selembar amplop yang udah saya nanti-nantikan cukup lama. Yah.. setelah dicurhatin, petugas yang tadinya mager ini akhirnya mau gerak dan nyariin amplop saya yang entah dari kapan sebenarnya udah dateng di kantor pos, tapi emang nggak dianterin-dianterin ke alamat saya.</span></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG_4-vuwX_z1HotK97oPhC0UjGyrFS-gkt_9h6qd2sfzbeNOFbBjifWANLrZvQnG98aihdy6Ye0doll2I0pPMFid6mDB8U7SS1ivE8w2tnVvwHozm_gYsTP9NRtURlqlF-J0VfPGTb6mK-pd7VaxmQmktlMIkAyCMMITozkhmU2gdoREft0pGyJuIRDLyl/s4624/20240201_160424.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="pin google adsenses nggak datang-datang" border="0" data-original-height="3468" data-original-width="4624" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG_4-vuwX_z1HotK97oPhC0UjGyrFS-gkt_9h6qd2sfzbeNOFbBjifWANLrZvQnG98aihdy6Ye0doll2I0pPMFid6mDB8U7SS1ivE8w2tnVvwHozm_gYsTP9NRtURlqlF-J0VfPGTb6mK-pd7VaxmQmktlMIkAyCMMITozkhmU2gdoREft0pGyJuIRDLyl/s16000/20240201_160424.jpg" title="pin google adsenses nggak datang-datang" /></a></span></div><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><br /></span><p></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Pin <i>Google Adsense</i> ini akhirnya sampai di tangan saya. Sementara video tarian <i>Rahmatan Lil Alamin</i> yang awalnya iseng-iseng di<i>-upload</i> itu, jumlah penontonnya masih terus bertambah, sampai postingan ini tayang udah 3 juta lebih penontonnya. </span></span></p><div><span face="Arial, sans-serif" style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><br /></span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-75617599982230794092024-03-05T07:45:00.006+07:002024-03-05T12:35:05.798+07:00Ketika Mendadak Campursari<p><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRYDx3MQrPL2xqxT_9bnKseq0m25FDJrHtfmcHygLJu3f-0qmZBXz3mSAOpEFoQN3Ni8pNbnhIeqqQMREJGmSrUkC76OGqH2KJrVKk7YSFEeyfXcX_JLuu7-q-hTKzOW8Bva9g0iNksv8hLRhgjv7s1m02OugnU9ryAmaaJJsJhchMNC2VuxvygLI6tAeh/s1920/betapa%20enaknya%20musik%20campursari%20(1).jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRYDx3MQrPL2xqxT_9bnKseq0m25FDJrHtfmcHygLJu3f-0qmZBXz3mSAOpEFoQN3Ni8pNbnhIeqqQMREJGmSrUkC76OGqH2KJrVKk7YSFEeyfXcX_JLuu7-q-hTKzOW8Bva9g0iNksv8hLRhgjv7s1m02OugnU9ryAmaaJJsJhchMNC2VuxvygLI6tAeh/s16000/betapa%20enaknya%20musik%20campursari%20(1).jpg" /></a></span></div><p></p><p><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; text-align: justify; white-space-collapse: preserve;">Setelah lulus kuliah di akhir tahun 2013, saya pernah dihadapkan dengan kegalauan, apa yang selanjutnya akan saya lakukan?</span></span></p><span id="docs-internal-guid-b836fbde-7fff-18da-7340-98f0438aea2b"><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Menggunakan ijazah yang didapat dari menjadi beban orangtua selama empat tahun dengan menjadi guru SD yang honornya sesedih dengerin lagu gugur bunga malem-malem sendirian di kamar. Atau mencoba hal lain yang nggak ada hubungannya dengan ngajar-mengajar.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Merasa nggak mau kembali menjadi beban orangtua yang setelah lulus cuma rebahan di rumah, saya menerima tawaran menjadi penyiar radio meskipun nggak punya skill jadi penyiar sama sekali, dan radio yang mau-maunya menerima seorang penyiar radio yang tanpa skill sama sekali tentu saja bukan radio kelas atas yang siarannya bisa didengerin via<i> streaming </i>ke seluruh penjuru Indonesia.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Dengan skill yang masih nol waktu pertama masuk. Saya harus banyak belajar sebelum terjun ke dunia siaran sendirian di depan microphone yang kelak suaranya bisa didengerin siapa pun di seluruh penjuru kota. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Awal-awal kerja, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk latihan siaran sendirian di ruang rekaman dan direkam, lalu didengerin sendiri, yang ternyata itu sangat menyiksa. Gaya siaran saya bener-bener datar banget nggak ada empuk-empuknya sama sekali.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Selanjutnya saya latihan bikin skrip, mencoba menyusun kalimat pembuka, menyapa pendengar yang nggak terlalu dibuat-buat, lalu mengajak gabung pendengar buat kirim-kirim salam.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Begitu skrip udah jadi dan dibaca ulang, hasilnya nggak ada menarik-menariknya. Selama seminggu, saya berusaha untuk bisa cepat menguasai hal-hal tentang siaran. Saya mencoba<i> streaming </i>radio-radio papan atas dan dengerin gaya siaran para penyiar radio papan atas biar tau gimana cara ngomong yang lancar dan enak didengerin.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Sampai pada akhirnya, satu minggu berikutnya. Mau nggak mau, atau lebih tepatnya tuntutan dunia kerja, saya udah harus siap siaran… sendirian.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Hasil latihan saya selama ini harus diaplikasikan ke sebuah acara… terminal campursari.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Rasanya sungguh sangat wadaw sekali, berhari-hari latihan ngomong sendirian, bikin skrip, ngutak atik mixer di ruang siaran, dengerin penyiar gaul dari radio-radio ternama. Endingnya saya diminta debut siaran sendirian di acara campursari yang harus ngomong pakai bahasa kromo inggil atau ya… bahasa jawa halus.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Siaran pakai bahasa indonesia aja belum tentu saya lancar, ini ‘dipaksa’ pakai bahasa kromo alus. Sepertinya itu adalah momen saya pengen nangis untuk pertama kalinya setelah lulus kuliah.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Siaran pertama saya waktu itu sangat mudah ditebak: ngomong belibet, panik naik turunin mixer radio, waktu siaran yang kepanjangan karena nggak bisa memanajemen waktu.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Hari-hari berikutnya, meskipun siaran saya berpotensi bikin telinga pendengar bernanah. Jam siaran saya semakin ditambah, yang tadinya acara campursari cuma sejam, besoknya ditambah siaran sejam lagi di musik J-Pop, lalu acara anak muda yang jadi andalan radio ini setiap sore dengan muterin lagu-lagu pop indonesia terbaru.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Satu hal yang saya syukuri dari siaran di acara terminal campursari adalah para pendengarnya nggak ada yang terang-terangan menghujat saya waktu siaran. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang kirim SMS dan telfon langsung buat request lagu, orangnya selow-selow. Sepertinya telinga mereka belum benar-benar bernanah mendengar suara saya. Mungkin sehari dua hari lagi.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Beda ketika saya dapat jadwal siaran di acara musik dangdut yang penggemarnya militan. Sering banget saya dapat SMS dari pendengar yang mencibir, meremehkan bahkan ngatain. Bahkan di sesi greeting online, ketika pendengar telepon langsung ke radio dan suaranya juga bisa didengar di radio, ada yang terang-terangan ngatain saya nggak bisa siaran.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya hanya bisa ketawa garing mendengar hujatan <i>online</i> waktu itu, namun untuk selanjutnya saya sengaja nggak puterin lagu yang <i>direquest</i> sama penelpon tadi, gantian… biar sama-sama gondok. 😄</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Dari sekian jadwal siaran yang diberikan pada saya. Acara terminal campursari memang yang paling sering rutin saya bawain, dan gara-gara rutin bawain acara terminal campursari, yang sebenarnya saya juga nggak tahu sama sekali dengan lagu-lagu campursari, saya jadi mulai ngerti lagu-lagu campursari dan siapa aja penyanyinya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya yang tadinya selalu menomorsatukan musik pop indonesia dalam hidup saya, mulai manggut-manggut di ruang siaran dengan headphone di telinga ketika musik campur sari diputer sesuai r<i>equest </i>pendengar.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Perlahan pandangan saya tentang musik campur sari berubah dari musik yang nggak ada gaul-gaulnya dalam hidup saya, ternyata enak juga didengerin sambil senderan di kursi penyiar. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Lagu-lagu Didi Kempot, Manthous, Waldjinah, Sonny Josz, Nurhana, Cak Diqin dan lainnya mulai berdamai dengan telinga saya. Entah karena saya yang awalnya terbiasa dengan musik-musik ini waktu siaran campursari atau karena seiring saya yang mulai menua, musik-musik campursari ini jadi mudah diterima. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Musik yang seringnya pakai lirik bahasa jawa dengan gamelannya yang khas ternyata seenak itu didengerin pas siang hari, jam-jamnya orang ngantuk pengen tidur siang. Mungkin juga bakalan lebih enak lagi kalau didengerin di suasana pedesaan yang syahdu jauh dari kebisingan, bahkan bisa juga pas lagi patah hati dengerin lagunya Didi Kempot. Ya intinya, campursari memang enak didengerin kapan aja dan di mana aja.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya yang awalnya nggak tahu dan nggak mau tahu sama sekali dengan permusikan campursari, ternyata bisa mendadak suka campursari setelah dengerin lagu-lagunya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;"><i>Nb: Saya mendadak jadi pengen nulis tentang campursari ini ketika saya sedang jagain anak ngerjain penilaian tengah semester dan Youtube merekomendasikan waldjinah di beranda. Saya memasang headset dan iseng dengerin. Saya jadi ingat bagaimana campursari hadir dan berdamai dalam hidup saya melalui jalan sebagai penyiar radio.</i></span></span></p><span style="font-family: inherit;"><i><br /></i></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;"><i>Btw, pengalaman ‘wagu’ saya lainnya selama menjadi penyiar radio, sudah saya tuliskan di buku ketiga saya berjudul Announcer Keder yang sudah tidak bisa lagi didapatkan.😁</i></span></span></p><div><span face="Arial, sans-serif" style="font-size: 11pt; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><br /></span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-47527343118247136152024-02-20T08:19:00.001+07:002024-02-20T08:54:39.698+07:00Ternyata, Jadi KPPS Emang Secapek Itu<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUBcirva32X-PFfr6w254-ILSfC0PsDuc1PdTJMT3K0oM1xvDmta-QiZFjL0g4Tzaki1JABhhK491uKgAG2GKb3D1hloYiNScoPJjKIsxKomG7u2yL0xBGFn4kQ-Zmsjt05jRiaJOkhEbM7PqUC4aBPDwMYNA0LZGepF13ylA0ow3d6-DTH_s5NwhuDr7A/s1920/pemilu%202024%20-%20keluh%20kesah%20KPPS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUBcirva32X-PFfr6w254-ILSfC0PsDuc1PdTJMT3K0oM1xvDmta-QiZFjL0g4Tzaki1JABhhK491uKgAG2GKb3D1hloYiNScoPJjKIsxKomG7u2yL0xBGFn4kQ-Zmsjt05jRiaJOkhEbM7PqUC4aBPDwMYNA0LZGepF13ylA0ow3d6-DTH_s5NwhuDr7A/s16000/pemilu%202024%20-%20keluh%20kesah%20KPPS.jpg" /></a></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white;">Awalnya saya nggak terlalu minat waktu ada info perekrutan jadi KPPS di desa saya, selain karena diri ini yang semakin kesini semakin mager beraktivitas. Juga karena waktu itu belum tahu honornya berapa, kalau sama kayak tahun 2019 yang honornya ‘cuma’ 500 ribuan, kayaknya nggak worth it banget walaupun kerjanya cuma sehari.</span></span></p><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tapi setelah denger kabar kalau honornya naik jadi satu juta seratus ribu buat anggota dan satu juta dua ratus buat ketua, dipikir-pikir lagi kayaknya lumayan juga, kerja sehari dapat duit segitu. Apalagi berbekal pengalaman di tahun 2019, waktu itu saya dan kelompok di TPS saya bisa cepat selesai menyelesaikan semua penghitungan sampai pengepakan ke kelurahan ‘cuma’ sampai jam 10 malam sementara banyak TPS yang sampai pagi. Saya jadi optimis, kalau tahun ini bisa lebih mudah apalagi dengan fomat yang semakin memudahkan, di mana nantinya salinan C1 tiap pemilihan tinggal di-copy aja dan dibagiin ke saksi, nggak usah ditulis manual seperti tahun 2019.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah pendaftaran dengan proses yang lumayan ribet dengan upload banyak berkas sampai mesti cek kesehatan seperti gula, kolesterol, buta warna dll., saya akhirnya diterima jadi KPPS dan beberapa hari kemudian ditunjuk jadi ketua KPPS.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Semua masih terlihat mudah, ketika ada BIMTEK pun, saya masih bisa memahami alurnya. Yang saya lihat, pemilu kali ini, jauh lebih ringkas dari pemilu sebelumnya. Saya optimis bisa selesai dengan cepat waktu hari H, apalagi pas saya tahu dapat TPS di sebelah rumah persis. Ah.. kalau istirahat bisa balik ke rumah dulu buat selonjoran.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hari H pencoblosan pun dimulai, pagi banget saya udah di TPS ngatur kursi dan segala macam persiapan TPS. Lalu satu per satu warga setempat mulai datang buat nyoblos. Tidak ada kendala berarti siang. Beberapa orang yang tidak dapat undangan nyoblos tapi masih warga setempat, berhak nyoblos mulai jam 12 siang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin8QbdHdVc7vki95_b5dJNy6lxNP9mqTebuiOzhHhWYdBtIvibgn3fbZQ3gNS9H39RjTkaqq6xNGelrjOn_f8lF-EFhyHSQL223w9Obgj7_lPCgZy1betRgDajqyoEnZS8bmQMKUPYwXn0EaStZGMp9URVkY1Nc9vsqVatNFXuqB0EFvAZhTAywa4Nyrgr/s1600/WhatsApp%20Image%202024-02-14%20at%2008.19.41.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin8QbdHdVc7vki95_b5dJNy6lxNP9mqTebuiOzhHhWYdBtIvibgn3fbZQ3gNS9H39RjTkaqq6xNGelrjOn_f8lF-EFhyHSQL223w9Obgj7_lPCgZy1betRgDajqyoEnZS8bmQMKUPYwXn0EaStZGMp9URVkY1Nc9vsqVatNFXuqB0EFvAZhTAywa4Nyrgr/s16000/WhatsApp%20Image%202024-02-14%20at%2008.19.41.jpeg" /></a></div></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Beberapa orang lagi yang bawa KTP luar kota mencoba datang ke TPS berharap bisa nyoblos, namun sayangnya karena nggak bawa surat pindah TPS dari KPU mereka nggak bisa ikutan nyoblos. Aturan kali ini emang agak ribet dan kurang sosialisasi, jadi kalau ada warga yang mau nyoblos di kota lain, mereka harus ke KPU dulu ngurus suratnya. Dan sayangnya, sosialisasi tentang hal inin sangat minim sekali sehingga banyak orang mikirnya jam 12 mereka bisa nyoblos yang penting bisa nunjukin KTP.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah waktu coblosan berakhir, kami istirahat sejam lalu mulai persiapan untuk penghitungan suara. Kami tidak tahu, kalau semua rasa capek itu akan mulai dari sini. Berawal dari buka kotak suara presiden dan menghitung surat suara yang masuk, ternyata selisih satu sama daftar pemilih yang hadir. 158 daftar pemilih yang tercatat, 159 surat suara yang masuk ke dalam kardus.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kami mulai hitung ulang lagi sambil mencoba menenangkan diri. Mengecek kembali daftar hadir sambil mengingat-ingat siapa yang masuk ke Daftar Pemilih Tetap tapi cuma bawa KTP. Untungnya, akar permasalahannya bisa ketemu setelah dihitung ulang kesekian kalinya, meskipun cukup memakan waktu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Penghitungan suara calon presiden berjalan dengan lancar, pasangan 02 unggul jauh dari lawannya. Penghitungan dilanjutkan ke pasangan DPD dulu karena ada salah satu surat suara presiden yang salah masuk kesini. Jadi, di awal penghitungan tadi, kotak suara presiden dan DPD dibuka bersamaan disaksikan oleh pengawas TPS dan saksi parpol.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Penghitungan DPD berjalan dengan lancar, banyak surat suara tidak sah yang masuk kotak. Ya, wajar aja sih.. mereka pasti pada nggak kenal sama orang-orang yang ada di gambar karena surat suara DPD adalah orang-orang yang nyalon nggak lewat partai.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah istirahat sebentar buat solat ashar, penghitungan suara lanjut ke DPR Provinsi, waktu sudah semakin sore, dan ketika dibuka logistik untuk DPR Provinsi, saya cukup kaget. Ada 20 lembar kertas C Plano partai beserta daftar caleg yang harus ditempel. Dan kertas ini ukurannya gede-gede semua. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit_XcuYzOZlFSgwhidxgzFGhFAflseOW9Hz9AHLkQesEz2Wn38Yl_DWOIN7iWVSfDYQBX4_prfQE5aPXz1UStv-cppnDuJAZt3tbW-ssXk7tqudbaesBxhp67JFJoxhe1NElShsF67J7pZ_duVkS6J9a9LW_yqkbtvZMNZcBQBJdN3bMduBqoxx5Ww_Wu1/s1600/KPPS%202024.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit_XcuYzOZlFSgwhidxgzFGhFAflseOW9Hz9AHLkQesEz2Wn38Yl_DWOIN7iWVSfDYQBX4_prfQE5aPXz1UStv-cppnDuJAZt3tbW-ssXk7tqudbaesBxhp67JFJoxhe1NElShsF67J7pZ_duVkS6J9a9LW_yqkbtvZMNZcBQBJdN3bMduBqoxx5Ww_Wu1/s16000/KPPS%202024.jpeg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Personil lengkap bareng Linmas dan Pengawas TPS</td></tr></tbody></table><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfMbN3mY8h7ucvuefyjZM6WwyzjvcG3p0pS1IlSNCoQZ7blV7zizHFKzAJev0rX9E9DFJdMF-2_1XQZQWRTwHGP1iXfZYAmtS8wFsxMExTJm6H8mKnf0HYgv9O1v_nLQCZyHGmr_6w6GqP53adVZ6nWUfBR2SsA96o89s2aHqg1-eRA_tKtqEL17t4EPyL/s1599/Penempelan%20C%20Plano.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="899" data-original-width="1599" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfMbN3mY8h7ucvuefyjZM6WwyzjvcG3p0pS1IlSNCoQZ7blV7zizHFKzAJev0rX9E9DFJdMF-2_1XQZQWRTwHGP1iXfZYAmtS8wFsxMExTJm6H8mKnf0HYgv9O1v_nLQCZyHGmr_6w6GqP53adVZ6nWUfBR2SsA96o89s2aHqg1-eRA_tKtqEL17t4EPyL/s16000/Penempelan%20C%20Plano.jpeg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ngerekap C Plano</td></tr></tbody></table><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Gila.. buat masang seluruh kertas ini aja udah makan waktu banyak banget. Sementara saya baru ngerasain kalau dengkul rasanya udah mau copot, kelamaan berdiri ngitungin surat suara dari awal, dan ini masih ditambah ngitungin lagi yang dari DPR Provinsi. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Satu per satu, surat suara disebutkan sah dan tidak sah. Sampai akhirnya 159 surat suara selesai dibacakan semua menjelang maghrib. Setelah ini, kami masih harus merekap di tiap C Plano berlembar-lembar ukuran besar yang ada di tembok, termasuk partai-partai yang nggak dapat suara sama sekali juga tetap harus direkap yang ternyata melelahkan sekali. Setelah itu, kami masih harus tandatangan di setiap lembarnya, yang artinya harus tanda tangan sebanyak 20 kali.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kami memutuskan untuk istirahat dulu dan lanjut lagi setelah isya. Beruntung, TPS-nya di sebelah rumah saya, jadi saya tinggal masuk rumah aja dan selonjoran bentar. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sambil selonjoran, saya udah mikir kalau ini nggak bakal selesai cepet. Masih ada lagi 2 penghitungan kotak suara DPR Kabupaten dan DPR Provinsi. Yang itu artinya, saya dan KPPS lain masih harus dua kali nempelin 20 kertas plano ukuran besar. Juga dua kali membuka 159 surat suara, melakukan pemungutan suara sah dan tidak sahnya. Dua kali juga merekap hasilnya di 20 kertas plano ukuran besar. Serta dua kali juga tanda tangan sebanyak 20 kali. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sekitar jam sebelas malam, anggota KPPS udah mulai pada lesu. Masih ada satu lagi penghitungan yang harus dikerjakan. Dengan sisa-sisa tenaga yang sebenernya jelas udah nggak produktif banget kalau dikerjain, akhirnya kami berbagi tugas lagi, nempelin poster, menghitung, merekap dan tanda tangan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Penghitungan selesai. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">PR selanjutnya tinggal merekap semuanya di lembar salinan ukuran kertas A4 dan di-copy untuk dibagikan ke para saksi yang hadir. Masalahnya adalah, untuk 1 hasil salinan DPR, jumlahnya ada sekitar 8 lembar, jika saksi yang hadir saat itu ada 10 aja, udah 80 lembar yang harus di-copy di printer yang kecepatan ngeprint hasil copy-annya nggak cepet-cepet amat. Udah gitu 8 lembar dikali 10 saksi ini masih harus dikali 3 karena saksi juga minta hasil DPR Kabupaten, DPR Provinsi, DPR RI, belum ditambah C salinan hasil capres cawapres. Ada ratusan lembar yang harus di-copy malam itu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Waktu sudah menunjukkan pukul 01.30, kaki pegelnya udah level ubun-ubun ditambah ngantuk yang udah mulai nggak bisa diajak berdamai. Kopi dan cemilan udah nggak ada menarik-menariknya di mata saya. Untungnya, semua pekerjaan penggandaan hasil C salinan udah beres dibagikan ke semua saksi. Saya udah bisa melihat gambaran tidur di kasur yang empuk setelah ini.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hingga beberapa saat kemudian, salah satu anggota KPPS yang bertugas jadi admin nyeletuk, “Mas.. aku belum masukin semuanya ke SIREKAP”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya masih positif thinking, kalau ini tidak membutuhkan waktu lama. “Oh iya, tinggal difotoin aja langsung. rekapannya, hasil akhirnya aja, kan?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Semuanya, mas.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Maksudnya semuanya?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Semua lembar yang ditempel tadi, dari awal sampai akhir.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya langsung lemes.. lembar yang udah pada dicopotin dan dimasukkin ke kardus dikeluarin lagi dan diurutin dari awal sampai terakhir. Tiga kotak dari DPR aja udah ada 60 lembar, ditambah presiden dan DPD. Itu artinya ada sekitar 70 kali pengambilan foto yang harus dilakukan. Dan tentu saja fotoinnya satu per satu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Admin SIREKAP masih harus bekerja keras, sementara yang lain udah pada bengong sambil nungguin kalau-kalau admin SIREKAP butuh bantuan beresin C Plano yang udah selesai difotoin.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya dudukan di lantai sambil sesekali ketiduran saking capeknya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sekitar pukul 03.30, semuanya udah selesai, tugas terakhir masih harus dilakukan, nganterin segala logistik ke kelurahan. Tiga anggota KPPS yang masih pada remaja siap nganterin ke kelurahan karena emang ada honor transportnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pemungutan suara dan segala urusan administrasinya selesai sekitar jam 4 pagi. membayangkan kerja dari pagi sampai pagi lagi, ini bener-bener nggak produktif banget. Dan ya… hasil pekerjaan sempurna macam apa yang mau diharapkan dari orang-orang yang kerja dari pagi sampai pagi lagi?</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kalau semuanya berjalan lancar pun tetep aja butuh waktu seharian lebih, apalagi yang misal ada problem pas penghitungannya. Di TPS lain daerah saya, ada yang waktu mau ngeprint hasil salinan buat para saksi, ternyata printernya nggak bisa dipakai buat nye-can. Mau panik juga tenaga udah habis terpakai buat penghitungan, mau nangis juga kayaknya udah terlalu capek. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ketika saya merebahkan diri di atas kasur, saya kepikiran, bisa dapat ijin dari kepala sekolah untuk libur satu hari lagi ternyata alhamdulillah banget. Lalu, saya membayangkan para petugas KPPS yang cuma dapet ijin satu hari kerja. Berarti setelah ini semua selesai menjelang subuh, mereka udah harus siap-siap lagi buat lanjut berangkat kerja. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lalu saya kepikiran lagi, para saksi partai politik yang harus bertahan hingga menjelang pagi demi nunggu hasil copy-an salinan C1. Rata-rata mereka dapat honor cuma 250 ribu rupiah. Sepertinya itu nggak worth it banget.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Yah.. dibalik nominal yang sepertinya terlihat lumayan, ternyata emang kerjanya beneran secapek itu.</span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-33917869484408323552024-02-02T08:29:00.003+07:002024-02-02T08:54:28.406+07:00Ditampar Tiba-Tiba<p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="background-color: white;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD5cXBtXdPm-MWebiatsZdTp-mDNznkb6V3D9b8u910-S9wcIteiw4rqM4C50MZm1r33dAiq9aJcZnjTc3-UcNIEG7yq5xBGwwERvtzL-kRTGoKiPsdBHJrVeX-fk6uNJVkxaZrU7UQ__TgOow_qw_E6fTPGFQtYtWI3q43wAKp6vgk5hlYaNlrjtP7PRm/s1920/tiba-tiba%20ditampar%20cerita%20sd.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD5cXBtXdPm-MWebiatsZdTp-mDNznkb6V3D9b8u910-S9wcIteiw4rqM4C50MZm1r33dAiq9aJcZnjTc3-UcNIEG7yq5xBGwwERvtzL-kRTGoKiPsdBHJrVeX-fk6uNJVkxaZrU7UQ__TgOow_qw_E6fTPGFQtYtWI3q43wAKp6vgk5hlYaNlrjtP7PRm/s16000/tiba-tiba%20ditampar%20cerita%20sd.jpg" /></a></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Bel masuk pelajaran setelah istirahat berbunyi. Anak-anak yang masih asik bermain di lapangan langsung pada berlarian ke kelas masing-masing. Beberapa anak yang masih belum selesai menuntaskan jajan yang ada di tangannya, tampak terburu-buru menjejalkan sisa makanan ke mulutnya. </span></span></p><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lima menit kemudian, setelah memaksakan bangkit dari kursi kantor karena udah terlanjur mager, saya berjalan menuju ruang kelas enam yang letaknya ada di paling ujung.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;">Baru melangkahkan kaki sampai di kelas tiga, saya melihat Bagas sedang duduk di kursi panjang depan kelas tiga, sendirian, setengah mewek.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;">Landa yang nggak jauh berdiri dari kursi langsung laporan, "Pak, Bagas tadi ditampar sama Nina!"</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Mendengar hal itu, saya langsung maklum kenapa Bagas bisa nangis. Jangankan ditampar anak cewek, dijambak anak kelas satu aja Bagas langsung nangis hampir setengah jam lamanya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">"Kok bisa, Gas? Kenapa Nina sampe nampar kamu? Kamu tadi bercanda apa sama Nina?" Saya duduk di sebelahnya sambil meminta Bagas membetulkan posisinya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">"Nggak tahu, Pak. Aku nggak salah apa-apa, tahu-tahu ditampar Nina." Bagas menjelaskan sambil mengusap air matanya pakai lengan kirinya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Landa lalu menyela obrolan saya dengan Bagas yang mengatakan kalau setelah ditampar Nina, Bagas langsung lari ke ujung jalan keluar dari sekolah, lalu mewek di pinggir jalan dan sempet nggak mau balik ke sekolah sebelum akhirnya dibujuk sama Landa buat balik ke sekolah meskipun pada akhirnya nggak mau masuk ke kelas.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sesuatu yang memang agak nggak sinkron, entah apa hubungannya ditampar cewek terus tiba-tiba lari keluar kelas sampai ke ujung jalan. Entah apa yang dicari sama Bagas di ujung jalan situ. Mungkin kalau saat itu suasananya hujan, kejadiannya pasti akan terlihat lebih dramatis lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;">Sambil duduk bersimpuh di pinggir jalan, Bagas menangis, lalu berteriak, "KENAPA KAMU TEGA, NINAAAAA!"</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hati Bagas memang rentan rapuh. <i>Di-‘wuuu wuuu’-in</i> temennya di kelas, Bagas bisa memiringkan kepalanya ke kiri, lalu meletakkan kepalanya di meja, seolah ketika hatinya tergores, kepalanya menjadi sangat berat sehingga harus diletakkan di meja. Lalu Bagas mulai menutupi wajahnya, dan teman-temannya sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ya, Bagas nangis. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Siang itu, saya mencoba membujuk Bagas masuk kelas biar bisa denger cerita versi dari Nina juga, masa iya nggak ada apa-apa tahu-tahu Bagas ditampar. Apa iya di mata Nina, muka Bagas terlihat sengeselin itu?</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bagas sempet menolak masuk kelas, tapi setelah saya iming-imingi dapat kapal pesiar kalau bisa ngajak 15 orang gabung di bisnis ini, Bagas langsung setuju. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Eh... nggak ding, iming-iming kapal pesiar itu kan kalo lagi mau ngebujuk orang gabung bisnis MLM.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah masuk kelas, anak-anak yang lain pada godain Bagas yang ditampar sama Nina. Bagas kepalanya udah mulai miring-miring lagi, pertanda mau nangis part II.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya deketin meja Nina, lalu ngajak Nina keluar kelas sebentar bermaksud nanyain awal mula permasalahannya. Wajah Nina udah keliatan banget seperti merasa bersalah. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bukannya segera berdiri, Nina masih duduk diem di kursinya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">"Ayo, Nin.. keluar sama Pak Edot sebentar" saya mengulang ajakan kedua kalinya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;">Nina masih tetap bergeming, tatapannya lurus ke depan. Ngadepin cewek yang lagi mau memasuki masa pubertas emang nggak gampang. Nggak bisa asal diajak ngomong, harus nunggu <i>moodnya</i> lumayan baik dulu. Kalaupun langsung saya tanyain di kelas, anak-anak lainnya pasti langsung jadi komentator yang bikin suasana malah nggak kondusif.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;">Akhirnya saya sengaja diemin aja dulu masalah ini, lalu lanjut ke pelajaran. Bagas udah nggak nangis lagi dan Nina udah terlihat seperti biasanya lagi. </div></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Waktu giliran ngerjain soal evaluasi, saya deketin lagi meja Nina, sambil ngomong pelan, biar anak-anak yang lain nggak pada jadi kompor, "Tadi ceritanya gimana? Kok tiba-tiba Bagas ditampar?"</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">"Nggak apa-apa, Pak" Nina menjawab pelan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">"Loh kok nggak apa-apa? Berarti tadi kamu ngeliat Bagas terus tau-tau nampar gitu?"</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Nina mengangguk.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dalam hati saya pengen ketawa juga. <i>"Anjiirrr... nggak ada apa-apa tiba-tiba ditampar. Malang banget jadi Bagas"</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya lalu lanjut nanya lagi, "Nin, emang mukanya Bagas keliatan sengeselin itu ya sampe perlu ditampar tanpa alasan?"</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Nina menggeleng. Lalu menjawab, "Nggak tahu, Pak. Cuma pengen aja."</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Cuma pengen aja katanya, enak banget jadi cewek... nampar cowok cuma karena pengen aja.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya nggak tahu seberapa kenceng tamparan Nina ke Bagas. Kalau emang cuma pengen aja, mungkin Nina niatnya cuma bercanda. Antara gemes ngeliat Bagas yang lucu, atau geregetan ngeliat Bagas yang nggak ngapa-ngapain aja udah ngeselin.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah ngobrol sana-sini tentang pentingnya menjaga tangan biar nggak nampar anak orang sembarangan. Saya ngajak Nina buat dateng ke mejanya Bagas buat minta maaf.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Meskipun dengan perasaan yang sungkan dan nggak bersemangat, Nina mau juga buat berdiri dan jalan menuju tempat duduk Bagas. Meskipun digodain temen-temen sekelas lainnya. Nina mau mengucapkan kata yang cukup mencengangkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">"Gas, maaf..."</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rasanya sempet nggak percaya, mendengar kata maaf dari seorang cewek. Karena biasanya, di dunia ini, hukum alam yang saya tahu adalah: cewek selalu benar, cowok selalu salah. Nina keren banget.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Nina lalu mengulurkan tangannya setelah dibantu temen-temen lainnya karena mungkin agak-agak gengsi juga. Dan jawaban Bagas siang itu terdengar syahdu sekali. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dengan sedikit jaim, Bagas bilang, <i>"KERE!"</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya spontan nyengir, tapi langsung tak tahan. Kata-kata yang singkat tapi tegas. Nggak nyangka Bagas berani bilang gitu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dalam bahasa jawa, <i>kere </i>ini memang sebuah kata yang terlalu banyak maknanya tergantung situasi waktu pengucapannya. <i>Kere</i> bisa diartikan miskin, bisa juga diartikan penolakan tapi dalam bahasa yang kasar, ya... semacam nggak sudi, gitu lah. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i>Kere</i> yang Bagas ucapkan hari itu, bisa jadi diartikan Bagas nggak sudi memaafkan Nina yang udah nampar tanpa sebab.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Nina langsung ngambek lagi dan balik ke mejanya. Sepertinya, menyelesaikan masalah pertamparan ini masih membutuhkan tambahan waktu lebih lama lagi.</span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-56480561451802341892024-01-24T08:17:00.004+07:002024-01-24T09:47:34.644+07:00Uang dari Dompet Ibu<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyZUi5ELGuqS5j5H1_3ohHB77DbCqszvmydbWfZMqL_-iUC9wG9duF-zaRIjbbOZcREghmYTLPYTFcgvoUS9zCGGJbXEwjfKO6P6XEJBVgwnoRgPb_RjUI-Qywy-EIaeoGmmydEdeiSttd0mxt4OLceWzlC0910lg6FrZ74MgE-ylAFPoU3XQlfhFMKqFY/s1920/Uang%20saku%20siswa%20SD.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyZUi5ELGuqS5j5H1_3ohHB77DbCqszvmydbWfZMqL_-iUC9wG9duF-zaRIjbbOZcREghmYTLPYTFcgvoUS9zCGGJbXEwjfKO6P6XEJBVgwnoRgPb_RjUI-Qywy-EIaeoGmmydEdeiSttd0mxt4OLceWzlC0910lg6FrZ74MgE-ylAFPoU3XQlfhFMKqFY/s16000/Uang%20saku%20siswa%20SD.png" /></span></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: inherit;">Siang itu, waktu saya lagi nungguin anak-anak ngerjain soal evaluasi. Tiba-tiba ada salah satu orangtua siswa yang mengetuk pintu kelas. Tanpa basa-basi, sebelum saya sempat menjawab, beliau langsung ngomong, “Permisi Pak, mau ketemu sama Vico.”</span></p><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Saya mencoba tersenyum, namun sebelum saya sempet manggil anaknya, Vico udah berdiri duluan dan segera menemui ibu-ibu tadi keluar kelas.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Sebelum saya sempet nanya, itu tadi siapa? Anak-anak di kelas langsung pada ngasih informasi satu per satu.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Itu tadi ibunya Damar, Pak. Anak kelas tiga.” Robi memberikan informasi pertama.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Damar kan suka ngambilin uang ibunya, Pak. Terus dititipin sama Vico.” Zigas memberi informasi berikutnya.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Buat beli <i>deye</i> itu, Pak, uangnya. Kemayin aku liat di jalan.” Landa, yang kesulitan bilang ‘R’ ikut menambahkan informasi. Fyi, beli <i>deye </i>itu maksudnya beli burung dara atau merpati.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Hanya selang beberapa menit kemudian, Vico udah masuk kelas lagi dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Itu tadi siapa, Vic?” Saya pura-pura nggak tahu.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“itu Pak, mamahnya Damar.”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Emang mau ngapain?”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Damar, Pak. Ngambil uang mamahnya, terus dititipin ke aku, lima puluh ribu. Tadi udah tak kembaliin.”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Oh, dititipin ke kamu? Terus kamu udah tau itu uang lima puluh ribu hasil ngambil dari ibunya Damar? Kamu mau aja gitu dititipin?”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Aku cuma dititipin kok, Pak!” Vico mencoba membela diri.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Kamu dapet berapa dari uang lima puluh ribu itu?”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Selanjutnya Vico cerita dengan tidak konsisten, awalnya dia bilang nggak dapet apa-apa, cuma megangin uangnya Damar aja. Tapi setelah saya tanyain ulang, Vico ngaku kalau dia dapet seribu, buat beli es. Pengakuan yang kurang masuk akal, dari lima puluh ribu rupiah masa cuma dikasih seribu.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Saya berhenti nanyain Vico karena udah waktunya istirahat. Karena penasaran, saya coba dateng ke kelas tiga nyari Damar, lalu duduk di sebelahnya. Kebetulan Damar belum keluar kelas saat itu.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Damar, tadi ibu kamu kesini?”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Iya, Pak.”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Bener kamu ngambil uang ibu kamu?”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Sebenernya cerita tentang Damar yang sering ngambil uang ibunya saya udah pernah denger dari wali kelas tiga. Karena biasanya kalau ada tingkah unik anak-anak, guru-guru pasti pada ghibahin pas lagi kumpul di kantor.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Hari itu saya coba nyari tau ke anaknya sendiri karena kejadiannya udah melibatkan Vico, anak kelas enam. Setelah saya cecar dengan berbagai pertanyaan. Perlahan Damar ngaku, secara bertahap, kalau Vico memang jadi orang yang bertugas megangin uang hasil aksi Damar. </div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Awalnya, Damar nggak ngaku kalau uangnya dibagi dua. Semua dipake Damar, Vico nggak kebagian. Selanjutnya, Damar mulai ngaku, Vico dapet lima ribu, terus naik lagi, kadang dapet sepuluh ribu. Lalu naik lagi, kadang dibagi dua, masing-masing dapet dua puluh lima ribu.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Sebelum ninggalin kelas tiga, saya ngasih pesen ke Damar. “Mar, ini kalau nanti Pak Edot denger ada kejadian kayak gini lagi, Damar selama seminggu belajarnya ikut di kelas enam, ya, Nanti Pak Edot bilang sama guru kelas kamu.”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Sehabis istirahat, saya kembali manggil Vico. Menginterogasi lebih jauh, mencari kebenaran kalau ternyata Vico juga menikmati uang titipan Damar yang diambil diam-diam dari dompet ibunya. Saya agak kesel juga karena ternyata uang tadi ada yang dipake buat <i>top up</i> game FF.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Vico, uang yang kamu pake itu sama aja dari hasil mencuri, loh? Pak Edot yakin kamu juga sebenernya udah tahu kalau yang kamu lakuin sama Damar itu dosa. Intinya, Pak Edot beneran nggak suka kalau kamu kayak gini. Nanti pasti bakal keterusan malah jadi kebiasaan. Kamu masih ingat nggak udah pakai uang berapa jumlahnya? Soalnya ini bukan yang pertama kejadian.”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Udah nggak inget, Pak.” Vico menghindar tatapan mata saya.</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Mulai besok, uang saku kamu jangan dihabisin buat jajan semua. Kamu harus ganti uang yang udah dipakai sama kamu entah buat apa aja dan habis berapa. Seminggu lagi, Pak Edot mau ngecek uangnya yang kamu kumpulin dapet berapa. Kalau kamu bisa tanggung jawab, Pak Edot nggak bakal bilang ke orangtua kamu. Tapi kalau kamu nggak bisa menyisihkan yang saku kamu, nanti biar Pak Edot bilang ke orang tua kamu.”</div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Vico cuma terdiam menunduk, entah merasa bersalah atau karena kepalanya emang berat. Meskipun kelihatan ada ketidapuasan yang Vico tunjukin, tapi saya pengen tahu seperti apa bentuk tanggung jawab Vico. Kepalanya semakin menunduk, mungkin memikirkan seminggu ke depan jajannya semakin terbatas.</div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-88593620283213534542024-01-19T02:00:00.060+07:002024-01-19T02:00:00.132+07:00Silaturahmi Ke Xiaomi Service Center<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmS67xWG-g0tjgTkmsIb6C4A7zA-0CFhiDh7ILlgujYuccUFkR5UGk4CJwQ9Et7O7iPdvo2oC176N834nNewIF2XV5Ip7GqaJIgoBuHGAmDMr2Po6HRtz-Wue8jaX-BhRLveSiSdkCMMXKrssCXdBMOOi0CMNatwIPWblsiENjShyphenhyphenCgd8D60zmLE7-1iSV/s1920/Xiaomi%20Service%20Center.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmS67xWG-g0tjgTkmsIb6C4A7zA-0CFhiDh7ILlgujYuccUFkR5UGk4CJwQ9Et7O7iPdvo2oC176N834nNewIF2XV5Ip7GqaJIgoBuHGAmDMr2Po6HRtz-Wue8jaX-BhRLveSiSdkCMMXKrssCXdBMOOi0CMNatwIPWblsiENjShyphenhyphenCgd8D60zmLE7-1iSV/s16000/Xiaomi%20Service%20Center.jpg" /></a></span></div><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;">Beberapa waktu lalu, Pak Ujang, yang sampai saat ini masih jadi guru di sebuah SDIT, tiba-tiba ngechat WA mau minta tolong beliin HP lewat <i>online</i>. Memang, bagi sebagian orang membeli HP secara <i>online</i> masih menjadi sebuah ke-was-was-an tersendiri. Khawatir kena tipu yang dateng sabun batangan, khawatir kena drama<i> seller </i>abal-abal sampai emang beneran nggak tahu gimana caranya belanja<i> online</i> yang baik dan benar, apalagi barang yang harganya jutaan seperti HP. Pak Ujang termasuk kategori yang terakhir tadi.</span></span></p><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Waktu masih di SDIT, saya emang biasa jadi ‘joki’ beli HP <i>online</i>. Beberapa kali saya bantuin bapak komplotan ghibah beli HP. Mulai dari Pak Didi, juga Pak Ujang beberapa tahun yang lalu. Dan sekarang, ketika HP yang dipakai keadaannya sudah mulai memprihatinkan, Pak Ujang berencana ganti HP lagi dengan budget sekitar 2,5 jutaan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah mendengar beberapa masukan dari bapak komplotan ghibah lainnya dan nonton Youtube sana-sini, Pak Ujang udah memutuskan kalau Poco M4 Pro adalah <i>smartphone </i>pilihannya dari sekian <i>smartphone</i> yang ada. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadilah saya mulai menyusuri <i>seller smartphone </i>di Shopee satu per satu untuk mencari <i>seller</i> yang <i>ready</i> warna hitam atau biru sesuai pilihan Pak Ujang. Karena untuk Poco M4 Pro ini kebanyakan yang <i>ready</i> warna kuning. Selain itu, saya juga mencari <i>seller</i> yang harganya paling murah dan <i>cashback</i> maksimal.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah berjam-jam ngecek sana ngecek sini, saya ketemu sama salah satu <i>seller</i> yang harganya paling terjangkau, <i>cashback</i> juga maksimal sama seperti <i>seller</i> lain yang harganya lebih maksimal. Saya pun memastikan stok unitnya dan menanyakan garansinya terjamin apa enggak, yang tentu saja dijawab dengan sangat meyakinkan sama <i>sellernya </i>kalau semua produk yang dijual garansi resmi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya pun memantapkan diri untuk <i>checkout</i> dan melakukan pembayaran untuk sebuah <i>smartphone</i> Poco M4 Pro yang estimasi sampainya 2-3 hari. Dari pilihan kurir yang ada, saya menjatuhkan pilihan ke Sicepat, padahal Shopee Express juga sebenernya bisa dibilang cepet juga pengirimannya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dan ya… ternyata Sicepat nggak cepat-cepat amat karena butuh waktu beneran 3 hari buat barangnya sampai. Saya coba videoin paketannya buat mastiin barang yang dateng sesuai sama yang di-checkout. Di depan saya terlihat kotak kuning bersegel plastik tertulis POCO M4 Pro. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pak Ujang yang udah nggak sabar pengen buru-buru makai HP barunya, jam 9 malam rela mampir ke rumah saya yang kebetulan dirinya baru pulang dari piknik sekolah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sebelum <i>unboxing</i> HP-nya di rumah, saya ngasih nasihat dulu, kalau udah dicobain HP-nya jangan lupa ngabarin, soalnya emang belum tak konfirmasi penerimaan di Shopee, sengaja nunggu perkembangan HP-nya beneran aman apa enggak. walaupun kemungkinan besar harusnya sih aman karena HP datang dalam keadaan tersegel dan ada stiker garansi TAM.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Besoknya Pak Ujang ngabarin pagi-pagi banget, kalau sejauh ini HP-nya aman. Saya sih curiganya dia nggak tidur semaleman saking senengnya punya HP baru.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Karena semuanya terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah, saya pun mantap untuk klik konfirmasi penerimaan dan meneruskan dana ke penjual. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Besoknya, Pak Ujang WA saya lagi, ngerasa ragu kalau buat liat IG sama Tiktok katanya kadang ada beberapa gambar yang pecah. Saya menanggapi hal ini dengan santai karena mikir palingan ini jaringannya. Kalau sinyalnya kenceng pasti gambarnya jelas.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Untuk menjawab kegelisahan ini Pak Ujang bela-belain mampir ke rumah saya sepulang sekolah. Atau lebih tepatnya, rela nungguin saya pulang dari sekolah, lalu Pak Ujang pulang dari sekolahnya mampir ke rumah saya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di rumah, saya nyoba ngecek seburik apa kualitas video yang katanya gambarnya sampai pecah-pecah, saya sampai membandingkan dengan HP saya sendiri. Saya bukan akun tiktok yang sama, lalu diputer bareng sama HP-nya Pak Ujang, hingga keluar kesimpulan--kalau ini terjadi emang karena sinyal atau karena emang kualitas video dari akun yang <i>upload.</i> Karena di beberapa akun lain, gambarnya ada yang emang tajem banget.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Masalah selesai, sisa waktu hingga pukul lima sore kami lanjutkan dengan ngobrol banyak hal yang nggak penting-penting amat bareng Pak Azhar juga yang sengaja ikutan dateng ke rumah. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hari pun berganti, namun belum ada empat hari, Pak Ujang WA saya lagi di sebuah jam sekolah. Pak Ujang ngadu kalau HP-nya <i>flashnya </i>nggak nyala… bahkan Pak Ujang dengan gigihnya ngirim video HP-nya yang di-klik tombol senter atau foto <i>flash</i> emang nggak keluar cahayanya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di sini saya udah mulai ngerasa nggak enak, niatnya mau bantuin beliin HP, malah HP yang dateng semakin bermasalah. saya coba nunjukin tutorial di Youtube cara benerin <i>flash</i> HP yang nggak nyala, namun dijawab sama Pak Ujang kalau lebih dari sepuluh tutorial udah dicoba semua dan hasilnya nihil.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pak Ujang juga menambahkan, kalau dia was-was karena di belakang HP-nya nggak ada stiker IMEI kayak HP-HP pada umumnya. Karena nggak enak, saya pun nawarin buat nganterin Pak Ujang ke <i>Xiaomi Service Center</i> di kota sebelah yang jaraknya sekitar 45 menit perjalanan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadilah hari Jum’at kemarin, saya dan Pak Ujang dengan mengajak Pak Ivan dan Pak Azhar, berangkat berempat sehabis jumatan ke kota Tegal mencari <i>Xiaomi Service Center.</i> Setelah muter-muter dan nanya kesana kemari, padahal tinggal nyari alamatnya lewat Google Maps. Akhirnya kami pun nemu lokasi Xiaomi Service Center ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu2CuMr_zniI0VYScMQsF-SO7mMWfXYsgOEBAbd3sK0TunNkCdcwReBzqxAoHxMy6pPn7ghH3DqhLYlvNyLhyfJnYCavc7lLSUzNHQOH1L9BDUZSVSe4qAcmeKNJoWJFE7gdySsm7A5cezYRgHW1tgirna7KXF01D74Fhc13iBJHX6k_ONMwW1AbRVRuxo/s1600/WhatsApp%20Image%202024-01-18%20at%2010.12.26%20(1).jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu2CuMr_zniI0VYScMQsF-SO7mMWfXYsgOEBAbd3sK0TunNkCdcwReBzqxAoHxMy6pPn7ghH3DqhLYlvNyLhyfJnYCavc7lLSUzNHQOH1L9BDUZSVSe4qAcmeKNJoWJFE7gdySsm7A5cezYRgHW1tgirna7KXF01D74Fhc13iBJHX6k_ONMwW1AbRVRuxo/w640-h480/WhatsApp%20Image%202024-01-18%20at%2010.12.26%20(1).jpeg" width="640" /></a></div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ketika Pak Ujang langsung antri ke CS-nya, saya dan Pak Azhar langsung nyari di mana letak toilet. Setelah itu, kami melihat-lihat beberapa produk Xiaomi yang ada di <i>display,</i> nyobain satu per satu walaupun enggak beli. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tatapan Pak Azhar akan HP-HP yang ada di display dan bisa dicobain itu tampak suram. Sejak HP-nya hilang di bulan November, sampai saat ini Pak Azhar belum kesampaian buat beli HP baru. Sejauh ini Pak Azhar masih betah pakai HP anak ceweknya yang kalo lagi dipake lalu meleng dikit, baterainya langsung tinggal 15 persen.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4JxdXL5CrzXSQpefEp8c49zTuziroHmALQLXYSp3dntUWCy05yjDTCXlo48J_IxjfBiGpdSBpz1yAEIjWazznB4A-lNsFqnhb7PytNPop7sn660Rf0z72o7Wck9Azf5NqwoP2uCiD-E2KOxYGmId4B2lbtenIX0Q0iOYxZWjP47dyI7JjwoCq3yQQo0kB/s1600/WhatsApp%20Image%202024-01-18%20at%2010.12.26.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4JxdXL5CrzXSQpefEp8c49zTuziroHmALQLXYSp3dntUWCy05yjDTCXlo48J_IxjfBiGpdSBpz1yAEIjWazznB4A-lNsFqnhb7PytNPop7sn660Rf0z72o7Wck9Azf5NqwoP2uCiD-E2KOxYGmId4B2lbtenIX0Q0iOYxZWjP47dyI7JjwoCq3yQQo0kB/w640-h480/WhatsApp%20Image%202024-01-18%20at%2010.12.26.jpeg" width="640" /></a></div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah menunggu Pak Ujang sekitar 15 menitan, kami udah duduk di dalam mobil sambil jalan santai mendengarkan penjelasan dari Pak Ujang, katanya penyebab senter dan <i>flash</i> kameranya nggak nyala ternyata karena ada satu part yang hilang di dalamnya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lalu, setelah dicek masa garansinya, ada indikasi kalau IMEI-nya pernah diaktifkan sekitar tahun 2022 yang lalu, yang membuat garansinya udah nggak bisa diklaim lagi. Jadi, ketika Pak Ujang harus menambah part biar senternya bisa dinyalain, Pak Ujang harus membayar 180 ribu rupiah dan harus rela menunggu selama 3 harian.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya jadi ngerasa nggak enak banget sama Pak Ujang yang niatnya minta tolong beliin HP lewat <i>online,</i> malah jadi langsung silaturahmi ke <i>Xiaomi Service Center </i>dan ditolak klaim garansinya. Padahal waktu nerima barangnya saya yakin banget kalau HP-nya datang dalam keadaan masih segel.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Meskipun Pak Ujang mencoba tegar, tetep aja terlihat suaranya bergetar ketika bilang, “Udah santai aja, nggak apa-apa.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sepulang dari <i>Xiaomi Service Center</i> kami udah niat mau nongkrong nyari kafe di sekitaran Tegal yang enak buat dipake ghibah dengan berbekal pengetahuan yang minim. Kami pun muter-muter kota Tegal nyari tempat yang keliatannya logis buat dipake nongkrong, tapi sampai 45 menit berlalu kami masih aja muter-muter di jalan nggak nemu tempat yang pas. Setiap ngeliat kafe di pinggir jalan, selalu aja muncul rasa tidak sreg dari salah satu di antara kami.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hingga pada akhirnya, keputusan konyol yang keluar sore itu adalah… kami pulang ke kota Pemalang dan nongkrong di kota sendiri. Setidaknya, dalam perjalanan pulang, kami tetep bisa ngeghibah.. cuma belum ada kopinya aja.</span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-3275236122903026112024-01-18T18:30:00.000+07:002024-01-18T18:30:00.430+07:00Tips untuk Menjaga Kesehatan Finansial dan Menghindari Potensi Risiko<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioprl8zpwGOLETIyuhITeSHfj0A4_3zB3T-61hqi3_NRwyKYG_8GZ7ArVbNdujb60QFA9mVnszLQNwczGYf287ypl58ks3KZJeMsmfiThcHIf3xzkx3N8Tj4q8aO7QVDFuRE3EZ1QnbS2SOXzEXQqdt1dVhllzioJHzqT_zi42ZvJB0EsD4YBKDuHSH8fL/s1920/financial%20Planning.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tips mengatur keuangan" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioprl8zpwGOLETIyuhITeSHfj0A4_3zB3T-61hqi3_NRwyKYG_8GZ7ArVbNdujb60QFA9mVnszLQNwczGYf287ypl58ks3KZJeMsmfiThcHIf3xzkx3N8Tj4q8aO7QVDFuRE3EZ1QnbS2SOXzEXQqdt1dVhllzioJHzqT_zi42ZvJB0EsD4YBKDuHSH8fL/s16000/financial%20Planning.jpg" title="financial planning" /></a></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><br /></span></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;">Kesehatan finansial memegang peran sentral dalam kehidupan setiap individu dan memiliki dampak yang luas terhadap kesejahteraan mereka. Ketika seseorang memiliki kontrol yang baik atas aspek keuangan mereka, mereka lebih cenderung mampu mengatasi stres dan kecemasan terkait keuangan. Rencana keuangan yang baik dapat memberikan perlindungan finansial terhadap ketidakpastian, seperti kehilangan pekerjaan atau kebutuhan medis mendesak, yang dapat secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan emosional.</span></span></p><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selanjutnya, kesehatan finansial juga membuka pintu untuk mencapai tujuan hidup jangka panjang. Dengan memiliki rencana keuangan yang matang, individu dapat merencanakan pembelian rumah, pendidikan anak-anak, atau persiapan untuk masa pensiun. Pemahaman yang baik tentang bagaimana mengelola dan mengalokasikan sumber daya keuangan dapat menjadi landasan untuk mencapai impian dan ambisi, memberikan kebebasan untuk mengejar tujuan hidup tanpa keterbatasan finansial.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dalam masa depan yang penuh ketidakpastian, berikut ini beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk menjaga kesehatan finansial rumah tangga Anda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b>Pahami Konsep Kesehatan Finansial</b></span></div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Konsep kesehatan finansial mencakup pemahaman mendalam tentang pengelolaan pendapatan, pengeluaran, serta kebijakan investasi yang bijak. Pertama-tama, individu perlu membuat anggaran yang seimbang, dengan memprioritaskan kebutuhan pokok dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Disamping itu, memiliki dana darurat yang mencukupi dapat memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi kejadian tak terduga seperti krisis kesehatan atau kehilangan pekerjaan. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selain itu, investasi yang cerdas juga merupakan bagian integral dari konsep kesehatan finansial. Dengan memahami jenis investasi yang sesuai dengan tujuan dan toleransi risiko, individu dapat membangun kekayaan secara berkelanjutan. Pendidikan finansial yang terus-menerus juga diperlukan untuk tetap up-to-date dengan perubahan pasar dan kebijakan ekonomi. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b>Melakukan Audit Keuangan dengan Cermat</b></span></div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Penting untuk menyusun catatan keuangan yang rapi dan terperinci. Hal ini mencakup pemantauan semua sumber pendapatan, pengeluaran, serta aset dan kewajiban. Dengan cara ini, seseorang dapat dengan mudah melacak arus kas mereka dan mengidentifikasi area di mana penghematan atau perbaikan dapat dilakukan. Disamping itu, audit keuangan memungkinkan individu untuk mengevaluasi apakah mereka mengikuti rencana keuangan yang telah mereka tetapkan sebelumnya, atau apakah penyesuaian diperlukan untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Terlepas dari itu, melibatkan profesional keuangan atau akuntan untuk melakukan <a href="https://sbr-cpa.co.id/5-langkah-proses-audit-dalam-menyusun-laporan-keuangan/" target="_blank">audit laporan keuangan</a> secara berkala dapat memberikan perspektif yang obyektif dan ahli. Mereka tidak hanya membantu dalam mengidentifikasi potensi risiko dan kesalahan, tetapi juga memberikan saran mengenai cara memaksimalkan efisiensi keuangan dan memenuhi kewajiban perpajakan. Audit keuangan yang cermat tidak hanya memberikan gambaran yang akurat tentang keuangan pribadi, tetapi juga membantu membangun dasar yang kuat untuk perencanaan keuangan jangka panjang. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b>Mengoptimalkan Penggunaan Bank</b></span></div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Penting untuk memahami dengan jelas produk dan layanan perbankan yang tersedia, termasuk jenis-jenis rekening, <a href="https://jasuindo.com/id/2023/12/19/jenis-jenis-kartu-bank/" target="_blank">kartu bank</a>, kartu kredit, dan pinjaman. Memilih rekening tabungan atau giro yang sesuai dengan kebutuhan individu dapat membantu menghindari biaya tambahan dan memberikan manfaat suku bunga yang optimal. Bersama dengan itu, memahami kebijakan dan biaya terkait kartu kredit serta menggunakan kartu tersebut secara bijak dapat membantu mencegah akumulasi utang yang tidak terkendali.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selanjutnya, memanfaatkan teknologi perbankan modern juga dapat menjadi kunci untuk mengoptimalkan penggunaan bank. Melalui layanan perbankan online dan aplikasi seluler, seseorang dapat dengan mudah memantau transaksi, mengelola anggaran, dan membuat transfer dana tanpa harus berkunjung ke kantor bank. Mengatur peringatan atau notifikasi melalui aplikasi perbankan juga membantu individu tetap waspada terhadap aktivitas yang mencurigakan atau potensi risiko keamanan finansial. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dalam menjaga kesehatan finansial dan menghindari potensi risiko, peran pemahaman dan tindakan bijak tidak bisa diabaikan. Kesehatan finansial bukan sekadar tujuan yang dapat dicapai, tetapi juga perjalanan yang memerlukan kesadaran, perencanaan, dan komitmen. Dengan memahami konsep kesehatan finansial, melakukan audit keuangan secara cermat, mengoptimalkan penggunaan layanan perbankan, dan mengelola risiko investasi, seseorang dapat menciptakan pondasi keuangan yang kokoh.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Penting untuk diingat bahwa perubahan kondisi ekonomi, kebutuhan pribadi, dan tantangan keuangan dapat terjadi sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, kesehatan finansial bukanlah tujuan yang statis, melainkan suatu upaya berkelanjutan untuk tetap terkendali dan responsif terhadap perubahan. Dengan menerapkan tips-tips ini secara konsisten, seseorang dapat melangkah menuju keamanan finansial yang lebih besar dan mengurangi potensi risiko yang mungkin timbul di masa depan. </span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-31082011894330741612024-01-18T14:18:00.001+07:002024-01-18T14:20:56.700+07:00Menjelajahi Manfaat Aset Digital<p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; text-align: start;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpLU2r-4BgLR23EJVo6B40S3qoCiL87FmQNzi6UPyo9qRQ13McLfLUw6OhgAj4alW5yyUGxT7EyagXtoNKwA1mimsQvKkIp402OOoE1G4y_yAshD1rX__tEBW5wJt6I5e0lgg4Z4_aJ1Rl0_ok64pcLHaLEhdu68YOHoqzUN8sYStyGxHyf30Mdsfuq4fr/s1920/Digital%20Aset%20Management.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="digital asset management" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpLU2r-4BgLR23EJVo6B40S3qoCiL87FmQNzi6UPyo9qRQ13McLfLUw6OhgAj4alW5yyUGxT7EyagXtoNKwA1mimsQvKkIp402OOoE1G4y_yAshD1rX__tEBW5wJt6I5e0lgg4Z4_aJ1Rl0_ok64pcLHaLEhdu68YOHoqzUN8sYStyGxHyf30Mdsfuq4fr/s16000/Digital%20Aset%20Management.jpg" title="digital asset management" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; text-align: start;">Dalam beberapa tahun terakhir, kriptokurensi seperti Bitcoin dan Ethereum telah memimpin gelombang aset digital, menarik perhatian dari berbagai kalangan, mulai dari investor hingga institusi keuangan besar. Keunikan utama aset digital ini terletak pada teknologi yang mendasarinya, yaitu blockchain, yang memungkinkan transparansi, terdesentralisasi, dan keamanan tingkat tinggi.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Popularitas aset digital juga mencerminkan dorongan menuju inklusivitas keuangan, di mana individu yang sebelumnya tidak terakses oleh sistem keuangan tradisional dapat memanfaatkan dan berpartisipasi dalam ekosistem baru ini. Ini memberikan peluang bagi pengguna dari berbagai lapisan masyarakat untuk memiliki kendali langsung atas keuangan mereka sendiri tanpa tergantung pada perantara atau batasan geografis. Meskipun volatilitas harga seringkali menjadi topik pembicaraan, banyak yang melihat potensi jangka panjang dalam pertumbuhan aset digital sebagai kelas investasi yang inovatif.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Untuk mengetahui lebih lanjut tentang manfaat dan penjelasan seputar aset digital, berikut ini beberapa hal yang perlu ada pahami.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;"><span style="color: #073763; font-size: medium;">Terdesentralisasi dan Memiliki Keamanan dengan Teknologi Blockchain</span></span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Teknologi blockchain menyediakan infrastruktur yang memungkinkan transaksi dan kepemilikan aset digital tanpa perlu melibatkan pihak ketiga, seperti bank atau lembaga keuangan tradisional. Dengan cara ini, aset digital dapat dikelola secara langsung oleh pemiliknya, meningkatkan fleksibilitas dan kontrol atas investasi.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Keamanan menjadi aspek krusial dalam aset digital, dan blockchain memainkan peran kunci dalam menjamin keamanan tersebut. Dengan menggunakan sistem kriptografi yang canggih, setiap transaksi yang dicatat dalam blockchain menjadi aman dan tidak dapat dimanipulasi. Struktur terdesentralisasi dari blockchain juga membuatnya sulit diserang atau dimanipulasi oleh pihak yang tidak sah. </span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;"><span style="color: #073763; font-size: medium;">Belajar dari Tren Cryptocurrency dan Dampaknya</span></span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Cryptocurrency, seperti Bitcoin dan Ethereum, telah menciptakan paradigma baru dalam cara kita memahami dan menggunakan aset digital. Salah satu manfaat utama yang dapat dipetakan dari tren cryptocurrency adalah potensi untuk mengatasi kendala dan biaya transaksi dalam sistem keuangan tradisional. Dengan menggunakan teknologi blockchain, transaksi cryptocurrency dapat dilakukan secara langsung antara pengirim dan penerima tanpa perantara, menghasilkan efisiensi yang lebih besar.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Selain itu, hal lain yang tidak dapat diabaikan dampak signifikan yang timbul dari tren harga Bitcoin dan cryptocurrency secara umum. <a href="https://triv.co.id/id/home/liverate/bitcoin" target="_blank">Harga Bitcoin</a> yang volatil telah menjadi sorotan utama, menciptakan ketertarikan luas di kalangan investor dan masyarakat umum. Meskipun volatilitasnya dapat menciptakan peluang dan risiko, tren harga Bitcoin mencerminkan daya tarik signifikan terhadap mata uang kripto sebagai aset investasi. Kenaikan nilai Bitcoin dalam beberapa tahun terakhir telah menciptakan kesadaran akan potensi keuntungan yang besar, serta memicu pertimbangan lebih serius terhadap diversifikasi portofolio melalui aset digital.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;"><span style="color: #073763; font-size: medium;">Kemungkinan Pendapatan Pasif</span></span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Aset digital, seperti kriptokurensi atau token berbasis blockchain, sering kali memberikan peluang bagi pemiliknya untuk memperoleh imbal hasil atau dividen tanpa perlu terlibat secara aktif dalam operasi atau manajemen aset tersebut. Konsep ini dikenal sebagai staking atau yield farming, di mana pemilik aset dapat mengunci atau menahan sejumlah aset mereka dalam protokol tertentu dan sebagai imbalannya mendapatkan imbal hasil atau token tambahan. Pendapatan pasif ini dapat menjadi cara inovatif untuk mengoptimalkan nilai dari aset digital dan memberikan insentif bagi pemilik aset untuk mempertahankan portofolio mereka dalam jangka panjang.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Sejalan dengan itu, beberapa aset digital juga memberikan peluang pendapatan pasif melalui mekanisme seperti tokenisasi aset riil, di mana kepemilikan dalam aset fisik seperti real estate atau logam mulia direpresentasikan dalam bentuk token digital. Pemilik token tersebut dapat memperoleh keuntungan dari peningkatan nilai aset fisik tersebut atau menerima sebagian dari pendapatan yang dihasilkan oleh aset tersebut, seperti sewa atau dividen. </span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;"><span style="color: #073763; font-size: medium;">Membuka Pintu pada Kemungkinan Inovasi Finansial</span></span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Dengan adopsi teknologi blockchain, sistem keuangan global mengalami perubahan mendasar dengan menyediakan infrastruktur yang aman, transparan, dan terdesentralisasi. Salah satu inovasi yang menonjol adalah konsep DeFi (Decentralized Finance), yang memanfaatkan smart contracts atau kontrak pintar untuk menggantikan fungsi lembaga keuangan tradisional, seperti pinjaman, pertukaran, dan investasi. Ini membuka akses ke layanan keuangan tanpa memerlukan perantara, memberikan kemampuan finansial kepada individu yang sebelumnya diabaikan atau tidak terjangkau oleh sistem konvensional.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Dibalik itu, aset digital juga memungkinkan eksplorasi model ekonomi baru melalui tokenisasi. Tokenisasi memungkinkan representasi digital dari aset riil seperti real estate, seni, atau bahkan potongan kecil dari proyek startup. Hal ini menciptakan likuiditas yang lebih besar dan memberikan peluang investasi yang lebih terbuka, bahkan untuk investor dengan dana terbatas. </span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;"><span style="color: #073763; font-size: medium;">Daya Tarik Digital Asset Management (DAM)</span></span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">DAM merujuk pada praktik pengelolaan, pengorganisasian, dan distribusi aset digital dengan menggunakan platform atau sistem yang dirancang khusus. Dalam dunia aset digital, DAM memberikan solusi untuk menavigasi tumpukan informasi yang besar, memungkinkan pemilik aset untuk mengelola, melacak, dan membagikan aset digital mereka dengan efisien. Ini menjadi kritis mengingat keragaman format aset digital, mulai dari gambar dan video hingga dokumen dan token kriptokurensi.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Salah satu keuntungan utama DAM dalam ekosistem aset digital adalah peningkatan produktivitas dan kolaborasi. Dengan memiliki platform DAM yang efisien, individu atau perusahaan dapat dengan mudah mengakses aset digital mereka, memastikan konsistensi penggunaan, dan mendukung kolaborasi tim yang lebih baik. DAM juga memainkan peran penting dalam pengelolaan hak cipta dan kepatuhan, membantu pemilik aset untuk mematuhi peraturan dan lisensi terkait aset digital mereka. </span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Secara spesifik, daya tarik DAM semakin menonjol, terutama ketika terintegrasi dengan <a href="https://www.datamaya.com/services/jasa-seo/" target="_blank">jasa SEO</a> (Search Engine Optimization). DAM memainkan peran penting dalam mendukung upaya SEO dengan memberikan platform yang efisien untuk mengelola beragam aset digital yang mendukung kampanye pemasaran online. Jasa SEO dapat memanfaatkan DAM untuk mengelola dan mengoptimalkan gambar, video, konten teks, dan elemen desain lainnya yang digunakan dalam strategi SEO. Dengan DAM, pengelolaan metadata, tagging, dan pencarian yang canggih dapat mempercepat proses optimasi SEO, meningkatkan keterlihatan konten di mesin pencari, dan akhirnya meningkatkan lalu lintas organik.</span><br style="background-color: white; text-align: start;" /><br style="background-color: white; text-align: start;" /><span style="background-color: white; text-align: start;">Secara keseluruhan, menjelajahi manfaat aset digital membuka pandangan terhadap era baru dalam ekonomi global. Aset digital, terutama yang berbasis pada teknologi blockchain, menawarkan potensi luar biasa untuk meningkatkan akses ke keuangan, memberdayakan individu, dan merangsang inovasi dalam berbagai sektor. Sejalan dengan teknologi ini terus matang dan diterima secara lebih luas, kita berada di ambang era baru di mana aset digital dapat membentuk cara kita berinteraksi dengan nilai, kepemilikan, dan layanan keuangan secara keseluruhan.</span></span></p>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-84721981695931407282024-01-10T17:07:00.000+07:002024-01-11T05:58:42.617+07:00Review The House Of Light - Rumah Cahaya<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih7CBNzJzZvA47SuK2kQUBwQ4xLfkgWSHqM_gjgFLE1OC6vm28LP0-fH8wSTPITcr45h-NVrPe7WCbhqpVxcMcCVhLwbAGxmmnzjW0vdcXpVVDPU8JMuk8q9NaoN2vjE2lkA3cfgAFrfDTTwVTzhmBmqd7ERaTZSbyyPSOFv2YqG4bGVUQz8q1onNGw7tb/s1920/the%20house%20of%20light%20-%20Julia%20Green.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="novel the house of lights" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih7CBNzJzZvA47SuK2kQUBwQ4xLfkgWSHqM_gjgFLE1OC6vm28LP0-fH8wSTPITcr45h-NVrPe7WCbhqpVxcMcCVhLwbAGxmmnzjW0vdcXpVVDPU8JMuk8q9NaoN2vjE2lkA3cfgAFrfDTTwVTzhmBmqd7ERaTZSbyyPSOFv2YqG4bGVUQz8q1onNGw7tb/s16000/the%20house%20of%20light%20-%20Julia%20Green.jpg" title="novel rumah fantasi - julia green" /></a></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="text-align: justify; white-space-collapse: preserve;">Saya menemukan buku ini saat sedang ada obral buku Gramedia di lantai atas Rita Mall Tegal. Awalnya saya hanya melihat-lihat tumpukan buku dari satu tumpukan buku ke tumpukan yang lain. Lalu saya melihat buku ini, mengambilnya, membalik buku ini lalu membaca blurb-nya. Seharusnya saya biasa saja dengan buku semacam ini, namun dari blurb-nya sepertinya menarik. Harganya juga cuma 20 ribu karena sedang obral, seandainya buku ini berakhir dengan tidak saya baca, saya nggak nyesek-nyesek amat ngeluarin uang 20 ribu buat buku ini.</span></span></p><span id="docs-internal-guid-ccc15687-7fff-2662-37dd-3b66cc9a418f"><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Berhubung mood membaca saya sedang bagus saat itu, saya meyakinkan diri untuk menyobek segel plastik buku ini dan menjadikanya sebagai buku pertama di tahun 2024 yang saya baca.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><div><span><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><b><div style="text-align: center;"><b style="font-family: inherit;">BLURB:</b></div></b></span></span><div><span><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><blockquote><span style="color: #800180;">Hanya Bonnie dan Granda, yang hidup di negeri, menjaga diri mereka sendiri, dan keluar dari masalah. Hingga suatu hari, Bonnie pergi mengais-ngais di pantai dan menemukan sebuah perahu dayung tua, dan seorang bocah lelaki bertelanjang kaki. Dia kedinginan, kelaparan, dan membutuhkan tempat berlindung. Bonnie tahu itu kejahatan, apabila dirinya membantu bocah asing itu, tetapi dia tidak bisa meninggalkannya hingga ditemukan oleh Penjaga Perbatasan. Semakin lama Bonnie merawat anak lelaki ini, yang telah melakukan perjalanan melintasi lautan untuk awal yang baru, semakin sering pula Bonnie merindukan kebebasannya sendiri. Mungkin inilah saatnya untuk melarikan diri dari kehidupan yang selalu dikenalnya, untuk keluar dari kegelapan dan berlayar menuju rumah cahaya.</span></blockquote></span></div><span><span style="font-family: inherit;"><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Judul : The House of Light - Rumah Cahaya</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Penulis : Julia Green</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Rating : Remaja</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Penerbit : Bhuana Ilmu Populer</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Tanggal Terbit: 21 September 2020</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Tebal: 228 halaman</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">ISBN: 9786230400391</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Berat: 160 gram</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;">Dimensi: 20 cm x 13.5 cm</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghGgw2HII0TksXNiLroEmxamd1amX7AUsDMukVtZKgunl2s_RXtoUIoSA68mCAn8R3I0uLLbzAprwUmBR1obrJBOnCYpByV5TnOyukRzKcRbo8GT3PRGQr-k5p-3ZhD2dmFCiRbzz_gRwu52Kr2bWuSix7Mt8TcwzVVavRHHgZgtqUD5_DWGJgVUK4V82U/s2835/Hijau%20Kuning%20Pakaian%20Produk%20Terbaru%20Konten%20Instagram.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="review novel the house of light" border="0" data-original-height="2835" data-original-width="2835" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghGgw2HII0TksXNiLroEmxamd1amX7AUsDMukVtZKgunl2s_RXtoUIoSA68mCAn8R3I0uLLbzAprwUmBR1obrJBOnCYpByV5TnOyukRzKcRbo8GT3PRGQr-k5p-3ZhD2dmFCiRbzz_gRwu52Kr2bWuSix7Mt8TcwzVVavRHHgZgtqUD5_DWGJgVUK4V82U/w640-h640/Hijau%20Kuning%20Pakaian%20Produk%20Terbaru%20Konten%20Instagram.jpg" title="julia green" width="640" /></a></div><br /></div></span></span></div><div><span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Buku ini bercerita tentang seorang anak perempuan berusia 12 tahun bernama Bonnie yang hidup hanya dengan Granda, kakeknya. Ibunya telah pergi meninggalkannya dengan perahu, menyebrang laut untuk mengejar tujuan hidupnya saat Bonnie masih berusia 2 tahun.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Bonnie tidak ingin sekolah karena tidak memiliki teman, maka Bonnie mengatakan kepada Granda kalau dia tidak akan lagi berangkat sekolah, dan dengan tenangnya Granda menyetujui keputusan itu. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Seperti biasa, Bonnie pergi ke pantai di sebuah musim dingin yang cukup ekstrem. Mencari bahan makanan seperti rumput laut atau barang bekas yang terdampar di pantai yang bisa dibawa pulang.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Pagi itu, Bonnie menemukan sebuah perahu dayung tua, perahu yang selama ini menjadi dambaannya. Bonnie selalu berkhayal jika suatu saat Bonnie bisa menyeberangi lautan menuju negeri yang penuh kebebasan seperti ibunya. Mengingat kondisi yang tidak mungkin untuk membawa perahu ke gudang rumahnya saat itu juga. Bonnie memantapkan hati untuk kembali ke laut besok pagi buta untuk menarik perahu ke gudangnya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Keesokan paginya, Bonnie sudah tiba di pantai berniat untuk mengambil perahu dengan tali yang dibawanya, namun muncul sebuah bayangan hitam dari dalam perahu yang ternyata itu adalah seorang bocah dengan kondisi menyedihkan dengan kaos compang camping, bertelanjang kaki bernama Ish. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Melihat kondisinya yang menyedihkan Bonnie berusaha menolong anak ini dengan membawanya ke gudang di dekat rumahnya. Karena Ish tidak ingin meninggalkan perahunya di pinggir pantai. Maka Bonnie dan Ish membawa perahu ini dengan menariknya di atas tumpukan salju dan menyembunyikannya di gudang.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Sejak saat itu, Bonnie terus berusaha merawat Ish yang kedinginan dan terluka. Dengan telaten Bonnie membawakan teh, makanan, kue hingga mantel miliknya yang sudah kekecilan karena Bonnie sudah mendapatkan gantinya dari mantel ibunya yang tersimpan di loteng atas.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Alasan mengapa Bonnie menyembunyikan Ish di gudang dan tidak membawanya masuk ke dalam rumah, karena di negeri yang Bonnie tinggali berlaku aturan yang sangat ketat, yaitu tidak boleh mengajak orang asing, tidak boleh pergi jauh dari negeri dan harus selalu sekolah. Desa tempat tinggalnya benar-benar tempat yang penuh intimidasi, banyak aturan yang membuat para warganya merasa tidak bebas.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Selama Ish bersembunyi di gudang bersama perahunya, dengan sangat hati-hati Bonnie rutin berkunjung membawakan segala kebutuhan Ish, bahkan ketika Bonnie melihat kaki Ish yang terluka parah. Bonnie mencoba meracik obat dari bahan alami berbekal pengetahuan yang dia dapat dari buku yang dia temukan di dalam rumahnya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Selain merawat Ish yang terluka, Bonnie juga merawat Granda yang kesehatannya semakin memburuk dengan batuknya yang semakin sering. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Bonnie masih menyembunyikan Ish dari Granda, kakeknya, karena bingung bagaimana cara menjelaskan ada orang asing yang dia sembunyikan sementara Penjaga Perbatasan desa sering berpatroli. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Hingga suatu hari, Penjaga Perbatasan mendengar kabar ada orang asing yang terlihat di desanya. Penjaga Perbatasan pun jadi semakin rajin berpatroli hingga menggeledah setiap rumah dan gudang para warga.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Bonnie yang mengetahui hal ini panik dan bergegas mengajak Ish pergi dari gudang dengan menarik perahunya di atas salju ke sebuah rumah kosong di tengah hutan dalam cuaca yang sangat dingin.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Pada akhirnya, Ish memutuskan untuk pergi dari desa ini dan mengajak Bonnie untuk pergi menjelajah laut bersamanya. Hati Bonnie menjadi bimbang, di satu sisi pergi ke lautan lepas dengan perahu adalah impiannya, dan ini adalah satu-satunya kesempatan yang Bonnie miliki. Namun, Bonnie ragu karena itu artinya dia harus meninggalkan Granda, yang akhir-akhir ini kondisinya semakin rapuh, di desa ini, Granda hanya punya Bonnie, satu-satunya cucu yang paling dia sayangi.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Setelah berpikir matang, Bonnine mengambil keputusan untuk mengajak Granda pergi bersamanya dan meminta Ish menunggu di pantai. Dengan terburu-buru Bonnie lari ke rumah menjemput Granda untuk ikut bersamanya. Meskipun harus berjalan dengan tertatih-tatih karena kondisi Granda yang sudah tua, akhirnya mereka sampai di tepi pantai dan naik ke perahu Ish.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Mereka melalui perjalanan yang tidak mudah hingga akhirnya sampai di sebuah pulau kecil yang ada mercusuarnya. Meskipun tidak ada penghuninya, anehnya mercusuar itu begitu terawat dan perabotannya sangat lengkap, bahkan ada bahan makanan juga.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Ish, Bonnie dan Granda bisa menggunakan mercusuar ini untuk istirahat sejenak selama beberapa hari sambil merencanakan perjalanan selanjutnya menuju negeri impian yang bebas tanpa kekangan. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Selanjutnya, apakah Ish, Bonnie dan Granda memilih untuk menetap di tempat ini atau memutuskan lanjut menuju negeri impiannya. Kalian bisa baca sendiri bukunya kalau tertarik dengan ceritanya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;"><b>Review</b></span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Saya tidak menyangka buku ini ceritanya akan sebagus itu. Tentang hubungan Bonnie dan Granda kakeknya yang hangat dan penuh kasih sayang. Bagaimana kakenya memahami keputusan Bonnie yang lebih memilih untuk tidak sekolah, Granda justru memahami jika di rumah Bonnie pun akan mendapat banyak pelajaran berharga. Juga bagaimana ketika Granda mengatakan Bonnie adalah cucu yang paling disayangnya dalam hidup ini. </span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Ketika kondisi Granda semakin hari semakin memburuk dengan batuknya, Bonnie dengan tulus merawat Granda, begitu juga dengan Granda ketika Penjaga Perbatasan mengunjungi rumahnya untuk menanyakan alasan mengapa Bonnie lama tidak sekolah, Granda dengan tegas melindungi cucunya dengan mencari alasan yang logis.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Lalu, ketika Ish mengajak Bonnie untuk melaut bersama dengan perahu seperti cita-citanya dari dulu, sekuat tenaga Bonnie berlari kembali ke rumahnya dan mengajak Granda meskipun kondisinya yang semakin parah. Dengan langkah yang sulit, Bonnie mencoba memapah Granda hingga ke laut, terus memperhatikan Granda, bahkan ketika sampai di pulau ber-mercusuar. Seperti tak kenal lelah, Bonnie mengurus ini dan itu untuk Granda dan Ish.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Semakin mendekati halaman akhir, mulai muncul kesedihan-kesedihan yang sukses dialirkan ke pembacanya, bagaimana Bonnie harus menghadapi kenyataan, tantangan dan impian yang ada di hadapannya.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Sayangnya, buku ini berakhir dengan ending yang menggantung. Saya udah curiga, dengan halaman yang semakin tipis, tapi alur ceritanya masih berputar pada persiapan Bonnie dan Ish untuk perjalanan selanjutnya. Sepertinya buku ini tidak bisa memberi ending yang melegakan. Dan itu benar terjadi.</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><span style="font-family: inherit;">Meskipun penulis memberikan sebuah penutup dengan gambaran ending yang hangat. Namun, satu kalimat pembuka ‘Bayangkan ini’, membuat pembaca jadi bertanya-tanya. Apakah ini bener endingnya? Atau ini tidak benar-benar terjadi pada Bonnie dan Ish?</span></span></p><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;">Terlepas dari hal itu, saya sangat menyukai buku ini. Buku yang membuat saya bisa merasakan gigihnya seorang Bonnie dan hangatnya hubungan Bonnie dengan Granda.</span></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;"><br /></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIAbKDgRUEPTBgyhC4hK8RZOojEzhjZvCOMKTUR3utP50t-bco-D-FGBJjzygupTeFylst1WShQNDjMJX7s7UY8VCy890x2zZSN4IYxHTIoB0anDqsaPwvfErYXRfuLoQ7RNPbzKYmTsR-KeDFTv33Rj7pCU6RtqUpTwlezwUNcBgmD49J9DNM780Q7ZSZ/s1350/the%20house%20of%20light.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIAbKDgRUEPTBgyhC4hK8RZOojEzhjZvCOMKTUR3utP50t-bco-D-FGBJjzygupTeFylst1WShQNDjMJX7s7UY8VCy890x2zZSN4IYxHTIoB0anDqsaPwvfErYXRfuLoQ7RNPbzKYmTsR-KeDFTv33Rj7pCU6RtqUpTwlezwUNcBgmD49J9DNM780Q7ZSZ/w512-h640/the%20house%20of%20light.jpg" width="512" /></a></span></div><p></p></span></div>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-44177061448714081982024-01-07T07:42:00.001+07:002024-01-07T07:42:57.342+07:00Refreshing Kelabu<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgud1c1sGObcvf9waFq6kia-5zTAmPA2DcQ9MKiGPRs_dT4X1cC8PyS3MUP-iSxcy5IDneM6msX7yNpFdhlqpBRd59JAgm8STvWfNT07tnu1ANorRqpYBgsYmtbTRDz4q4mzp-TCpEjpmveBQkfQxqrhwJ07X28HGafY6wWdK2ybdDhssXJWioTfQ45E3pE/s1920/foto%20di%20guci%20(1).jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgud1c1sGObcvf9waFq6kia-5zTAmPA2DcQ9MKiGPRs_dT4X1cC8PyS3MUP-iSxcy5IDneM6msX7yNpFdhlqpBRd59JAgm8STvWfNT07tnu1ANorRqpYBgsYmtbTRDz4q4mzp-TCpEjpmveBQkfQxqrhwJ07X28HGafY6wWdK2ybdDhssXJWioTfQ45E3pE/s16000/foto%20di%20guci%20(1).jpg" /></a></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;">Hari Jum’at, 24 November, saya bersama ‘komplotan ghibah’ (beberapa guru SDIT dan penyintas yang dulu pernah ngajar bareng di sebuah SDIT, yang saya tulis ceritanya di buku <i>Diary Teacher Keder</i>) berhasil mewujudkan resolusi pergi ke tempat wisata Guci buat renang-renang manja terus nanti pulangnya–-rencananya, ini rencananya ya.. mampir makan durian di pinggir jalan.</span></span></p><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Mobil yang seharusnya terisi 8 orang cuma terisi 6 orang karena ‘akan’ selalu ada oknum-oknum yang tiba-tiba suka membatalkan diri menjelang hari H. Daripada pusing membuat jadwal ulang biar semua bisa ikut tapi belum tentu juga kalau dijadwal ulang semuanya bisa ikut. Kami berenam memutuskan untuk tetap berangkat meskipun personil tidak lengkap.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kami janjian sehabis sholat Jum’at langsung kumpul di rumah Pak Ivan, yang tentu saja realisasinya pasti molor. Satu jam kemudian, barulah kami berenam siap otw menuju obyek wisata Guci dengan suasana yang mendung lalu perlahan turun gerimis.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di perjalanan kami bertukar cerita apa saja kontrak politik yang dilakukan sama istri masing-masing sampai bisa dapat ijin buat pergi hari ini. Ada yang sebenernya udah dilarang sama istrinya karena kondisinya lagi nggak terlalu sehat, tapi memaksa diberi ijin sama istri biar bisa ikut. Ada yang pulangnya ngejanjiin oleh-oleh buat istrinya, ada juga yang bilangnya perginya nggak terlalu lama padahal kemungkinan baliknya bisa sampai tengah malem banget karena otw-nya aja baru habis Jum’atan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #783f04; font-family: inherit; font-size: large;"><i>Prinsip kami siang itu adalah lebih baik meminta maaf daripada minta ijin terlalu jujur.</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Karena khawatir nyampe tujuan terlalu sore, kami cuma mampir di Alfamart pinggir jalan buat beli cemilan dan merelakan untuk skip makan siang yang menyita waktu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah menempuh perjalanan selama dua jam, akhirnya kami sampai di obyek wisata Guci. Tujuan awal kami adalah Onsen Omahe, kolam renang pakai air hangat yang kelihatannya keren banget pas dilihat di Instagramnya. Tapi begitu sampai di lokasi, kami kompak berbalik arah karena tempatnya ternyata nggak seindah yang ada di Instagram. Terlalu jauh dari ekspektasi kami.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah mampir solat ashar di musola, kami selfie sebentar pakai HP-nya Pak Azhar dengan latar belakang bukit yang ada tulisan GUCI-nya, itu juga nggak terlalu antusias, asal jepret aja. Lalu kami pun pindah tujuan ke Pemandian 2 Tang yang jaraknya nggak terlalu jauh. Walaupun cuma ada satu kolam renang besar dan kolam renang ukuran anak yang airnya juga hangat, setidaknya kolam renang ini cukup luas dan tempatnya bersih.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr_1Vsptpo10mhyfgQhG-aAwtoqof16D1N58BdqlCShZAGZRaAu8e9LJgeU8idp2NY5-u-bu8Lr0ubD2MEwgoFsaO89p6OgpgODPZBaq-JD-kyZEHtsIUnhQSPI8qeY0vNiuxMtLlhlN_LpAGS3v9liCJSDWkZFQAK_F2QZAAV3tLDfCwhh9_-HlSclv_x/s670/kolam%20renang%202%20tang%20guci.webp" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="445" data-original-width="670" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr_1Vsptpo10mhyfgQhG-aAwtoqof16D1N58BdqlCShZAGZRaAu8e9LJgeU8idp2NY5-u-bu8Lr0ubD2MEwgoFsaO89p6OgpgODPZBaq-JD-kyZEHtsIUnhQSPI8qeY0vNiuxMtLlhlN_LpAGS3v9liCJSDWkZFQAK_F2QZAAV3tLDfCwhh9_-HlSclv_x/w640-h426/kolam%20renang%202%20tang%20guci.webp" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kolam renang 2 Tang, Guci</td></tr></tbody></table></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Merasa sadar diri sama perut yang semakin buncit, saya memilih berenang memakai kaos yang udah saya pakai dari rumah. sebelumnya saya juga sempat mampir ke toko baju di sekitar tempat wisata karena baru sadar kalau saya ternyata nggak bawa celana pendek padahal udah disiapin dari rumah tapi lupa nggak dimasukin tas.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pemandian 2 Tang ini walaupun ‘ngakunya’ pemandian air hangat, tapi sore itu airnya nggak anget-anget banget. Malah hampir adem, pancuran di kolamnya malah yang keluar air dingin. Beda sama kolam renang yang buat anak-anak, disitu airnya malah anget banget.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">kami pun memilih pindah ke kolam anak karena airnya lebih nyaman buat berendam. Kami menyempatkan foto-foto sebentar (lagi-lagi) pakai hapenya Pak Azhar. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Menjelang maghrib, kami memutuskan untuk menyudahi berendamnya dan ganti baju. Setelah mengambil tas dan membuka retlsetingnya, saya mulai sedikit panik karena ternyata saya juga lupa bawa kaos ganti. Padahal seingat saya, saya udah nyiapin dua kaos yang mau saya bawa. Tapi sepertinya saya juga lupa masukin tas barengan sama saya lupa masukin celana pendek. Duh… mana ini ada di dalam tempat wisata lagi, nggak ada toko yang jualan kaos.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya pun coba nanya ke bapak-bapak komplotan ghibah ada yang bawa kaos lebih nggak, mau nggak mau saya terpaksa harus pinjem dulu, walaupun saya sangsi ukurannya bakalan pas sama badan saya yang melebar ini. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Untungnya, Pak Ivan punya stok kaos berlebih dan merelakan satu kaosnya buat saya pakai, yang tentu saja kekecilan, tapi ya… masih mending daripada saya keluar dari sini pake kaos basah di suasana pegunungan yang dingin sehabis hujan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah semua selesai ganti baju, kami pun siap-siap pulang dan mampir dulu di musola buat solat maghrib. Begitu selesai, kami mulai jalan santai menapaki anak tangga keluar gerbang wisata. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><i><span style="color: #783f04; font-size: medium;"><br /></span></i></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #783f04; font-family: inherit; font-size: medium;"><i>Di sinilah refreshing kelabu itu dimulai.</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pak Azhar tiba-tiba manggil yang lain buat balik lagi. Karena saya pikir masalah sepele, maka saya nunggu di tangga pintu keluar. Satu menit, dua menit, lima menit, yang ditungguin nggak balik-balik. Akhirnya saya nyusul masuk lagi nanyain ada apa sebenarnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dan saya baru tahu kalau ternyata HP Pak Azhar nggak ada. Tempat wudhu, tempat solat, sampe tas-tas lainnya udah digeledah semua, hasilnya nihil. Kita coba datengin lagi gazebo yang tadi dipakai buat naruh tas waktu lagi pada renang, juga nggak ada. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kami mulai sibuk mengelilingi kolam renang sampe musola, nyari-nyari hape Pak Azhar, karena pas ditelepon lewat WhatsApp hapenya masih bisa berdering. Jadi kami mikirnya mungkin hape ini jatuh di sekitar tempat wisata. Sayangnya, Pak Azhar waktu itu settingan HP-nya dibikin mode senyap, jadi kalau jatuh dan <i>di-miscall</i> pun nggak kedengeran nada deringnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kami udah sempat nanya ke petugas yang ngambilin gelas minuman di gazebo kami dan orangnya cuma bilang nggak lihat dengan begitu cueknya, nggak ada simpati-simpatinya sama sekali.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya sebenernya curiga kalau HP yang berdering ini ada yang ngambil. Alasan kenapa masih bisa ditelpon mungkin karena yang ngambil emang belum sempet matiin hapenya aja karena emang waktunya cepet banget, keluar dari gazebo, solat terus sadar HP udah nggak ada.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Atau mungkin HP-nya sengaja dibikin bisa tersambung, biar kami nggak mengira HP-nya ada yang ngambil, hanya jatuh di suatu tempat, lalu pada akhirnya kami akan putus asa dengan sendirinya dan keluar dari tempat wisata.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hampir dua jam lamanya, kami muter-muter nyariin HP-nya Pak Azhar. Kami masih memiliki keyakinan kalau HP-nya jatuh di sekitaran tempat wisata, bahkan tempat yang tadinya udah dicek, beberapa saat kemudian kami cek lagi untuk terus benar-benar memastikan HP-nya ada apa enggak.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pada akhirnya… Pak Azhar memilih untuk putus asa, merelakan HP-nya nggak ketemu dan ngajak kami buat pulang. Suasana jadi nggak enak banget gara-gara ada satu temen yang HP-nya hilang. Meskipun udah jelas bikin hati nggak karuan, Pak Azhar tetap mencoba tegar menerima kenyataan ini.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Mobil pun melaju keluar dari tempat wisata sekitar pukul delapan malam, jiwa-jiwa ngantukan mulai menghampiri dan satu per satu mulai pada terlelap. Pak Azhar masih sanggup nyetir meskipun suasana hatinya jelas sedang nggak karuan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hingga di sebuah belokan yang gelap. Tiba-tiba terdengar suara yang sulit didefinisikan, semua terjadi begitu cepat. Ternyata Pak Ivan, yang duduk di sebelah saya, di belakang Pak Azhar, muntah dengan derasnya. Pak Azhar langsung minggirin mobil. Keluar dari mobil, lalu ikutan muntah. Sepertinya Pak Azhar ikutan mual ngeliat Pak Ivan yang muntah dengan tiba-tiba.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bapak Komplotan Ghibah lainnya ada yang bantuin Pak Ivan, ada juga yang bantuin bersihin mobil yang kena muntahannya Ivan. Dua laki-laki yang sedang muntah di pinggir jalan, sementara laki-laki lainnya ikut keluar, jadi terlihat seperti gerombolan laki-laki yang habis mabok-mabokan lalu muntah karena kebanyakan minum alkohol.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Baju Pak Ivan basah oleh muntahannya sendiri, Pak Ivan lalu melepas kaosnya dan bertelanjang dada. Situasi semakin terlihat seperti gerombolan orang habis pada mabok. Bapak di seberang jalan, langsung menghardik agar kami jangan buang sampah sembarangan mengingat ada banyak sekali lembar tisu yang digunakan untuk membersihkan mobil yang kena muntahan dan membersihkan badan Pak Ivan. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sekarang posisinya jadi Pak Ivan yang nggak punya kaos buat ganti. Untungnya, Pak Zaka pakai kaos rangkap <i>sweater.</i> Maka, Pak Zaka juga melepas kaos yang dipakainya, lalu memberikannya ke Pak Ivan. Situasi semakin aneh, sekumpulan laki-laki di pinggir jalan tiba-tiba pada muntah dan nyopot kaos. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pak Ujang dan Pak Burhan di bangku belakang masih sedikit <i>shock </i>sambil mengelap mata dan mukanya yang terkena sedikit muncratan Ivan yang muntah di bangku depannya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Suasana malam itu semakin tidak baik-baik saja, sepertinya hari ini memang bukan hari yang baik untuk <i>refreshing</i> bareng. Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, kami pun melanjutkan perjalanan, kali ini Pak Zaka yang lanjut nyetir.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kami berhenti di pinggiran toko Randudongkal yang di depannya ada warung tenda lamongan. Sambil menunggu makan datang, saya iseng nyoba <i>miscall</i> HP-nya Pak Azhar lagi, dan sesuai dugaan, sekarang HP-nya sudah tidak bisa dihubungi. fix.. HP-nya emang ada yang ngambil.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2nwg90Jo3cWwTcFzfMxnuQy3ieA1_uPshiClI1LqTC9WwNnOoIJZsrr21IwhuhPTLF_npoGzacxWTf6ohDUfyMmBUo0TqSpq1RnjoL5nOgLvv1rJ-WCTjEo1qNXomraEKc7KgUlJSoELWst8SPvbHV49bQxdWCSkba14VXyVmEarazj1s2_lTRAGx0vrX/s1920/foto%20di%20guci.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2nwg90Jo3cWwTcFzfMxnuQy3ieA1_uPshiClI1LqTC9WwNnOoIJZsrr21IwhuhPTLF_npoGzacxWTf6ohDUfyMmBUo0TqSpq1RnjoL5nOgLvv1rJ-WCTjEo1qNXomraEKc7KgUlJSoELWst8SPvbHV49bQxdWCSkba14VXyVmEarazj1s2_lTRAGx0vrX/w640-h360/foto%20di%20guci.jpg" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Satu-satunya sisa foto yang selamat, karena sempat dikirim ke grup WA 'Komplotan Ghibah'. Sementara foto-foto yang di kolam renang belum sempet dikirim udah ilang duluan HP-nya 😅</td></tr></tbody></table></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kami makan dengan gamang, sambil bercanda pasrah kalau ini semua bisa terjadi karena emang pada nggak dapet ijin yang bener dari istri masing-masing.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan dalam malam yang sunyi, rasanya lelah untuk tetap bercerita dengan antusias seperti di awal keberangkatan. Kami sudah membuang jauh-jauh keinginan pulangnya mau mampir makan durian di pinggir jalan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hampir tengah malam kami akhirnya sampai, satu per satu dari kami turun membawa perasaan nggak enak karena ada hal-hal yang terjadi di luar dugaan. Tapi suatu hari nanti, seiring berjalannya waktu, setelah berdamai dengan keadaan, mungkin kami akan menceritakan kejadian hari ini dengan penuh tawa. </span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-4193455846416465292024-01-04T02:00:00.000+07:002024-01-04T11:55:37.470+07:00Membaca Kembali Koala Kumal<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCRWjCRB2KbX19L2mfKmZrqduJze4QAPO4vHHuv5qI57XnMTPu7Ic-80_tKwGdr5n_E1ve48kyWfND-fIAcaM9SJ2ZdQEmGfmXhyphenhyphenR7fgW0jlDeUiS-t6KHLzgXpMtO577Tl37WV4duMlK67PxtLWR3Mft9leQ7JIhrn4NPm8uAq-LE6Ii4Oos10iHqzrLb/s1920/KOALA%20KUMAL%20RADITYA%20DIKA.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black; font-family: inherit;"><img alt="koala kumal raditya dika" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCRWjCRB2KbX19L2mfKmZrqduJze4QAPO4vHHuv5qI57XnMTPu7Ic-80_tKwGdr5n_E1ve48kyWfND-fIAcaM9SJ2ZdQEmGfmXhyphenhyphenR7fgW0jlDeUiS-t6KHLzgXpMtO577Tl37WV4duMlK67PxtLWR3Mft9leQ7JIhrn4NPm8uAq-LE6Ii4Oos10iHqzrLb/s16000/KOALA%20KUMAL%20RADITYA%20DIKA.jpg" title="novel koala kumal" /></span></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;">Tahun 2014 saya masih inget, Raditya Dika ngeluarin buku terbarunya berjudul Koala Kumal, dan yang menarik saat itu adalah untuk 1.000 pembeli pertama bakalan dapet kaos Koala Kumal gratis. </span></span></p><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tahun segitu, <i>marketplace</i> belum sepopuler sekarang. Jadi order buku Koala Kumal masih pakai <i>website</i> di <i>bukabukudotcom.</i> Sesi pre order baru bisa dibuka tepat jam 12 malam, demi buku Koala Kumal saya rela melek sampai tengah malam, hingga menjelang pre order dibuka, saya baru sadar m-banking BCA saya ternyata saldonya bikin nangis.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah berjuang dengan militan dan <i>refresh-refresh</i> halaman <i>website</i> beberapa kali. Saya berhasil <i>checkout</i> 2 buku Koala Kumal gratis kaos, setelah itu saya langsung mengendap-endap keluar kamar, buka pintu depan, ngedorong motor keluar gerbang pelan-pelan biar orang rumah nggak pada bangun. Lalu nyalain motor dan bergegas menuju ATM BRI syariah (sekarang udah jadi Bank BSI). </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i>Malam itu saya lebih takut kalah cepet transfer uang buat bayar buku Koala Kumal dibanding ketemu Begal Kumal di jalan.</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dengan kecepatan internet yang alakadarnya waktu itu hingga <i>website </i>sempat <i>down</i> karena lonjakan pengunjung secara tiba-tiba. Beruntung, saya berhasil mengamankan 2 buku Koala Kumal gratis kaos, yang satunya tentu saja akan saya berikan ke *sebagian teks hilang*</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Koala Kumal adalah buku Raditya Dika pertama yang saya dapat tandatangannya. Dan, ya... memang cuma itu satu-satunya buku bertanda tangan Raditya Dika sampai sekarang. 😄😄</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTfF_Ft_U355utm1_nx5c9nTEfKBljOyzQjFMZZLOc4XF6x_5yn3GZaN-SwM1_SvjsYR5otMpnlb1x82QS7z3vidWio4LMPM54uQ19c__vLPG7UMS0MkD6A8917Hx7gD01uxTuyq1etk1jc4s1fF2gdJh-UU-hH58s8m4CvDavFlO_RRgDqqhEN0x0cpgT/s1024/WhatsApp%20Image%202024-01-03%20at%2021.37.38%20(1).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="koala kumal" border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTfF_Ft_U355utm1_nx5c9nTEfKBljOyzQjFMZZLOc4XF6x_5yn3GZaN-SwM1_SvjsYR5otMpnlb1x82QS7z3vidWio4LMPM54uQ19c__vLPG7UMS0MkD6A8917Hx7gD01uxTuyq1etk1jc4s1fF2gdJh-UU-hH58s8m4CvDavFlO_RRgDqqhEN0x0cpgT/w640-h480/WhatsApp%20Image%202024-01-03%20at%2021.37.38%20(1).jpeg" title="novel koala kumal" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kondisinya cukup menyedihkan, banyak bercak kuningnya</td></tr></tbody></table></div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah hampir 10 tahun lamanya, tiba-tiba saya bertemu lagi dengan Koala Kumal gara-gara bukunya baru saya ambil dari sekolah yang dulu, yang sudah saya ceritain di <a href="https://www.edotzherjunotz.com/2023/12/tumpukan-buku-yang-terlupakan.html" target="_blank">postingan sebelumnya</a>.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya jadi ingat bagaimana buku ini bisa sampai ada di sekolah bareng tumpukan buku lainnya. Waktu itu, salah satu temen guru SDIT yang dulunya juga temen satu SD saya, main ke rumah, lalu minjem buku Koala Kumal. Setelah beberapa hari, bukunya dibalikin di sekolah dan ternyata teronggok begitu lama hingga saya menjemputnya kembali setelah tiga tahun lamanya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya memang nggak terlalu ngecek buku ini di deretan rak buku saya karena memang saya udah beli lagi semua bukunya Raditya Dika dengan <a href="https://www.edotzherjunotz.com/2018/03/bukan-review-ubur-ubur-lembur.html" target="_blank">cover terbarunya</a>. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Melihat bukunya yang sekarang udah lusuh dan menguning. Saya jadi teringat lagi bagaimana perjuangan saya waktu itu untuk mendapatkan buku ini seperti yang saya ceritakan di atas. Lalu, saya jadi pengen membaca ulang buku ini. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dari sekian bab yang saya baca sembilan tahun kemudian, ada cerita yang masih saya ingat ada juga cerita yang bener-bener saya nggak ingat sama sekali. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMtulpMchFudBA6HocOpNfEVSpERSV150B2l-t5E2UntVv7rI_gWr4IPfnD-sjZ_UXYi3v03kcSEr_3OYwf4AX-0gTZ1E73FmlaT3b2oZzHGH15A97ZacEFjnxwKUinbNNJzp_KPLKHg1KfJeF39AWvLf5MueyeHlqTq5lB2N-Eqop-rNDiSSLSMYZoqON/s1024/WhatsApp%20Image%202024-01-03%20at%2021.37.38.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="novel koala kumal" border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMtulpMchFudBA6HocOpNfEVSpERSV150B2l-t5E2UntVv7rI_gWr4IPfnD-sjZ_UXYi3v03kcSEr_3OYwf4AX-0gTZ1E73FmlaT3b2oZzHGH15A97ZacEFjnxwKUinbNNJzp_KPLKHg1KfJeF39AWvLf5MueyeHlqTq5lB2N-Eqop-rNDiSSLSMYZoqON/w640-h480/WhatsApp%20Image%202024-01-03%20at%2021.37.38.jpeg" title="koala kumal quotes" width="640" /></a></div></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Membaca ulang Koala Kumal, saya jadi lebih ngerti kalau buku ini tuh memang sepatah itu. Waktu saya lihat ulasan di Goodreads, buku ini hanya mendapat rating 3 sekian. Banyak yang kecewa dengan ekspektasi mereka karena awalnya pengen baca buku ringan yang bisa bikin ketawa. Ternyata mereka malah baca buku yang lumayan kelam. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sebenarnya nggak salah juga, orang-orang udah mengenal Raditya Dika sebagai penulis komedi. Jadi ketika Koala Kumal terbit dan isinya lebih banyak nyeritain getirnya patah hati, orang-orang yang baca jadi ikutan patah hati bukunya nggak sesuai ekspektasi. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Menurut saya sendiri, Koala Kumal tetap menjadi sebuah buku yang asyik buat dibaca, meskipun komedinya nggak seperti buku-buku sebelumnya. Kelihatan banget kalau Koala Kumal ditulis dengan lebih matang. Penulisannya jauh lebih rapi, lebih terstuktrur, dan terlihat tidak terburu-buru dalam bercerita. Sepertinya, ini karena konon katanya, butuh waktu hingga empat tahun bagi Raditya Dika untuk menyelesaikan buku ini. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Koala Kumal nunjukin kalau Raditya Dika juga bertumbuh dengan tulisan-tulisannya. Udah nggak <i>se-slenge-an</i> yang dulu. Bahkan udah beda banget dibandingkan buku-buku sebelumnya yang banyak menulis hal-hal konyol di hidupnya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></div></span><blockquote><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setiap orang pasti akan mengalami patah hati yang mengubah cara pandangnya dia terhadap cinta seumur hidupnya. Cara dia ngelihat cinta akan berbeda semenjak patah hati itu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i>Patah Hati Terhebat, hal. 207</i></span></div></span></blockquote><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></div></span><blockquote><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Dik, kamu tahu gak istilah Mama untuk orang yang sudah pernah merasakan patah hati?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Apa, Ma?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Nyokap menatap mata gue, lalu bilang, “Dewasa” </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i>Koala Kumal, hal. 247</i></span></div></span></blockquote><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-52484449710796301242024-01-03T15:23:00.002+07:002024-01-04T08:33:29.319+07:00Boost Your Confidence by Cosmolle Comfortable Sportswear<p></p><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqPKlCevmq2L-yn7vHfK-SOHVdCHWUqHeBSdhM-yhuW035m_8ySk_d0f1g8PYu04FUIImU7af0zDku-H18G3wdjJUpgQ1wK1ni3vXsucCtml-LpoTOKhxjVDk_YykjW2eflepSzJ1PSomnkNS6z59potuHR8cmymOhFLyT1zVP6kBNocJA00CgFluq_-Kw/s1440/C148F1CF-C452-409a-A7BE-C0DABB5448A8.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1440" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqPKlCevmq2L-yn7vHfK-SOHVdCHWUqHeBSdhM-yhuW035m_8ySk_d0f1g8PYu04FUIImU7af0zDku-H18G3wdjJUpgQ1wK1ni3vXsucCtml-LpoTOKhxjVDk_YykjW2eflepSzJ1PSomnkNS6z59potuHR8cmymOhFLyT1zVP6kBNocJA00CgFluq_-Kw/w640-h480/C148F1CF-C452-409a-A7BE-C0DABB5448A8.png" width="640" /></a></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Wearing the right clothes is the ultimate way of boosting your confidence. This is directly linked to our psychology because when we feel good, we automatically handle things with more confidence. However, it’s an absolute pain to find comfortable sportswear that lets you train easily without taking away the flexibility.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">So, if you are ready to add new pieces to your sportswear collection, Cosmolle has got you covered. With this article, we are sharing some of the best pieces for you to choose from.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #3d85c6; font-family: inherit; font-size: large;">Move Free ActiveEase Bra</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">When it comes down to sportswear, many people don’t pay attention to the bra. As a result, their breasts become saggy because of insufficient support. For this reason, we are talking about this bra. Designed with thin straps, this bra is a promising choice for women who want a chic and sleek look. The bra is made from soft-to-the-touch fabric, which feels easy.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">The bra also has a low round neckline, which looks very flattering. As far as the shape is concerned, there are cups (they are removable), so you can have full control over coverage and support.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlN_0_UNyfxq71N93gvVAJERnkq95x4pC9cVU_lAdccci06FuaL1-0TC588gfqAwCkeSJ5e9lB_6Z6Ry6WivMtFWi4y1KJAEvq2fv17hLxvwM3jfZHo3DUHhy2ODaGWnLpc9OtCW6SxG0FneLGpUQ7VQXKyGH13pgrft-QunKJQBXV-vgjciySqdLkHtNl/s466/Screenshot%202024-01-03%2014.00.48.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="466" data-original-width="369" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlN_0_UNyfxq71N93gvVAJERnkq95x4pC9cVU_lAdccci06FuaL1-0TC588gfqAwCkeSJ5e9lB_6Z6Ry6WivMtFWi4y1KJAEvq2fv17hLxvwM3jfZHo3DUHhy2ODaGWnLpc9OtCW6SxG0FneLGpUQ7VQXKyGH13pgrft-QunKJQBXV-vgjciySqdLkHtNl/w316-h400/Screenshot%202024-01-03%2014.00.48.png" width="316" /></a></div><br /></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;">Product link - <a href="https://www.cosmolle.com/collections/special-offer/products/move-free-activeease-bra">https://www.cosmolle.com/collections/special-offer/products/move-free-activeease-bra</a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"> </div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #6fa8dc; font-size: large;">Move Free Twist Bust Sports Bra</span></div></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Whether you want a bra or a <a href="https://www.cosmolle.com/products/airwear-long-sleeve-high-waist-legging-set" target="_blank">long sleeve legging set</a>, you can opt for this bra. That’s because you can easily pair it with leggings that you already have at home. It’s an apt choice for women who want style as well as comfort. This means that you can use this bra for an active lifestyle without taking away agility.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">However, it promises mild support, so you can use it for low-intensity workouts (yes, it’s fine for yoga). It offers mild support as well as shaping. In addition, there is light shock absorption, promising added comfort.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcBS7_v0Ob9JlxbcRp6ko4Z_LLJNxBiwonWS2LY8vgzEMd9QAq6-o9WBQK_UjeSmErShYVANi_sLQf69vopy7b1_7hPmWCSrZ1KRMxVFURiPjz0G0fvW9uzVpTgBmrCHCdvMn5O7l_H7y2GuTVwFH3cVHLZPVAWgku60NcnJs5TPtuvHOtZ5wWupwHDpTU/s407/Screenshot%202024-01-03%2014.02.21.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="407" data-original-width="327" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcBS7_v0Ob9JlxbcRp6ko4Z_LLJNxBiwonWS2LY8vgzEMd9QAq6-o9WBQK_UjeSmErShYVANi_sLQf69vopy7b1_7hPmWCSrZ1KRMxVFURiPjz0G0fvW9uzVpTgBmrCHCdvMn5O7l_H7y2GuTVwFH3cVHLZPVAWgku60NcnJs5TPtuvHOtZ5wWupwHDpTU/w321-h400/Screenshot%202024-01-03%2014.02.21.png" width="321" /></a></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Product link - <a href="https://www.cosmolle.com/collections/special-offer/products/move-free-twist-bust-sports-bra">https://www.cosmolle.com/collections/special-offer/products/move-free-twist-bust-sports-bra</a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #3d85c6; font-family: inherit; font-size: large;">Move Free Knot Long Sleeve Top</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;">Many women don’t purchase sportswear tops because they don’t provide coverage to the arms. If you</div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"> </div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;">have a similar dilemma, we recommend going for this long sleeve top. Made from soft and eco-friendly fabric, it’s extremely suitable even if you have sensitive skin. There is internal chest support, so your breasts won’t feel unsupported.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">In addition to this, there are fingerless gloves at the end of the sleeves, making workouts easier. In particular, the gloves will protect you from blisters. All in all, it’s a pretty versatile option, so you can use it for different types of workouts.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEN_hIFAbcAge341mzIguTpYiCz9rMVWu4JjXPOMwhyphenhyphencHIFpnxaORo-M0E9BFsl9r-vFgLYgXY6Shzb39KkUDVsC787z6uslbgSlkWO0hDPD-S_uR5hpI5X8LNPjNX8j2zo15LBq9uW_bDGFPdJR1oIU1w68seuAKgz94WwiBiEYjg5Lnwk3DCr7zxg8qM/s449/Screenshot%202024-01-03%2014.03.47.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="449" data-original-width="360" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEN_hIFAbcAge341mzIguTpYiCz9rMVWu4JjXPOMwhyphenhyphencHIFpnxaORo-M0E9BFsl9r-vFgLYgXY6Shzb39KkUDVsC787z6uslbgSlkWO0hDPD-S_uR5hpI5X8LNPjNX8j2zo15LBq9uW_bDGFPdJR1oIU1w68seuAKgz94WwiBiEYjg5Lnwk3DCr7zxg8qM/w321-h400/Screenshot%202024-01-03%2014.03.47.png" width="321" /></a></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Product link - <a href="https://www.cosmolle.com/collections/special-offer/products/move-free-knot-long-sleeve-top">https://www.cosmolle.com/collections/special-offer/products/move-free-knot-long-sleeve-top</a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #3d85c6; font-family: inherit; font-size: large;">Move Free Yoga Shorts Jumpsuit</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;">The last one on our list is an <a href="https://www.cosmolle.com/collections/bodysuits" target="_blank">activewear bodysuit</a>. This is a short one for people who want to layer it with pants. That’s because it has shorts, so you can wear pants on top and use them for regular use as well. The bodysuit is designed to hug every curve of your body because the material is form-fitting and flexible.</div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"> </div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;">In fact, the shoulders have a wide strap design, which promises support (it’s a blessing for women with bigger breasts). Also, it will naturally enhance the hips, given the peach-shaped buttock design.</div></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt0FfoU6HHe48WGheZwxSkEST1-jSlqzziCDimKfIucWcJ-gJBR-aZUemlSDILCwsINyfaQWk4jH1Ir9y13bTSRI_J5XHgMAk8GDZUcTBLBVIa9azouiAvrGwIy4SWypLoFzPoFr4PWxEf59gTRA3F51k8k-lWoRReujOFvbcNlYUqRyYsnZsdsMgBVwOh/s457/Screenshot%202024-01-03%2014.04.50.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="457" data-original-width="364" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt0FfoU6HHe48WGheZwxSkEST1-jSlqzziCDimKfIucWcJ-gJBR-aZUemlSDILCwsINyfaQWk4jH1Ir9y13bTSRI_J5XHgMAk8GDZUcTBLBVIa9azouiAvrGwIy4SWypLoFzPoFr4PWxEf59gTRA3F51k8k-lWoRReujOFvbcNlYUqRyYsnZsdsMgBVwOh/w319-h400/Screenshot%202024-01-03%2014.04.50.png" width="319" /></a></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Product link - <a href="https://www.cosmolle.com/collections/special-offer/products/move-free-yoga-shorts-jumpsuit">https://www.cosmolle.com/collections/special-offer/products/move-free-yoga-shorts-jumpsuit</a></span></div></span><p></p>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-82497060505818155212023-12-31T22:50:00.007+07:002024-01-01T17:44:54.718+07:002023 - Buku yang 'Akhirnya' Selesai Dibaca<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKjUiAKQREZ8AktJ5iqyi99OIUXqNgzJ-3Q0gd8RC5kiD3vgRxIQg8CKtRszLMTm93kX6XW65-dMWhV6Bgyr7PsJbmqN_tYfUR8HkbUIqE9tm5LpS4Gw43cnQOKPmNSFxw32GzCDdrJ-8z0ghH7mvTZO8OjT-QODsKI4pnijQ2OqSEuCcUBTECFRZ0XZRE/s1920/reading%20challenge%20goodreads.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="reading challenge" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKjUiAKQREZ8AktJ5iqyi99OIUXqNgzJ-3Q0gd8RC5kiD3vgRxIQg8CKtRszLMTm93kX6XW65-dMWhV6Bgyr7PsJbmqN_tYfUR8HkbUIqE9tm5LpS4Gw43cnQOKPmNSFxw32GzCDdrJ-8z0ghH7mvTZO8OjT-QODsKI4pnijQ2OqSEuCcUBTECFRZ0XZRE/s16000/reading%20challenge%20goodreads.jpg" title="goodreads" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;">Separuh lebih 2023 saya melewatinya dengan jarang sekali menyentuh buku. Bahkan untuk sekedar membereskan rak buku di rumah aja malesnya kebangetan. Seringnya saya masuk ke ruang baca di rumah hanya untuk tiduran, Youtube-an lalu keluar lagi.</span></span></p><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ruang baca yang ada di lantai bawah aja jarang dipake buat baca, padahal di sebelahnya ada banyak buku berjejer yang lumayan banyak juga belum pada dibaca. Apalagi ruang baca di lantai atas yang kebanyakan komik sama majalah-majalah anak jadul, lebih nggak tersentuh lagi. Bahkan tepat setahun ini, di tahun 2023 saya hampir nggak baca komik sama sekali selain komik N<i>ight Patrol Teacher</i> yang juga belum selesai saya baca, padahal cuma 9 volume.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sadar dengan minat membaca yang sedang terjun bebas, di awal tahun 2023 saya hanya menargetkan membaca 15 buku di Goodreads. waktu itu mikirnya, ya… bisalah sebulan baca 1 buku, nanti pasti ada momen di mana selama setahun ke depan bisalah baca-baca lebih dari 1 buku yang bikin target baca 15 buku jadi tercapai.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setengah tahun berlalu, ternyata buku yang saya baca masih nol aja. 😄😄😄</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya bahkan udah pasrah, target membaca 15 buku di Goodreads bakal menguap gitu aja. Seperti di tahun 2022 yang nggak berhasil saya selesaikan. Kelihatannya juga emang udah nggak mungkin sih dengan sisa bulan yang tersisa, tiba-tiba saya jadi kesetanan baca banyak buku.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sampai pada suatu hari, ketika saya lagi tiduran di ruang baca lantai bawah, di sebelah saya ada deretan novel Lupus yang awalnya hanya saya lihat sepintas. lalu saya tertarik sama salah satu buku yang judulnya <i>Simalakama - Daripada Hujan Batu di Bus Sekolah, Mendingan Hujan Rupiah di Kantong Kita!</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya ambil buku yang tipis banget itu, lalu saya iseng baca satu bab. Oke, menarik. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lalu saya coba baca bab selanjutnya, halaman demi halaman, masih menarik. Hingga akhirnya buku ini selesai saya baca dalam waktu nggak sampe sehari.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Walaupun berhasil menyelesaikan satu buku, yang jumlah halamannya tipis banget, itu tidak membuat semangat membaca buku lainnya muncul kembali. Saya masih tidak berpikir untuk berjuang kembali demi target 15 buku di Goodreads.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selang beberapa minggu kemudian, dengan rutinitas yang sama. Saya lihat buku dari Kisah Tanah Jawa, yang belum pada sempat dibaca. Saya coba ambil satu yang judulnya Bank Gaib dan coba baca beberapa halaman. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Motivasi membaca buku ini sampai selesai lumayan naik setelah melihat isi dari buku ini yang jarak spasi antara baris lumayan lebar hingga banyak ilustrasinya. Sepertinya, membaca buku ini tidak akan terlalu melelahkan. Maka, buku kedua pun selesai saya tuntaskan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Minat membaca saya mulai tumbuh lagi, setelah di tahun 2023 ini belum ada keinginan untuk membeli buku satu pun. Keinginan itu muncul kembali dan masih belum jauh-jauh dari zona nyaman saya. Buku genre horror.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Demi memenuhi keinginan minat membaca yang mulai membaik, saya pun kembali membeli buku horror terbitan Gagas Media berjudul <i>Ningsih.</i> Setelah itu, saya mulai niat lagi buat berburu buku horor-horor dari gagas media lainnya seperti <i>Saranjana, Kota Gaib Wentira, Parang Maya,</i> hingga <i>Ngunduh Jiwo</i>. Saya juga membeli buku horror lainnya yang berjudul <i>Jaga Mayit</i> dan juga <i>Di Ambang Kematian</i>. Judul terakhir yang saya sebutkan sengaja saya beli setelah saya puas nonton filmnya di bioskop. Saya jadi penasaran pengen tahu jalan cerita versi novelnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tidak seperti kebiasaan saya yang hobi menumpuk buku entah kapan bacanya. Kali ini, buku-buku yang saya beli berhasil saya tuntaskan semuanya. Ya, strategi saya memang menjauhi dulu buku yang pengen dibeli tapi entah kapan dibacanya. Kali ini, saya lebih memilih membeli buku yang bener-bener pengen dibaca.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Nggak terasa, buku-buku yang saya baca udah hampir memenuhi target 15 buku selama tahun 2023 ini. Dengan mood membaca yang sudah membaik, saya mencoba keluar dari zona nyaman dengan membaca <i>24 Jam Bersama Gaspar </i>yang sebenarnya buku ini sudah saya beli sekitar setahun yang lalu (atau mungkin lebih lama lagi). Dan ternyata membaca buku di luar genre horror juga menyenangkan, saya bersyukur akhirnya ada keinginan membaca buku <i>24 Jam Bersama Gaspar </i>ini karena ceritanya ternyata memang sebagus itu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Selanjutnya, saya kembali lagi ke genre horror, bisa dibilang nggak horror-horror banget, tapi semacam thriller yang judulnya <i>Napas Mayat</i>. Novel ini malah udah saya beli sekitiar dua tahun yang lalu dan mengendap begitu saja di rak buku. Ternyata, membaca buku ini benar-benar perjuangan, butuh waktu berhari-hari untuk bisa menyelesaikan buku ini karena bahasanya yang terlalu muter-muter kebanyakan metafora.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Masuk bulan Desember, hanya tinggal dua buku lagi buat saya menyelesaikan <i>reading challenge </i>15 buku. Tapi sepertinya minat membaca saya menukik lagi karena saya lagi betah-betahnya ngutak-atik <i>template</i> blog. Saya lebih betah berselancar ngeliatin <i>template </i>blog di berbagai <i>website</i> selama berjam-jam, berhari-hari.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ngerasa sayang kalau <i>challenge</i> ini nggak berhasil padahal tinggal dua buku lagi, saya paksakan untuk membaca buku kisah tanah jawa yang berjudul <i>Unit Gaib Darurat.</i> Buku ini harusnya bisa dibaca sekali duduk atau ya, sehari-lah paling lama karena banyak ilustrasinya juga. Tapi malah molor sampe berhari-hari karena saya lebih tertarik ke <i>template</i> blog.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Satu buku terakhir, tadinya saya mau mencari novel yang ringan-ringan aja. Yang penting bisa menuntaskan target 15 buku. Tapi saya jadi mikir lagi, saya membaca buku <i>feel-</i>nya<i> </i>jadi beda. Saya membaca hanya untuk memenuhi <i>reading challenge</i>, nggak bisa membaca dengan santai menikmati bukunya tanpa peduli <i>deadline</i>.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white;"><div style="font-size: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hingga akhirnya, tanpa sengaja saya bertemu (lagi) dengan <i>Koala Kumalnya</i> Raditya Dika. Kalau nggak males, nanti akan saya tulis di postingan tersendiri tentang ini. Saya pun memilih untuk membaca <i>Koala Kumal</i>, meskipun buku ini udah pernah saya baca. Tapi setidaknya ketika saya membuka kembali buku ini, dalam hati merasa saya memang bener-bener pengen membaca buku ini, bukan karena demi<i> challenge. </i></span></div><div style="font-size: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i><br /></i></span></div><div style="font-size: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: #2b00fe; font-family: Righteous; font-size: medium;"><b>👇 Buku yang berhasil dibaca di tahun 2023 👇</b></span></div><div style="font-size: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i><br /></i></span></div><div style="font-size: 15px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLGGKBMOCZ0PjLYeqQZ0kAwqPCSrI1QgQA-NkCQRJcTwZri3FCt11l92GXiZZTF_NLLXl_gIcG0_Vk4i1UrJhrJAzmQ7mQbxT3H-cf62izKRrNbaoDEFpG3u2SpnLBgKmPbLHN0_HyLBtnG8tPLcOktKFRRb2n-FCjHWUxPSeAhlOHnR-wRHXZeZWrHiX6/s616/Screenshot%202023-12-31%2022.26.50.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="411" data-original-width="616" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLGGKBMOCZ0PjLYeqQZ0kAwqPCSrI1QgQA-NkCQRJcTwZri3FCt11l92GXiZZTF_NLLXl_gIcG0_Vk4i1UrJhrJAzmQ7mQbxT3H-cf62izKRrNbaoDEFpG3u2SpnLBgKmPbLHN0_HyLBtnG8tPLcOktKFRRb2n-FCjHWUxPSeAhlOHnR-wRHXZeZWrHiX6/w640-h428/Screenshot%202023-12-31%2022.26.50.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7bUkbfK_pTlS8MigtagyyFvUBnaweLEosBVYwbEFrSiw4_LNygCeg3-XWcAtOdJlDc_5ekjcGc_eBlV9DGtRdKmkQi-znE_mkLxoErDy6bCg2W85XO0JD5ajwrM1CuVdybpzLHKtq9EEU8hSVwdfFDyOL0PLBOTRG5R_cpOUMbizB0H5yWnuZTDJNoCoR/s616/Screenshot%202023-12-31%2022.27.29.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="411" data-original-width="616" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7bUkbfK_pTlS8MigtagyyFvUBnaweLEosBVYwbEFrSiw4_LNygCeg3-XWcAtOdJlDc_5ekjcGc_eBlV9DGtRdKmkQi-znE_mkLxoErDy6bCg2W85XO0JD5ajwrM1CuVdybpzLHKtq9EEU8hSVwdfFDyOL0PLBOTRG5R_cpOUMbizB0H5yWnuZTDJNoCoR/w640-h428/Screenshot%202023-12-31%2022.27.29.png" width="640" /></a></div><br /></span></div></span><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ternyata emang bener, membaca karena pengen-–membuat saya betah untuk membaca lebih lama tanpa terganggu ke hal-hal semacam buka <i>smartphone</i> lalu jadi lupa waktu. <i>Koala Kumal</i> jadi buku kelima belas di tahun 2023 yang berhasil saya tuntaskan sekaligus menyelesaikan <i>reading challenge di Goodreads.</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tadinya saya mau berhenti dulu baca buku di hari-hari akhir bulan Desember. Saya akan melanjutkan membaca kembali di tahun 2024. Tapi nggak tahu kenapa, <i>mood</i> membaca saya sepertinya jadi bagus setelah membaca <i>Koala Kumal. </i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya pun iseng mengambil sebuah buku <i>thriller</i> dari rak buku berjudul <i>Lengking Kematian</i>, iseng lihat-lihat blurb-nya, lalu baca-baca halaman awal, saya langsung betah baca seharian. Dan buku ini berhasil saya tuntaskan pagi tadi di tanggal 31 Desember.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ngomongin <i>reading challenge,</i> sebenernya kalau dipikir-pikir hal ini bagus buat memacu kita membaca buku sesuai target. Tapi sisi negatifnya menurut saya, membuat saya jadi lebih sering memilih buku bacaan yang nggak tebel-tebel banget halamannya karena mikirnya takut memakan banyak waktu. Khawatir target nggak terpenuhi, ngerasa sayang juga. walaupun ya sebenernya terpenuhi atau enggak target membacanya, itu nggak ngaruh sama kehidupan sehari-hari juga.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lalu untuk tahun berikutnya,<i> Insya Allah…</i> kalau <i>mood</i> membaca baik, saya tetap akan menargetkan 15 buku di 2024. saya akan menyelesaikan <i>reading challenge</i>-nya lebih awal. Jadi setelah itu, saya bisa membaca buku-buku yang tebal tanpa itung-itungan untung ruginya.</span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-3331399110738266932023-12-29T18:05:00.023+07:002023-12-29T18:15:28.794+07:00Tumpukan Buku yang Terlupakan<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTqRGe3N-kvQV39nAveQ1zbSAvtDrlR_3vR1QLywUsWcRPZrZwgkWRigQAlJy-tmSud8tiFLqhJZqcghCX_ReyqrvM_HB_qTrCmTLWUzQDIkkDv1Q4W60nvBVfkRYlBg9m4xeCKJGCBaok2DpEaXSWnDpAGm4h7dGRfssEsQAjdWubWoxwDFByGx7fbNQ8/s1920/tumpukan%20buku.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tumpukan buku di lemari" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTqRGe3N-kvQV39nAveQ1zbSAvtDrlR_3vR1QLywUsWcRPZrZwgkWRigQAlJy-tmSud8tiFLqhJZqcghCX_ReyqrvM_HB_qTrCmTLWUzQDIkkDv1Q4W60nvBVfkRYlBg9m4xeCKJGCBaok2DpEaXSWnDpAGm4h7dGRfssEsQAjdWubWoxwDFByGx7fbNQ8/s16000/tumpukan%20buku.jpg" title="penerbit rajawali grafiti bajakan" /></a></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; font-size: 15px;">Suatu malam, di beberapa minggu yang lalu--saya sedang berghibah dengan bapak-bapak <a href="https://www.edotzherjunotz.com/2021/03/datang-duduk-ghibah.html" rel="nofollow" target="_blank">Komplotan Ghibah</a> di rumah Pak Azhar. Entah berawal dari obrolan random yang mana, Didi nyeletuk, “Eh Dot, bukumu itu loh, masih di SDIT belum diambil. Tapi nggak tahu juga sih masih ada apa enggak. Ruang ustad udah pindah soalnya.”</span></span></p><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Waah.. iya Diiiih… Gilaaa… sampe lupaaa bukuku masih ada yang di SDIT belum diambil!”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya tiba-tiba teringat dengan tumpukan komik-komik yang masih tertinggal di kantor ustad SDIT. Kantor guru laki-laki dan perempuan di SDIT memang ruangannya dipisah, itu sebabnya bapak-bapak bisa tiduran dengan damai setiap ada jam kosong atau jam istirahat. Dan saya juga sering nyimpen buku-buku di kantor ustad karena memang ruangannya cukup luas. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dulu saya memang masih hobi berburu komik, saking seringnya belanja komik yang dipadukan dengan letak SDIT yang strategis, saya sering make alamat sekolah buat nerima paketan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">walaupun ya… alasan paling utamanya khawatir aja kalau di rumah keseringan nerima paketan, istri jadi tahu kalau saya sering belanja komik.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Waktu saya pindah dan berpisah dengan SDIT, saat itu situasinya memang sedang rame-ramenya COVID-19. Walaupun sempat ada perpisahan di sekolah dengan guru-guru lain yang juga pindah bareng saya, saya nggak kepikiran buat langsung bawa komik-komik yang masih tertinggal di kantor SDIT. Saya mikirnya, beberapa waktu ke depan, saya masih tetep bolak-balik kesini karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Didi kemudian melanjutkan, “Waktu itu sih bukunya tak pindahin di dapur. Tapi nggak tahu udah dipindahin belum sama Pak Dayat. Waktu itu Pak Dayat sempet nanya, buku-bukunya masih kepake nggak, kalau nggak kepake mau diloakin. Udah ilang sih palingan bukunya.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya langsung was-was dengernya, “Duh.. udah lama banget lagi nggak tak ambil-ambil, kalau sampe dikiloin beneran paraaah sih.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Salahnya siapa, nggak diambil-ambil. Udah mau tiga tahun ya susah juga kalau mau dicari.” Didi sengaja nambah pikiran saya malam itu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Seingat saya, buku yang saya tinggal waktu itu adalah komik set Ranma ½ volume lengkap 1-34 sama Ghost 1-21 lengkap. Kedua-duanya komik terbitan Rajawali Grafiti semua. Kalau Ghost, sebenernya juga udah diterbitin sama Elex Media dengan judul Yuyu Hakusho. Lalu ada beberapa printilan buku lainnya yang saya lupa ada apa aja.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6Mr4KE2RQqSFKo8uE1_teTqgwhd0D292A6D-q0sayk6vZVSNfRScuPFYZ9ekzXKKk_dWOKxCztMXAYyblXqyAx6ljtOKF1uOHCAfDX5HWckJMwwqn46_H2PtJhSXM6y_tTFhEeusTp3GOG8LTKViIkC5KAD-vumP3Hay_5gnkMZmorqfdCWvpduj8a5kp/s4032/IMG-20231229-WA0015.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Komik Rajawali Grafiti" border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6Mr4KE2RQqSFKo8uE1_teTqgwhd0D292A6D-q0sayk6vZVSNfRScuPFYZ9ekzXKKk_dWOKxCztMXAYyblXqyAx6ljtOKF1uOHCAfDX5HWckJMwwqn46_H2PtJhSXM6y_tTFhEeusTp3GOG8LTKViIkC5KAD-vumP3Hay_5gnkMZmorqfdCWvpduj8a5kp/w640-h480/IMG-20231229-WA0015.jpg" title="Komik Ranma Ghost" width="640" /></a></div></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadi, penerbit Rajawali Grafiti ini semacam penerbit komik di masa yang lalu yang nggak resmi. Kerjaannya ngebajak komik dari Jepang terus ngubah judulnya, biasanya sih diubah seenaknya sendiri. Salah satu contohnya, komik Doraemon, dibajak lalu karakter Doraemonnya diilangin diganti sama karakter bikinan penerbit ini sendiri dan judulnya diubah jadi Mr. IQ. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sumpah, niat banget. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Karena status nggak resminya di masa lalu, di masa sekarang buku terbitan Rajawali Grafiti banyak dicari buat koleksi karena udah lumayan jadi barang langka.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Gara-gara malam itu ngebahas buku-buku saya yang nggak diambil-ambil di SDIT hampit tiga tahun yang lalu, saya jadi kepikiran sepanjang perjalanan pulang. Bisa-bisanya keseringan menunda-nunda ngambil sampe bertahun-tahun, endingnya malah lupa pernah ninggalin buku di kantor.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Maka, hari Senin kemarin, saya memastikan ke Didi di SDIT ada orang apa enggak karena kebetulan lagi libur sekolah dan memang tanggal merah. Untungnya, di SDIT lagi ada renovasi, jadi dapat dipastikan Pak Dayat dan partnernya, Pak Faris ada di sekolah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Suasana siang itu beneran sepi. Gerbang sekolah terlihat lengang. Saya memarkirkan motor di depan masjid, lalu berjalan masuk ke lapangan SDIT yang dikelilingi ruang kelas. Udah lumayan lama saya nggak kesini, sekolah ini udah banyak yang berubah. Bangunannya semakin banyak, ruangannya juga banyak yang berubah. Saya melihat beberapa pintu kelas terbuka, di dalamnya ada beberapa pekerja yang sedang sibuk mengecat kelas. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dalam hati saya berkata, “SDIT emang keren banget, kayaknya sering banget ngecat tembok kelas. Kalau di SD negeri, mungkin lima kali pilpres baru ada tuh agenda ngecat kelas.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya melangkah dengan penuh harap menuju ruang dapur yang ada di bawah tangga kelas. Disitu saya melihat Pak Faris sedang menata meja kelas di sebelah dapur. Sementara Pak Dayat terlihat sedang ngerebus air di dapur. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah berbasa-basi, dengan pasrah saya mengucap, “Pak.. mau nanya nih, kalau barangnya masih ada ya alhamdulillah, kalau nggak ada ya astaghfirullah..”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">kemudian saya menceritakan kronologinya, dulu saya sempat ninggalin tumpukan buku di kantor ustad, niatnya mau tak ambil kapan-kapan, malah kelupaan. Sekarang ruang ustad sudah berubah menjadi dapur memasak. Ruangan yang sengaja dibikin buat masak makan siang siswa di sekolah setiap harinya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sambil bercerita, mata saya berkeliling mencari kardus yang mungkin ada di tumpukan dapur berisi komik-komik saya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pak Dayat paham dengan buku-buku yang saya tinggalkan, tapi beliau tidak tahu di mana letak pastinya buku itu. Saya memahami keadaan itu, dan memang udah persiapan buat pasrah ketika mendengar ketidaktahuan dari Pak Dayat.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Namun, tanpa diduga, Pak Faris yang ada di kelas sebelah tiba-tiba nyeletuk, “Oh… bukunya njenengan yang di kardus itu?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Iya, Pak. Njenengan liat?” Secercah harapan kembali muncul siang itu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Di kantor ustad kayaknya, pas beres-beres waktu itu dibawa sama Pak Didi ditaruh di ruang ustad.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya menghirup napas lega. masih ada harapan untuk menemukan komik-komik saya yang dulu saya tinggalkan begitu saja.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Ayo coba tak anter ke ruang ustad.” Pak Dayat dengan sukarela nganterin saya nyebrang lapangan menuju ruang ustad.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Maap ya Pak, jadi ngrepotin gini.” Saya jadi ngerasa nggak enak.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“SDIT makin hari makin keren banget ya, Pak. Mbangun terus nih kayaknya.” Saya nyoba basa-basi sama Pak Dayat.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Njenengan kalau mau muji mending muji saya aja. Benda mati sih nggak usah dipuji-puji, percuma juga.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Njirrr.. bener juga, niatnya mau sok baik-baikin sekolah karena nggak enak udah ngrepotin, malah kena <i>ultimate </i>dari Pak Dayat.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah masuk kantor, Pak dayat langsung membebaskan saya untuk mencari di mana letak komiknya. Saya langsung menyisir pandangan di atas lemari-lemari kantor. Saya cari kardus yang kemungkinan jadi tempat bersemayam komik-komik saya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pak Dayat juga ikut bantu mencari keberadaan kardus komik yang berbaur dengan kardus-kardus lainnya. Di atas lemari kantor memang banyak kardus printer sama kardus kertas HVS pada numpuk. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya sampai naik ke meja buat ngetuk-ngetuk tiap kardus buat ngecek ada isinya apa enggak. Sampai pada akhirnya Pak Dayat menunjuk sebuah kardus bekas kertas printer yang atasnya nyembul beberapa tumpukan komik. rasanya langsung plong banget. Komik-komik yang saya lupakan, hari itu berhasil saya jemput kembali setelah hampir tiga tahun lamanya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di dalamnya ada Komik Ghost 1-21 yang ternyata ilang 1 volume, nomer 15. Komik Ranma ½ 1-34 lengkap, beberapa buku yang saya lupa kapan belinya dan ternyata juga ada novel Koala Kumal-nya Raditya Dika. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW5sgfS_VhXASmqTf1kV7GOVv6kSgISG8FNwnHg7tTokUqetnfV3x3rCijHX3bJVqv4IQpNQSpPswaKaEDAevXSg46DiEW9pzmuTxWNhyphenhyphenTreBvSS1RKJpo3cvJKuOYjmL8ed__XMjmR2vn2HWZ6Bvtf5tUd4Y_5Fa-wJXKZ3g0tDzv-atEzf2ycqg4sKAz/s4032/IMG-20231229-WA0014.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Komik terbitan rajawali grafiti" border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW5sgfS_VhXASmqTf1kV7GOVv6kSgISG8FNwnHg7tTokUqetnfV3x3rCijHX3bJVqv4IQpNQSpPswaKaEDAevXSg46DiEW9pzmuTxWNhyphenhyphenTreBvSS1RKJpo3cvJKuOYjmL8ed__XMjmR2vn2HWZ6Bvtf5tUd4Y_5Fa-wJXKZ3g0tDzv-atEzf2ycqg4sKAz/w640-h480/IMG-20231229-WA0014.jpg" title="Koala kumal raditya dika" width="640" /></a></div><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 15px;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Setelah ngobrol sebentar sama Pak Dayat, saya pulang dengan perasaan lega. Walaupun dalam hati saya agak kesel juga sama Didi. Karena ternyata dia sebenernya udah tahu kalau komiknya aman di kantor ustad yang baru. Tapi sengaja banget bilang nggak tahu, pake kata-kata sok dramatis.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-size: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><i>“Waktu itu sih bukunya tak pindahin di dapur. Tapi nggak tahu udah dipindahin belum sama Pak Dayat. Waktu itu Pak Dayat sempet nanya, buku-bukunya masih kepake nggak, kalau nggak kepake mau diloakin. Udah ilang sih palingan bukunya.”</i></span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-61355737038790058872023-12-23T08:12:00.008+07:002023-12-24T16:51:15.933+07:00Review FIlm Dunki, Bagus Apa Bikin Nyesel?<p style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpww-M88CNuYF9Q9XkxqcY-TRH6O6Avd-BziOjEZT2KdUJxPwyt6581ak7a4T-VQfLKbcZdmt0dl1zqJptTJkl1XO39M7yF8cD6Z5S3FMDdK_5womjElB-Q4i-_SF6s17vZHzpjnAdMkZi-KzBxSrUJ0Y6MYXb_vWhenj-i-ZrDF-mpqS1WENv0K1yPuP8/s1920/review%20film%20dunki.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img alt="Review FIlm Dunki" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpww-M88CNuYF9Q9XkxqcY-TRH6O6Avd-BziOjEZT2KdUJxPwyt6581ak7a4T-VQfLKbcZdmt0dl1zqJptTJkl1XO39M7yF8cD6Z5S3FMDdK_5womjElB-Q4i-_SF6s17vZHzpjnAdMkZi-KzBxSrUJ0Y6MYXb_vWhenj-i-ZrDF-mpqS1WENv0K1yPuP8/s16000/review%20film%20dunki.jpg" title="Sinopsis FIlm Dunki" /></a><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"></span></p><p></p><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Rencananya sih tadi saya sama istri mau nonton<i> Jatuh Cinta Seperti di Film-Film</i>. Di platform X banyak yang ngomongin kalau film ini bagus, bahkan ada yang sampe menobatkan ini adalah film terbaik di tahun 2023. Siapa yang nggak penasaran coba?</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Jadilah siang tadi saya sama istri sengaja ke kota Tegal buat nonton film ini. Karena film ini udah diputer dari kemarin-kemarin, kemungkinan penontonnya udah nggak rame-rame banget, nggak sampe harus kehabisan tiket, apalagi ini bukan <i>weekend.</i> Saya jadi santai aja nggak pesen duluan tiketnya lewat <i>online.</i><span><a name='more'></a></span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Nah, pas lagi di jalan saya baru ngecek jam tayang film <i>Jatuh Cinta Seperti di Film-Film</i> adanya jam berapa aja. Saya coba ngecek di aplikasi TIX ID, tapi ternyata di CGV sama Cinepolis filmnya udah nggak ada, duuuh… jangan-jangan udah turun layar nih, saya coba ngecek di Facebook Gajahmada Cinema dan ternyata zonk juga.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ini diluar dugaan banget, jadi bingung mau nonton apa nih jadinya, agak nyesel juga sih kenapa dari kemarin nggak nyempetin waktu buat nonton film ini. Akhirnya karena udah terlanjut otw ke kota Tegal. Saya liat-liat film yang lagi tayang hari ini barangkali ada yang menarik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Seandainya saya dari kemarin nggak buka X, mungkin saya bakalan menetapkan pilihan langsung ke Siksa Neraka. Tapi karena saya tahu, di X banyak yang bilang kalau film ini kayak film sinetron yang ditayangin bioskop, kualitas film adzab indosiar, bahkan ada yang sampe walk out nonton film ini saking kualitasnya yang menyedihkan. Saya skip film ini. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Pilihan berikutnya ada Panggonan Wingit, saya cek reviewnya di Youtube, banyak yang kesel juga sama film ini. Oke, skip lagi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ada lagi Aquaman, saya langsung skip film ini karena memang saya nggak suka sama film-film genre kayak gini. Lalu ada Layangan Putus The Movie yang lagi ada promo tiket beli 1 gratis 1. Tapi, ya… saya nggak tertarik.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Pilihannya tinggal ada Dunki, nnggg… film apalagi ini? Pas saya klik filmnya, ternyata ini film India. Saya sempat kepikiran mau nunda nonton filmnya karena emang nggak ada film yang bikin sreg, tapi saya coba dulu deh buat nyari review film Dunki di X, beberapa akun luar ada yang ngereview film ini bagus, ada yang bilang biasa aja, ada juga yang bilang layak untuk sekali tonton aja.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya pun nawarin film ini ke istri, minat nonton nggak? Istri tentu saja langsung oke-oke aja karena dia emang agak-agak suka film India. Karena film Dunki ini genrenya tertulis komedi, oke deh… nggak ada salahnya nonton film ini. Rating di IMdB juga saya cek lumayan tinggi, dapet nilai 7,5.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisuRM_B5kDlDPiUoBlFtVmTfAK62nD7lKD5rA9rsAu_jf6VJJGCp2e57O0hMAxa2hsWfY7HlZ7a1iVOUAbT-J8jUV0mX0sZSRBoCMMlN-0J4qTZQ9ZLAdU7S8NfDIoD_8qHiYuUdKBGKR4PQcyqUkqLwVusGlG7saT2xcB-lN_367WHByBrjNknGUhRtVD/s1350/film%20dunki%20.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="poster film dunki" border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1012" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisuRM_B5kDlDPiUoBlFtVmTfAK62nD7lKD5rA9rsAu_jf6VJJGCp2e57O0hMAxa2hsWfY7HlZ7a1iVOUAbT-J8jUV0mX0sZSRBoCMMlN-0J4qTZQ9ZLAdU7S8NfDIoD_8qHiYuUdKBGKR4PQcyqUkqLwVusGlG7saT2xcB-lN_367WHByBrjNknGUhRtVD/w480-h640/film%20dunki%20.webp" title="poster film dunki" width="480" /></a></div><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Nah… sekarang saya ngomongin filmnya dulu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Film ini dibuka dengan seorang nenek (Manu Randhawa) yang sedang dirawat di rumah sakit diam-diam mencoba mengambil rokok dari saku celana petugas kebersihan rumah sakit. Petugas kebersihan yang menyadari rokoknya diambil langsung menegur Manu untuk tidak merokok di kamar rumah sakit. Manu pun mencoba menyogok petugas kebersihan agar diijinkan untuk merokok, namun petugas tetap bersikeras menolak dan akhirnya Manu mencoba menambah uang sogokan dengan mengubah perintah untuk membawa Manu keluar dari rumah sakit. Begitu berhasil keluar dari rumah sakit, Manu ternyata sudah berhasil melarikan diri dan bertemu dengan pengacara kenalannya lalu meminta pengacara untuk menghubungi orang bernama Hardy, yang pasti tahu cara untuk membawanya pulang ke India.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah berhasil menelpon, Manu meminta bertemu dengan Hardy (Shah Rukh Khan) di Dubai dengan mengajak dua temannya, Balli dan Buggu. Kemudian cerita berjalan mundur ke tahun 1995.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Manu, Balli dan Buggu adalah orang India yang masing-masing memiliki masalah ekonomi dan ingin merubah nasib ekonomi keluarganya. Satu-satunya cara untuk bisa mengubah ekonomi keluarga mereka adalah dengan pergi ke London, Inggris. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sayangnya, cara untuk pergi ke Inggris tidaklah mudah karena mereka harus memiliki visa. Untuk bisa punya visa, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Mereka bertiga pun mencari agen yang bisa membuatkan mereka visa dengan jalan pintas. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Manu harus paham makna-makna gulat karena akan dibuatkan visa sebagai atlit cadangan gulat, sementara Balli dan Buggu akan dibuatkan visa melalui jalur pernikahan dengan gadis inggris dan sebagai dokter (kalo nggak salah, tapi intinya gitu).</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hardy, mantan tentara yang datang ke Laltu karena ingin mengembalikan alat pemutar musik milik seseorang yang pernah menyelamatkan hidupnya saat peperangan dulu, mampir di sebuah tempat makan dan melihat keramaian Manu yang sedang bekerja sebagai pelayan disitu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Manu dimarahi oleh pemilik tempat makan karena mengajak dua temannya (Balli dan Buggu) untuk duduk di tempat makan tersebut, selain itu Manu juga terlalu baik sama pelanggan, dengan santainya mau mengganti makanan pelanggan dengan yang baru. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXD2Sll49KyHIx4NCsNcumPusS6z69DYkLMg21Paj2c6IxHD53vlpxoTmLgdG9IQIuuoqFFovSHWnfqFZDbCYwVEkm5sMNrus0JiD05MJqX-O3EoJfS_nSfpTwHdvXXW5QJc8S5YSKWUqp47MYGD32PV_1aIZWqp2aSxjoGLPj2WtpQGzYKPJXG6iYGY5v/s1363/Screenshot%202023-12-23%2008.06.07.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Dunki" border="0" data-original-height="601" data-original-width="1363" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXD2Sll49KyHIx4NCsNcumPusS6z69DYkLMg21Paj2c6IxHD53vlpxoTmLgdG9IQIuuoqFFovSHWnfqFZDbCYwVEkm5sMNrus0JiD05MJqX-O3EoJfS_nSfpTwHdvXXW5QJc8S5YSKWUqp47MYGD32PV_1aIZWqp2aSxjoGLPj2WtpQGzYKPJXG6iYGY5v/s16000/Screenshot%202023-12-23%2008.06.07.png" title="Review dunki indonesia" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hardy yang sedang duduk di tempat makan terpukau dengan keberanian Manu berdebat dengan pemilik tempat makan yang galak. Saat pemilik tempat makan mau berbuat kasar sama Manu, Hardy langsung datang menolong Manu dengan membanting pemilik tempat makan. Manu yang melihat Hardy jago banting-membanting langsung meminta tolong ke Hardy untuk mengajarinya gulat karena salah satu syarat untuk memiliki visa dari si Agen, Manu harus ngerti istilah-istilah dalam gulat.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah susah payah belajar dan Manu berhasil menguasai gerakan-gerakan gulat. Manu langsung menuju ke kantor agen tersebut bersama dua temannya, tapi begitu masuk ke tempatnya. Kantor udah kosong dan mereka sadar kalau udah ditipu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hardy yang melihat ketiga orang ini udah putus asa, berinisiatif untuk membantu mereka bertiga mendapat visa. Salah satunya adalah dengan jalur pendidikan, untuk itu mereka harus bisa menguasai bahasa inggris lebih dulu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dalam perjalanannya belajar bahasa inggris ini, ada salah satu teman laki-laki bernama Sukhi yang belajar bahasa inggris karena ingin segera menuju Inggris untuk menyelamatkan kekasih hatinya yang dipaksa menikah dengan orang Inggris. Di sana kekasih hatinya menderita karena mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Sukhi bertekad untuk datang ke Inggris menjemput, namun terhalang kemampuannya memahami bahasa inggris yang membuatnya tidak berhasil mendapat visa.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah 90 hari belajar bahasa inggris, mereka harus ikut tes IELTS untuk bisa mendapatkan pengakuan mahir berbahasa inggris. Meskipun sudah mendapat trik dari Hardy, nyatanya hampir semua yang ikut tes gagal. Ajaibnya, hanya Balli yang saat itu berhasil dan dia pun mendapat visa untuk pergi ke inggris.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sukhi yang gagal, semakin frustasi karena keinginannya untuk menjemput kekasih hatinya harus tertunda. Hardy mencoba menenangkan Sukhi dengan mengatakan Balli yang akan menjemput kekasihnya dan segera mengabarinya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Beberapa hari kemudian sebuah telepon masuk dari Balli di Inggris yang mengabari kekasih hati Sukhi bunuh diri setelah mengetahui Sukhi gagal menjemputnya karena tidak memperoleh visa. Mendengar kekasihnya bunuh diri, Sukhi kehilangan semangat hidup dan menyiram dirinya dengan minyak kemudian membakar diri.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dari kepedihan ini, Hardy akhirnya mengajak teman-temannya untuk menuju ke Inggris tanpa visa dengan jalur DUNKI. Jalur imigran gelap melalui daratan dan lautan yang membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicB4psh3tmts5YT-ONf0HeUb7rrI3d2PnRPAoeDvrQyxtmFR4YfeW3eBMCPd4UXzFBhZ2nEp4h7mbNcvOA7bdsdA9wnuV8S8BM3262J2UPiwOaLXr3_HWltzVrZjYrc59coBcWWAVXOFZUmU8cwSa0-NXumQrYcJHXXjCCYN0SOYyI44tWBMWcCd0xpceQ/s1361/Review%20film%20Dunki.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Review film Dunki" border="0" data-original-height="606" data-original-width="1361" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicB4psh3tmts5YT-ONf0HeUb7rrI3d2PnRPAoeDvrQyxtmFR4YfeW3eBMCPd4UXzFBhZ2nEp4h7mbNcvOA7bdsdA9wnuV8S8BM3262J2UPiwOaLXr3_HWltzVrZjYrc59coBcWWAVXOFZUmU8cwSa0-NXumQrYcJHXXjCCYN0SOYyI44tWBMWcCd0xpceQ/s16000/Review%20film%20Dunki.png" title="Alur Cerita Film Dunki" /></a></div><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Adegan selama DUNKI ini adalah adegan yang paling keren dan menegangkan menurut saya. Mereka benar-benar harus bertahan hidup dari tentara penjaga di tiap-tiap negara dengan medan perjalanan yang ekstrem bahkan hampir seperti neraka. Selama Dunki pula, Hardy sekuat tenaga berusaha melindungi Manu dari segala bahaya di sekitarnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Pada akhirnya, mereka berhasil sampai di Inggris. Namun, sayangnya kesuksesan yang mereka harapkan tidak berjalan sesuai kenyataan. Mereka justru harus hidup di kontrakan dengan imigran gelap lainnya, bersembunyi dari polisi, hingga jadi pengemis.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ0wv8cr2CbkuSsZQ1zsRIMFY_-_8ecJBLgMXHujpXEzzW-W1oinLHB3aIGBJQJ6Y2vS3oqqtxQEiPYz2RkEng2PN70JJzthhB0MqiGSPkGDJ78YQx1h4A0x2uHccrA6Ue5Q0cVeXNUa8fRWpzYfO8zJfiasudOWGoKMA2VYWmjb7YNF4EE7YlniiT7x5W/s1366/Alur%20cerita%20film%20Dunki.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="shah rukh khan dunki" border="0" data-original-height="603" data-original-width="1366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ0wv8cr2CbkuSsZQ1zsRIMFY_-_8ecJBLgMXHujpXEzzW-W1oinLHB3aIGBJQJ6Y2vS3oqqtxQEiPYz2RkEng2PN70JJzthhB0MqiGSPkGDJ78YQx1h4A0x2uHccrA6Ue5Q0cVeXNUa8fRWpzYfO8zJfiasudOWGoKMA2VYWmjb7YNF4EE7YlniiT7x5W/s16000/Alur%20cerita%20film%20Dunki.png" title="sinopsis film dunki" /></a></div></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Selanjutnya, perjuangan mereka untuk bisa sukses atau enggaknya di London, bisa kalian tonton sendiri filmnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; font-size: 15px; text-align: start;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Awal-awal cerita, butuh waktu buat saya beradaptasi sama film ini, karena ini adalah film india yang pertama kali saya tonton di bioskop. Saya bahkan menonton film ini tanpa tau sinopsisnya seperti apa, yang saya tahu.. beberapa orang nge-review film ini bagus dan film ini udah ditunggu-tunggu banget sama banyak orang.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sebagai orang awam yang ketika nonton film tujuannya hanya untuk mendapatkan hiburan. Buat saya film ini tuh bagus banget. Dengan durasi 2 jam 40 menit, saya justru berharap film ini jangan cepat-cepat selesai, beneran nggak kerasa nonton film dengan durasi selama itu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Masalah akting pemain, biarlah orang yang lebih ngerti yang ngomentarin. Kalau buat saya sih, film ini emang benar-benar bikin campur aduk. Beberapa adegannya sukses membuat saya benaran ketawa lepas. Nggak cuma itu, film ini juga berhasil bikin deg-degan juga bikin nyesek.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="text-align: left;">Film ini intinya nyeritain tentang perjuangan para imigran gelap yang berjuang untuk bisa menuju negara Inggris dengan harapan ingin mengubah nasibnya. Demi bisa menuju negara tujuannya, mereka rela mengarungi perjalanan yang tidak mudah bahkan sampai harus mempertaruhkan nyawa. Di akhir film, diberi cuplikan dokumentasi gambar asli para imigran gelap yang ‘gagal’ menuju negara impiannya. Beberapa ada yang meninggal di jalan, terluka di perjalanan hingga tertangkap tentara perbatasan.</span> </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hari ini sepertinya saya sedang beruntung, nggak bisa nonton film <i>Jatuh Cinta Seperti di film-Film</i> karena ternyata filmnya udah turun layar. Ketika dengan terpaksa memilih DUNKI daripada nggak jadi nonton sama sekali, ternyata filmnya justru benar-benar memuaskan untuk ditonton. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/mhWXJhS8LuE" width="320" youtube-src-id="mhWXJhS8LuE"></iframe></div><div style="text-align: center;"><b>Trailer Film Dunki</b></div><p></p>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-66603829976469782072023-12-20T20:37:00.002+07:002023-12-21T07:43:29.053+07:00Nraktir Mixue<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhZfFt3hC3kqipf9zLqMIRZGw7ZjyTEgF8p7ZKGnD-x0zdmm9leFcLuejSQLQEYUgv6FW4vPsC0OrFW9tTCdvKiOcSee2lZej0XcEB94lsQC5WBtHXMtwFrSz2hwzDpR_-gdTiJlmNl49sTYvjGsPjyO7qSfKmeCeMgJZ-jbUFMpJl7ZSh1ZFbRCEc9nH7/s1920/nraktir%20mixue%20anak%20sd.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhZfFt3hC3kqipf9zLqMIRZGw7ZjyTEgF8p7ZKGnD-x0zdmm9leFcLuejSQLQEYUgv6FW4vPsC0OrFW9tTCdvKiOcSee2lZej0XcEB94lsQC5WBtHXMtwFrSz2hwzDpR_-gdTiJlmNl49sTYvjGsPjyO7qSfKmeCeMgJZ-jbUFMpJl7ZSh1ZFbRCEc9nH7/s16000/nraktir%20mixue%20anak%20sd.jpg" /></span></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Awal-awal ngajar kelas enam tahun ini, bulan Agustus jadi perhatian saya. Ngeliat anak-anak berangkat full satu kelas nggak ada yang ijin tuh beneran jadi momen yang langka banget. </span></span></p><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setiap hari pasti ada aja satu dua anak yang nggak berangkat sekolah. Alasan mereka nggak berangkat ya karena nggak berangkat aja. Nggak ada ijin lewat chat di WA atau ya minimal nitip pesan ke temennya buat sampein ke gurunya kenapa mereka nggak berangkat. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Mereka beneran nggak ada takut-takutnya atau ya minimal ada risih-risihnya misal kemarin habis nggak berangkat, terus besoknya udah duduk santai di bangku kelas.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Bulan Agustus, saya memang sengaja nggak terlalu kenceng-kenceng sama mereka. Saya sengaja bikin anak-anak ngerasa nyaman dulu masuk kelas enam, bikin mereka ngerasa gurunya nggak galak-galak banget sama mereka. Tapi ya itu, nyatanya tiap hari ada aja anak yang nggak berangkat tanpa rasa bersalah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Masuk bulan September, saya mulai mengenalkan pentingnya ijin kalau nggak berangkat sekolah. Seandainya bangun kesiangan, tetep mending berangkat daripada akhirnya nggak berangkat. Kalau misal udah tiga kali nggak berangkat tanpa ijin dalam waktu sebulan, istirahat pertama saya bakal mengutus ketua kelas atau relawan kelas buat datengin rumah anaknya suruh berangkat. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hari itu juga saya ngasih tahu ke anak-anak di bulan Agustus cuma ada tiga anak dari 18 siswa yang berangkat terus. Melihat statistik kehadiran full anak-anak yang terlalu rendah,</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">bulan September saya janjikan <i>reward</i> ke anak-anak yang berangkat sekolahnya full selama sebulan, bakalan saya ajak beli Mixue. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya pikir <i>reward</i> ini akan berlalu biasa saja, berangkat sebulan full bagi mereka pasti susah, karena memang kebiasaan di sekolah ini hampir setiap hari pasti ada aja anak yang nggak berangkat. namun hari itu, anak-anak terlihat antusias mendengar <i>reward</i> yang saya janjikan. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah satu bulan berlalu, dari yang tadinya cuma 3 anak berangkat full sebulan, akhir September nggak disangka jadi ada 12 anak yang berangkat full (termasuk 3 anak yang full di bulan Agustus, September berangkat full lagi), beberapa anak yang nggak berhasil berangkat full juga sebenernya alasannya masuk akal. Ada yang sakit ‘beneran’ habis jatuh dari sepeda, kakinya luka. Ada yang ujian EBTAQ (ngaji) di TPQ-nya, juga ada yang emang beneran ada kepentingan keluarga. Walaupun ya, memang ada satu siswa yang emang dari awal udah beneran nggak pernah berangkat.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Baru dijanjiin ditraktir Mixue aja perubahan anak-anak jadi drastis banget dibanding bulan sebelumnya. Seandainya mereka sadar janjinya Allah SWT bagi yang menunaikan solat sunnah dua rakaat sebelum solat subuh. Mereka pasti mati-matian ngerjainnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Melihat jumlah siswa yang berangkat fullnya lebih dari separo, saya malah jadi gentar sendiri. Menghitung uang yang harus dikeluarkan buat beneran nraktir Mixue 😄</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">***</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Pak, katanya mau nraktir Mixue, Pak?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Iya, Pak. Kan udah janji sih, Pak”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hampir setiap pagi ketika masuk kelas, saya berasa udah ditunggu sama <i>debt collector</i> yang nagih hutang saya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Kan, Pak Edot udah bilang nraktirnya nanti habis ulangan semesteran. Santai aja…” saya mencoba mengulur waktu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Laaah.. lama banget, Pak. Kemarin-kemarin janjinya Kamis depan. Ini udah Kamis Pak”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Eh, emang iya, ya? Yaudah ganti Sabtu aja pas ngembalin rapor ya. Kali ini beneran deh. Ini Pak Edot nraktirnya yang bulan September dulu ya. Oktober sama Novembernya nanti nyusul.” </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Anak-anak tidak bisa berbuat apa-apa karena memang kendali di tangan saya. Selain itu, saya mundurin harinya karena memang sebenarnya saya udah itung-itungan biaya yang harus dikeluarkan buat nraktir mereka. Pas udah siap, eh malah ditagih pembayaran buku sama sekolah. Parahnya adalah meskipun siswa ada yang belum bayar bukunya, gurunya yang harus nalangin dulu. Mau nggak mau anggaran nraktir Mixue kepake dulu. Saya berharapnya pas pembagian rapor, orangtua siswa dengan senang hati langsung pada ngelunasin.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hari Sabtunya, saya berangkat jam setengah sembilan. Sengaja agak siang karena emang beneran udah nggak ada kegiatan di sekolah. Saya udah pasrah absen <i>face print</i> tercatat terlambat. Sekali-sekali mungkin nggak apa-apa, sih.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Anak laki-laki saya minta ngembaliin raportnya berangkat jam sembilan karena Mixue bukanya agak siang. Baru sampe depan sekolah, anak-anak udah pada berlarian menyambut saya sambil teriak-teriak “Pak Edooot… Pak Edooot”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ngapain harus teriak-teriak sih 😄</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ngeliat <i>outfit</i> mereka hari itu saya langsung protes. “Kok nggak pake seragam sekolah?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Emang disuruh pake seragam sekolah, Pak?” Landa malah balik nanya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Yaiyalah, ini kalo pada pake baju bebas gini, dikiranya Pak Edot lagi bawa anak punk jajan Mixue.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Naaah kaaan, bener aku kan, Pak?” Dafin membanggakan diri sendiri karena seragamnya bener. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Daripada nungguin mereka pada pulang ganti seragam. Akhirnya saya ambil keputusan tetap mengajak mereka ke Mixue dengan outfit ala anak punk-nya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Di perjalanan, mereka terlihat bahagia melihat jalanan kota, saling sotoy satu sama lain, bahkan ujung-ujungnya pada ngelunjak, minta dianterin sampai ke Yogyakarta segala. Dikiranya Yogyakarta lewat kota Pemalang jaraknya jadi cuma 10 kilometer kali, ya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Perjalanan siang itu jadi lebih panjang karena ternyata gerai Mixue terdekatnya belum pada buka. Waktu baru menunjukkan sekitar pukul 09.30, berarti masih ada waktu setengah jam lagi buat nungguin Mixue buka. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya coba lanjut menuju gerai Mixue selanjutnya, barangkali jam bukanya beda antara Mixue yang satu dengan yang lainnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Namun setelah berkeliling ke tiga Mixue dan satu Aicha (yang sama kayak Mixue) dan masih pada tutup juga. Saya inisiatif lanjut ke Mixue di daerah kaligelang. Kalau pun masih tutup palingan bentar lagi juga buka karena waktu udah menunjukkan mau pukul sepuluh.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dan ternyata bener… Mixue-nya udah buka, saya ngasih uang ke salah satu anak, sambil bilang, “Mau bawa pulang apa makan di tempat?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Bawa pulang aja, Pak. Makan di perjalanan lebih enaaakkk” Kata Robi udah nggak sabar pengen masuk ke gerai Mixue.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Iya, Pak. Bungkus aja makannya di jalan.” Landa ikut menambahkan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Betulll… ngeliat <i>outfit</i> kalian yang kayak anak punk, emang lebih baik dibungkus aja. Nih.. nanti belinya Mixue yang cone aja ya, itu yang paling murah.. jangan lupa sekalian nambah cup biar nggak buru-buru makannya takut mencair.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Anak-anak cowok cengengesan dan langsung berlarian penuh semangat ke toko Mixue. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWofe1mTi6Z4Njas3g2fVZ1AgCAP2BKsqp0Kbr7geURsN3E6v7clSPD8KY2d69Zkb7Q5ngwrC3gPGURevduPjJS0Mpnji3O4pZXeQHjYambSpu75EBdT1htsu4UdvbNdH7F7NIqnRCTskQAq7qECeRWfuKGhX1swfo8EoVpopiBOvjnoKUqGAKtJEowr0S/s4624/mixue.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="nraktir mixue" border="0" data-original-height="3468" data-original-width="4624" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWofe1mTi6Z4Njas3g2fVZ1AgCAP2BKsqp0Kbr7geURsN3E6v7clSPD8KY2d69Zkb7Q5ngwrC3gPGURevduPjJS0Mpnji3O4pZXeQHjYambSpu75EBdT1htsu4UdvbNdH7F7NIqnRCTskQAq7qECeRWfuKGhX1swfo8EoVpopiBOvjnoKUqGAKtJEowr0S/w640-h480/mixue.jpg" title="anak sd jajan mixue" width="640" /></a></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Beberapa saat kemudian, saya dan anak-anak sedang perjalanan pulang dan mereka menikmati Mixue-nya sambil ngirit-ngirit. Nggak pengen cepet langsung habis.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sesampainya di sekolah, anak-anak cewek langsung berlarian nggak sabar. Fyi, karena kalo sekali berangkat nggak mungkin cukup. Jadi saya bagi dua berangkat ke Mixue-nya, cowok dulu, baru abis itu anak cewek. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Di perjalanan, anak cewek juga sama girangnya ngeliat jalanan kota. Seharusnya perjalanan beli Mixue ini bisa lebih cepat karena gerainya udah pasti buka. Tapi anak cewek minta muter-muter dulu, mau liat alun-alun Pemalang, liat Yogya Mall sampai liat pemandangan kota. Bagi anak-anak yang setiap hari biasa ngeliat sawah. Pemandangan yang biasa ini mungkin jadi luar biasa bagi mereka. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya sengaja milih gerai Mixue di jalan Ahmad Yani biar nggak terlalu jauh sama arah pulang. Anak-anak juga tak tawarin, mau dibawa pulang apa makan di tempat. Beda dengan anak cowok, mereka pada minta makan di tempat. Yaudah.. mereka tak kasih uang dengan instruksi yang sama seperti anak cowok dan tak minta beli sendiri. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Selang beberapa saat saya nyusulin mereka karena betah banget nggak keluar-keluar. Ternyata mereka lagi asik makan es krim sambil ngobrol santai tanpa mikir lagi ada yang nungguin di depan. Setelah foto-foto sesaat, mereka ngajakin pulang lanjut ngemil Mixue di perjalanan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcDBHC7lbz9Mr4wnMgOS2NpJan5FtpdvUMpYaqD9JaglfZNfmZysUiO_lMIf83QjodTB8DlnANIBKAPWRwy3nVk148RY9dFi7T0OiS5qRWSQix-SVHnGafcYTW-9xA0TM4AnEAo7lEZQ33sgpKe3EaH0bhGupevZTWcq8A5Cit0W_MwYN93NEq9izo6KHj/s4624/nraktir%20mixue.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="mixue" border="0" data-original-height="3468" data-original-width="4624" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcDBHC7lbz9Mr4wnMgOS2NpJan5FtpdvUMpYaqD9JaglfZNfmZysUiO_lMIf83QjodTB8DlnANIBKAPWRwy3nVk148RY9dFi7T0OiS5qRWSQix-SVHnGafcYTW-9xA0TM4AnEAo7lEZQ33sgpKe3EaH0bhGupevZTWcq8A5Cit0W_MwYN93NEq9izo6KHj/w640-h480/nraktir%20mixue.jpg" title="nraktir mixue" width="640" /></a></div></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLCZnqdwyNiZDl1CrEQlWh6iwVlKPlvzUgNmoVWJiQOy5vWP6jXTUfRl_kkOWGfqJjvqzpMYGMI8btV_tlxSX6jwQfzVO-1176-nMYVI36RhLLU-QhT9pnzX8WkAmtcETfoXZjDpx8RS1za2acBdqRFa1V6O9mWNdl53EiiQinpFTmIRtEnHSWq7q5Knuk/s4624/anak%20sd%20makan%20mixue.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="mixue" border="0" data-original-height="3468" data-original-width="4624" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLCZnqdwyNiZDl1CrEQlWh6iwVlKPlvzUgNmoVWJiQOy5vWP6jXTUfRl_kkOWGfqJjvqzpMYGMI8btV_tlxSX6jwQfzVO-1176-nMYVI36RhLLU-QhT9pnzX8WkAmtcETfoXZjDpx8RS1za2acBdqRFa1V6O9mWNdl53EiiQinpFTmIRtEnHSWq7q5Knuk/w640-h480/anak%20sd%20makan%20mixue.jpg" title="es krim mixue" width="640" /></a></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sampai di sekolah, anak-anak turun dengan bahagia walaupun sebelumnya sempet pengen ngerasain lebih lama di perjalanan. Setelah pamit pulang sambil cium tangan, mereka saling bercerita mau bawa pulang sendok Mixue-nya, mau dicuci di rumah dan nanti dipakai buat sendok makan. Ah…. dasar anak-anak, saya senyum-senyum mendengarnya.</span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-16764421799757540732023-12-16T12:21:00.007+07:002023-12-16T22:31:09.362+07:00PT. Mencari Template Sejati<p></p><div style="text-align: justify;"><span style="clear: left; float: left; font-family: inherit; font-size: medium; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8Wi840oW2LP9Txm0XE6JjaN5c_s4h6-elkhdmvvEDZgIFnll7FLmoldWDA4JzwSOfzsHtP6o2nzkaifj1fYzA9l0w5sYcg750anCFeKsYLxrRn4AgV4F7wgjGSlu8H2la3S8bJPyfoII6hsMBTLd7LtnoYB5pXcMd_uZkhyphenhyphenADLCi2uTxYrH0hIjLde7Gv/s16000/template%20blog%20personal.jpg" /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><p></p><p></p><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Udah tiga kali saya beli template blog premium dan masih aja belum ngerasa benar-benar sreg. Kalau ditotal mungkin nominalnya udah bisa dipakai buat perpanjang domain blog 3 tahun ke depan. Padahal kalau dipikir-pikir orang-orang juga nggak terlalu peduli sama tampilan blog ini sih, tapi perasaan pengen ganti template blog rasanya udah menggebu-gebu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya pertama beli template blog premium di <b>idntheme.com</b>, pertimbangannya karena proses pembayarannya lebih mudah, nggak perlu pakai Paypal. Setelah berhasil beli template di sini, ternyata pas dipasang di blog saya, hasilnya nggak sekeren yang di demo-nya. Mungkin karena blog saya juga yang terlalu buruk rupa. Selain itu, pas dilihat versi mobile tampilannya juga kurang pas.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ngerasa belum puas, saya pun mencoba menjelajah lagi mencari template blog orang lokal, sekali lagi, biar gampang proses pembayarannya, nggak ribet mesti pake Paypal. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saat menjelajah Instagram, saya ketemu dengan seorang mbak-mbak yang jago <i>coding,</i> mbak ini juga punya beberapa stok template yang dijual. Setelah saya DM dan minta katalog templatenya, ada salah satu template blog yang bikin saya ngerasa harus banget beli template ini! Saya pun segera transaksi dan memasang template blognya di blog ni. Template pembelian pertama langsung nggak saya lirik lagi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Harusnya pencarian template saya udah berhenti di pembelian yang kedua. Nama template-nya Gyandra, tampilannya bisa dilihat seperti di bawah ini.</span></div></span><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-O9K1LnK5yMTJpF_8KpPPzAue9VR2xz8OFpf6zNNsu6rzTazWuzJDAoa1ZoOBuuxvBoAEOIakL9Af9u6hZjmIwPoAG4IB-FIiCPl2LMGFX4le7vgEl36JHQv2shyphenhyphen7UpNTYu_MSqmTdxD9soI5CmVIW5BCNmCY8CmNsbfv_s224cIdz4iX73E4s6muPZlp/s1080/mockup-gyandra.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="608" data-original-width="1080" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-O9K1LnK5yMTJpF_8KpPPzAue9VR2xz8OFpf6zNNsu6rzTazWuzJDAoa1ZoOBuuxvBoAEOIakL9Af9u6hZjmIwPoAG4IB-FIiCPl2LMGFX4le7vgEl36JHQv2shyphenhyphen7UpNTYu_MSqmTdxD9soI5CmVIW5BCNmCY8CmNsbfv_s224cIdz4iX73E4s6muPZlp/w640-h360/mockup-gyandra.webp" width="640" /></a></div><p></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Demi membuat tampilan blog saya lebih enak dipandang, dengan <i>skill </i>seadanya saya pun ngedit ulang gambar-gambar ilustrasi di setiap postingan blog biar lebih serasi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Semua berjalan baik-baik saja, sampai beberapa hari kemudian pas lagi buka blog saya sendiri. Tampilan blog saya nggak tau kenapa jadi berantakan, posisinya nggak lagi rapi tiga baris ke bawah tapi terpencar-pencar. Saya coba atasi hal ini dengan membuka tampilan html template, mencoba mengamati setiap kode yang ada, tapi saya nggak tahu mau ngapain karena memang saya nggak ngerti-ngerti banget.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya nyerah dan coba kirim pesan ke mbak yang punya template blog minta solusi. Saya mulai tenang setelah aduan saya dijanjikan akan segera ditindaklanjuti. Tapi ternyata sampe dua hari kemudian tampilan blog saya masih aja berantakan. Saya pun coba akalin sendiri dengan browsing sana-sini dan ketemu postingan <b>Mbak Dea Merina</b> yang ini → <i><a href="https://www.deamerina.com/2022/10/cara-menampilkan-jumlah-postingan-pada.html" rel="nofollow" target="_blank"><span style="color: #2b00fe;">'Cara Menampilkan Jumlah Postingan pada Home Page Blog'</span></a></i></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya coba atasi sendiri karena pemilik template-nya slow respon banget dan saya nggak betah tampilan blog saya dibiarkan berantakan berhari-hari. Alhamdulillah setelah saya coba tambahin <i>page break</i> secara manual di setiap postingan, tampilan blog saya kembali seperti sesuai ekspektasi. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Rasanya udah tenang nih, nggak panik–panik lagi. Tapi beberapa hari kemudian, tampilan blog saya jadi berantakan lagi. </span></div><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="604" data-original-width="1366" height="282" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiajZfN_SvPjeGHqf0152JYuGmbFLeXRlRl6TaEtGf_YP9D6j5aAgzg1H5dOwc7Vsl8eGAC7C_t6cWoHox77psF7qvqIGKrU5bC5c8jNH9ym5ozqg137i0KZs-ms4WvjUIOgBLxq1KTQVq2wcty5hYuFY_tEU_4tPsQTtNf_aLw4QOYzWBdlPBka2yun_Xx/w640-h282/Screenshot%202023-12-16%2011.53.36.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Postingannya jadi mencar-mencar</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiajZfN_SvPjeGHqf0152JYuGmbFLeXRlRl6TaEtGf_YP9D6j5aAgzg1H5dOwc7Vsl8eGAC7C_t6cWoHox77psF7qvqIGKrU5bC5c8jNH9ym5ozqg137i0KZs-ms4WvjUIOgBLxq1KTQVq2wcty5hYuFY_tEU_4tPsQTtNf_aLw4QOYzWBdlPBka2yun_Xx/s1366/Screenshot%202023-12-16%2011.53.36.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"></span></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya mulai gelisah dan mencoba menghubungi pemilik template-nya lagi. Daripada saya bingung, akhirnya saya minta dipasangin aja sekalian sama pemilik template dengan nambah biaya pemasangan, biar lebih praktis dan siapa tahu penyakitnya ketemu. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah menjadikan mbak pemilik template blog sebagai admin, saya mulai ngerasa tenang dan tinggal nunggu hasilnya beres aja. Namun lagi-lagi, udah lima hari berlalu, tampilan blog saya masih aja berantakan. Jujur saya nggak betah banget ngeliat tampilan blog yang berantakan gini walaupun ya… nggak ada yang peduli juga, sih.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya coba konfirmasi lagi terkait solusi permasalahannya, tapi tetep aja orangnya slow respon banget. Ibaratnya ngechat hari ini, dibalesnya besok, itu pun nggak menyelesaikan masalah.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Karena nggak betah berlama-lama dengan tampilan blog yang berantakan, saya pun menjelajah kembali mencari template blog yang bisa bikin saya menggumam, “Nah, ini nih! Apa yang saya mau!”</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Segala macam <i>website</i> yang nyediain template blog saya ubek-ubek satu per satu, dengan sabar saya klik <i>‘next page’</i> memandangi satu per satu template yang kelihatannya menarik, klik ‘demo’, kalau keliatannya cocok lanjut klik <i>‘download’</i>, segera saya coba terapkan di blog satunya yang sengaja saya bikin buat percobaan ngutak-atik template. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Entah udah berapa banyak template yang saya pasang copot buat nyari template yang paling sreg di hati. Saya sampai menghabiskan waktu berjam-jam buat menjelajah berbagai <i>website </i>penyedia template blog. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sampai pada akhirnya saya lumayan sreg sama salah satu template yang saya lihat. Namun saya sempat bingung gimana cara ordernya karena bayarnya harus pakai dollar. Setelah menjelajah sana sini, saya pun nemu solusinya buat bikin akun Paypal dan nyari jasa<i> top up</i> saldo Paypal yang amanah di IG.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Oh ya, kalau nyari jasa <i>top up</i> Paypal pastikan harus cek dulu nomor rekening atau nomer hape orangnya di Getcontact ya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Selesai melakukan pembayaran, saya langsung dapat <i>link download</i> template premiumnya dan segera saya utak-atik pasang. Saya udah nggak berharap lagi sama template sebelumnya, tapi biar nggak rugi-rugi amat, saya minta kompensasi buat milih template blog premium lainnya, yang diiyain sama orangnya, dan tentu saja <i>slow respon</i> lagi selama beberapa hari. Bahkan saya harus ingetin kesekian kalinya buat kirimin template kompensasinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sebenernya sih saya udah beneran sreg sama template pembelian yang ketiga ini. Sampai suatu hari ketika saya <i>blogwalking,</i> saya nyasar di blognya mbak <b>Insanayu.com</b>, saya langsung familier sama templatenya dan ninggalin komentar kalau blognya bagus dan dulu saya juga sempat beli template yang sama tapi ya itu.. tampilannya berantakan. Beberapa saat kemudian, mbak Ayu membalas komentar saya dan mengatakan kalau sebelumnya juga templatenya sempat berantakan tapi berhasil dibenerin sama yang punya template. Beda nasib sama punya saya.</span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqYHPLzJiIEvS69EUXjcaGo45i53NMPqnkD-O-jBqzS51Wpd88Gk_64CoeH5uBTyQtt71AImGvC9bI95IxTZCJSi3Fy8ACm3ahfZvVRB18UM_whXb525YuHd7uRiEEc_ggREDDyjzu7dRwmnktODnPVr5V40Fu9f9hbfFkZdqMHA6VjlvnZoJK9PegNAol/s1153/Screenshot%202023-12-16%2012.16.27.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="592" data-original-width="1153" height="328" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqYHPLzJiIEvS69EUXjcaGo45i53NMPqnkD-O-jBqzS51Wpd88Gk_64CoeH5uBTyQtt71AImGvC9bI95IxTZCJSi3Fy8ACm3ahfZvVRB18UM_whXb525YuHd7uRiEEc_ggREDDyjzu7dRwmnktODnPVr5V40Fu9f9hbfFkZdqMHA6VjlvnZoJK9PegNAol/w640-h328/Screenshot%202023-12-16%2012.16.27.png" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tampilan blog insanayu.com</td></tr></tbody></table></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya bertahan lumayan lama dengan template ketiga ini. Sampai beberapa waktu lalu saya iseng-iseng nyari template blog (lagi) buat blog yang sengaja saya buat untuk pembelajaran di sekolah. Pas lagi liat-liat template yang bagus-bagus, pandangan saya tertuju ke satu template yang tampilannya mirip seperti template Gyandra. Halaman depan hanya menampilkan enam postingan yang tersusun rapi tanpa ada widget di sebelah kanan.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Wah… kok bagus, ya… </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya mulai tergoda untuk memiliki template ini, saya pun coba download template ini lalu saya terapkan ke blog satunya yang isinya sama persis dengan blog utama saya. Sebelumnya saya memang sengaja men-cadangkan semua konten di blog ini, lalu saya impor di blog satunya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya mulai menata beberapa bagian, saya sesuaikan dengan keinginan, lalu saya pandangi tampilannya. Saya buka blog saya sendiri di jendela sebelahnya. Lalu saya klik bergantian, saya amati dengan sungguh-sungguh.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Satu-satunya hal yang membuat saya belum meminang template ini karena saya berpikir kalau template blog saya udah bagus. Tapi bisikan-bisikan setan konsumtivisme dalam diri saya terus membuat pertahanan saya goyah. Saya udah tau endingnya, tapi saya tetap bertahan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dan ya… ternyata bener, saya <i>top up</i> Paypal lagi buat beli template blog keempat ini. Seperti terhipnotis, tau-tau saya sudah menyelesaikan pembayaran dan langsung mengunggah template tadi ke blog saya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Nggak butuh waktu lama buat mengatur tata letak blog sesuai keinginan karena saya udah mengatur segala tata letaknya di blog saya yang satunya, jadi saya tinggal melihat tampilannya dari blog sebelah dan menambahkan beberapa fitur versi premiumnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Untuk saat ini, tampilan blog saya yang sekarang udah bener-bener sesuai ekspektasi dan saya udah ngerasa cocok banget. Bikin saya betah ngeliatin tampilan blog sendiri. Tapi ya, itu… nggak tahu kapan jiwa-jiwa konsumtivisme saya muncul dan membuat saya jadi pengen ganti template blog lagi untuk entah keberapa kalinya. Tapi semoga pencarian template sejati untuk blog ini udah selesai karena aslinya melelahkan juga gaesss gonta-ganti template terus.</span></div><p></p>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-33490548179883417302023-12-13T18:05:00.008+07:002023-12-14T08:04:15.865+07:00Uang Saku Dua Ribu Rupiah<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkrWrytDawidLljQzOjZdtzE93lh8Js6UeyOk2aT3iBY9KX18NIwNQv8Jz9sxnnLYWPOfMX3Apkwn1Bc61z7Zn20Ya20SKn0OTulEE-fu_QgdOlumYgaTjE6g-GxaepxFUiJzRK1CW9FwY4kr1T7AV6yP7DciovAu86P-ZJp5X_kkHsRaDYeIlA-hyAbmG/s1920/uang%20saku%20anak%20sd.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="uang saku anak sd" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkrWrytDawidLljQzOjZdtzE93lh8Js6UeyOk2aT3iBY9KX18NIwNQv8Jz9sxnnLYWPOfMX3Apkwn1Bc61z7Zn20Ya20SKn0OTulEE-fu_QgdOlumYgaTjE6g-GxaepxFUiJzRK1CW9FwY4kr1T7AV6yP7DciovAu86P-ZJp5X_kkHsRaDYeIlA-hyAbmG/s16000/uang%20saku%20anak%20sd.jpg" title="anak sd jajan es teh" /></a></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="background-color: white;">Selain suka nanya-nanya keseharian anak-anak kelas enam, saya juga suka kepo sama uang sakunya anak-anak setiap hari. Penasaran aja, kira-kira di jaman sekarang rata-rata uang saku tuh standarnya berapa.</span></span></p><span style="font-size: medium;"><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jawaban dari mereka memang macem-macem. Ada yang lima ribu, tujuh ribu bahkan sampai sepuluh ribu rupiah. Tapi rata-rata kebanyakan dari mereka uang sakunya sekitar lima ribu rupiah. </span></div></span><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dari sekian uang saku yang beragam, ternyata ada satu anak yang uang sakunya dua ribu rupiah. Saking nggak percayanya, saya sampai mengulang pertanyaan ke anak tersebut, “Hah… berapa?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Dua ribu, Pak.” Zigas menjawab santai.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Serius? Tiap hari uang sakunya dua ribu?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Iya, Pak.. serius.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pertama tahu fakta ini, jujur saya sempat penasaran sama orangtuanya, bisa-bisanya anaknya yang udah kelas enam uang sakunya cuma dua ribu rupiah. Nggak kebayang gimana anak ini mesti memanajemen uang sakunya buat jajan di istirahat pertama dan kedua.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Secara matematika, susah nemu jalan keluarnya buat menyeimbangkan pengeluaran pada dua kali istirahat dengan uang saku dua ribu rupiah. Jika istirahat pertama Zigas membeli es marimas seharga seribu rupiah, maka uang sakunya tinggal seribu yang bisa dipakai di istirahat kedua. Jika Zigas membeli es marimas dan gorengan dua buah yang harga per gorengannya 500 rupiah, maka uang Zigas habis. Istirahat keduanya, Zigas nggak jajan sama sekali.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hari-hari berikutnya, saat jam istirahat sesekali saya mengamati apa yang Zigas lakukan dengan uang saku dua ribu rupiahnya. Satu yang pasti, Zigas pasti membeli es marimas, teh sisri atau apapun itu, yang penting es seharga seribu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sisanya, cukup bervariasi… kadang gorengan, kadang jajan manis, cireng atau apa pun itu yang kemungkinan besar nilainya seribu rupiah. Fix.. Zigas menghabiskan uang sakunya di istirahat pertama.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya penasaran bagaimana Zigas melewati istirahat kedua tanpa uang saku. Dan ternyata, Zigas bertahan hidup dengan cara mintain jajan temennya. Yang alhamdulillahnya, kadang temennya sering membagi sebagian jajannya sama Zigas. Walaupun kadang ada juga temennya yang menolak mentah-mentah. Tapi Zigas biasa saja, sepertinya Zigas memang sudah bersahabat dengan penolakan di hidupnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Diluar penolakan yang terjadi ketika Zigas mintain jajan temennya, kadang ada yang aneh ketika beberapa kali saya melihat Zigas menenteng es marimas atau entah apapun itu di istirahat kedua. Darimana Zigas mendapatkan es seharga seribu rupiah itu? Saya sempat <i>positive thinking</i> kalau uang jajan Zigas kadang lebih dari dua ribu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Melihat Zigas yang sering mintain jajan temennya, saya jadi berinisiatif buat ngasih ‘kerjaan’ ke Zigas. Jadi, setiap istirahat pertama, saya selalu meminta Zigas buat ngecek di luar sekolah ada penjual jajanan apa aja. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dengan semangat, Zigas langsung melesat keluar kelas dan memandang dari kejauhan untuk mengenali penjual-penjual yang sedang ‘ngetem’ di lapangan. Lalu Zigas kembali lagi ke kelas dan melapor ke saya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Itu Pak, tadi ada martabak telor, siomay, bakso kuah, sama cilung” Kata Zigas dengan wajah berbinar.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Yaudah, Pak Edot beliin siomay aja lima ribu. Yang pedes ya” Saya menyerahkan uang lima ribuan ke Zigas. Setelah menerima uang, bukannya segera melesat, Zigas masih diam berdiri di depan saya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Oh, iya.. hampir lupa, nih buat kamu dua ribu” secepat kilat tangan Zigas meraih uang dua ribuan di tangan saya dan langsung melesat pergi. Uang yang saya kasih itu, tentu saja langsung Zigas habiskan saat itu juga.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Biar nggak ngasih uang cuma-cuma ke Zigas, saya memang sengaja ngasih ‘kerjaan’ dulu, biar Zigas ada usahanya dulu sebelum mendapatkan sesuatu. Walaupun nggak setiap hari, tapi seringnya memang Zigas yang saya kasih tugas buat beliin jajan. Ya... selain mager buat jajan sendiri, saya juga masih punya malu kalau harus berbaur sama anak-anak. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Nggak mungkin juga kan, saya ikutan nimbrung berebut di penjual siomay bareng sama anak-anak lainnya, teriak-teriak minta dibuatin dulu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Btw, saya nggak ngasih ‘kerjaan’ setiap hari juga biar Zigas jadi nggak merasa ketergantungan sama saya. Biar nggak selalu mengandalkan saya untuk urusan tambahan uang sakunya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Berhubung saya juga hobi jajan dan anak lainnya di kelas juga kadang protes ngerasa nggak pernah dikasih ‘kerjaan’ sama saya. Sesekali saya juga minta anak-anak lainnya buat beliin jajan dan ngasih tambahan seribu dua ribu. Walaupun ya, sebenarnya anak-anak lain di kelas kalau saya mintain tolong beliin jajan mereka nggak nuntut buat minta upah. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Suatu hari, guru kelas lima ngadu ke saya. Ada salah satu siswanya yang katanya sering dimintain uang sama anak kelas enam. Seminggu bisa sampai empat kali, seribu-seribu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Mendengar ada anak kelas enam yang suka mintain duit ke adik kelasnya, saya langsung penasaran dan mulai berpikir untuk memberikan refleksi (biar kayak film Budi Pekerti) yang tepat ke tersangka nantinya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Zigas, Pak.. kemarin pas istirahat anaknya udah tak ceramahin”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya kaget, karena ternyata selain mintain jajan ke temennya dan dapat ‘honor’ dari kurir jajan. Cara bertahan hidup di sekolah dengan uang saku dua ribu rupiah harus dikotori dengan mintain uang ke adik kelasnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Siangnya, saya meminta Zigas untuk pulang terakhir lalu mulai ngajak ngobrol. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Kenapa kok mintain uang anak kelas lima?” Saya langsung <i>to the point.</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Zigas cuma diem.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Kamu nggak kasian sama anak kelas limanya kalau ternyata dia uang sakunya sedikit?” </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya melanjutkan, “Seandainya nanti orangtuanya tahu terus dateng ke sekolah dan nggak terima anaknya dimintain uang, Pak Edot nggak bisa belain kamu, Gas. Yang udah kamu lakuin itu nggak bener”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Zigas masih aja diem, Entah merasa bersalah atau takut sedang saya ajak ngomong. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Yaudah, Pak Edot nggak tahu kamu udah berapa kali mintain uang ke anak kelas lima. Tapi mulai besok, setiap dua hari sekali kamu ngasih uang kamu seribu ke anak kelas lima yang kamu mintain selama seminggu.” </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Zigas cuma mengangguk pasrah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di ruang kantor, saya coba cari tau tentang orangtua Zigas ke guru kelas tiga yang rumahnya masih satu desa sama Zigas. Dan ternyata keadaan ekonomi orangtuanya memang sedang tidak baik-baik saja. Ayahnya sakit udah beberapa bulan dan belum bisa kerja lagi. Ibunya di rumah aja ngurus rumah. Dengan kondisi seperti ini, pasti rasanya pusing banget mikirin hidup tiap harinya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sebagai anak, Zigas mungkin cuma pengen ngerasain uang sakunya bisa seperti temen-temen lainnya. Bisa jajan sesuka hati, nggak perlu mintain jajan temennya yang kadang dikasih, kadang ditolak mentah-mentah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya jadi inget, pernah nanya ke Zigas, “Kamu kalau dikasih uang saku dua ribu protes nggak sama ibu?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Enggak, Pak”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Nggak pernah minta lebih?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Enggak, Pak” </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Diam-diam saya takjub sama Zigas yang ngerti banget sama kondisi ekonomi orangtuanya.</span></div></span></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-76511955022901768632023-12-10T12:12:00.010+07:002023-12-14T08:04:55.942+07:00Anak yang Pagi-Pagi Udah Nangis<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwewn6N8Ek1lB1_FvMPUPRK7uGbt1KNVGYohhdDUwP8ifg7COKOJHoE8gMXV9nASkBoNbNpoQxManxRUfqxzNiYwZ6t5t5PtU9mTPlo-tKPRtRbh5CLW21oN4At2xeFqGuse5PNNkxyaDWB0zCCT_BqCDMQ3pMG3UY5QsCUpCQgImoTYsh1oLg3FvDZSIq/s1920/anak%20sd%20nangis.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: medium;"><img alt="anak sd nangis" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwewn6N8Ek1lB1_FvMPUPRK7uGbt1KNVGYohhdDUwP8ifg7COKOJHoE8gMXV9nASkBoNbNpoQxManxRUfqxzNiYwZ6t5t5PtU9mTPlo-tKPRtRbh5CLW21oN4At2xeFqGuse5PNNkxyaDWB0zCCT_BqCDMQ3pMG3UY5QsCUpCQgImoTYsh1oLg3FvDZSIq/s16000/anak%20sd%20nangis.png" title="blog guru sd" /></span></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; font-size: medium; text-align: start;">“Pak, Bagas nangis Pak!”</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-size: medium; text-align: start;">“Bagas berantem tuh, Pak.. malah nangis!”</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Baru sampai di depan kelas lima, anak-anak kelas enam udah dateng pada ngerubung saya yang baru berangkat mau masuk kelas pagi itu. Mendengar kabar Bagas nangis, bukan hal yang menghebohkan buat saya. Bagas memang anak yang hatinya mudah rapuh, kesenggol dikit bisa tiba-tiba nangis. Kena ‘wuuuu’ di kelas sama teman-temannya juga bisa langsung nangis. </span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Cara nangisnya Bagas juga unik, biasanya Bagas akan mengawalinya dengan memiringkan kepalanya ke kiri, sekali dua kali. Tatapannya berubah ke bawah meja, lalu berujung pada menyandarkan kepalanya pada meja dan jatuhlah air matanya dalam kedamaian.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Saya kadang khawatir sama kehidupan Bagas di masa SMP nanti, ketika dia harus bertemu dengan lebih banyak anak sekolah dari SD yang berbeda. Lalu pergaulan di SMP yang lebih serem dengan nuansa pem-bully-an, bagaimana nanti Bagas bisa menghadapinya? </span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Walaupun salah satu fakta unik yang saya dengar dari Fahmi, yang rumahnya deket sama Bagas malah bilang kalau Bagas di rumah nakal sama anak kecil dan kalau dimarahin ibunya seseram apapun, Bagas justru nggak nangis. </span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Namun, saya tetap penasaran dengan hal apa yang membuat sepagi ini Bagas sudah meneteskan air mata.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Emang gimana awalnya, Bagas nangis pagi-pagi? Siapa yang nakalin?”</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Landa menjawab penuh tenaga, “Berantem, Pak! Tapi masa cemen banget, Pak! Berantem sama anak kelas satu nangis, Pak!”</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Saya agak-agak kaget dengernya, “Lah, masa berantem sama anak kelas satu nangis? Kok bisa sih sampe berantem?” </span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Saya sampai di pintu kelas dan melihat Bagas sedang menyender di meja sambil mewek. Saya deketin Bagas sambil jongkok lalu nanya, “Kenapa Gas? Kok pagi-pagi nangis?”</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Robi, Pak! Nyuruh anak kelas satu berantem sama saya!” Sambil mewek bagas nunjuk Robi.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Robi yang tiba-tiba dianggap menjadi provokator, langsung membela diri sambil memanyunkan bibirnya. “Enggak, Pak! Saya nggak nyuruh sama sekali! Bagas Berantem sendiri!”</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Bener nih?!”</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Bener, Pak! Sumpah!” Bibir Robi lebih manyun dari sebelumnya tanda membela dirinya semakin tinggi.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Bentar nih, sekarang Pak Edot nanya dulu, ada yang denger nggak kalau Robi tadi nyuruh anak kelas satu berantem sama Bagas?”</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Saya denger, Pak” Aura yang dari tadi menyimak kericuhan ini menjawab kalem.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Nah, kan! Berarti bener kamu yang sengaja bikin Bagas berantem?!” saya nanya ke Robi.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Enggak Pak, enggak, sumpah!!” </span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Lah itu ada saksinya yang denger, loh!”</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Zico juga, Pak! Ikutan nyuruh Zidan jambak rambutnya Bagas!” Robi langsung nyari temen setelah kesalahannya mulai terbongkar karena adanya saksi.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Jadi, anak kelas satu tadi namanya Zidan, pagi-pagi dia nengok-nengok kelas enam terus Robi sama Zico ngisengin Zidan biar berantem sama Bagas. </span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">“Lah terus berantemnya gimana sampai Bagas nangis?”</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Landa lalu menjelaskan, tadinya Zidan sama Bagas bercanda berantem-beranteman, terus Zidan nangis… karena takut ngeliat Zidan nangis, Bagas lalu menawarkan diri ke Zidan buat jambak rambutnya Bagas. Mendapat kesempatan emas, dengan sepenuh hati Zidan menjambak rambut bagas kenceng banget. Bagas lalu nangis dan terjadilah kehebohan pagi itu. Sementara Zidan udah kabur ke kelasnya sendiri.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Saya sempat bingung, gimana nih enaknya… karena Bagas ternyata nangis gara-gara keinginannya sendiri. Saya lalu menenangkan Bagas untuk lebih tegar, sekaligus ngingetin Robi sama Zico biar nggak jadi provokator lagi. Bagas udah mulai lebih tenang dan saya ajak buat berdiri ikut baris di depan kelas.</span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Waktu anak-anak lagi baris di depan kelas, saya nunggu di dalam kelas sambil nahan ketawa. Bisa-bisanya berantem sama anak kelas satu, nawarin diri buat rambutnya dijambak biar anak kelas satunya nggak nangis, eh... malah dia sendiri yang nangis. </span><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><br style="background-color: white; font-family: lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif; text-align: start;" /><span face="lato, "helvetica neue", Helvetica, Arial, sans-serif" style="background-color: white; text-align: start;">Bagas memang unik banget.😅</span></span><span></span></p><a name='more'></a><span><!--more--></span><p></p>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-73221510933092266832023-12-09T20:34:00.004+07:002023-12-14T08:04:01.706+07:00Review Novel - Jaga Mayit<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlzHrgVgwYHsdyKruPGUstM2ChAn5DAzhIqM0r-jLyZft9wY6QNzGl-tzjyVSMVmFQdq5rLFYF7MFB7sz_Ceau_lFgh493Gfmo48YuoDBc93Ma85SXCj1dODGAtTSdyx4w_romUhzwyHlJnbc7O3WHo8h4NLS8ekQ15GqDneD33HKpbO2RPY4PUOrkXZnR/s1920/review%20novel%20jaga%20maayit%20-%20mwv%20mystic.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="review novel jaga mayit" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlzHrgVgwYHsdyKruPGUstM2ChAn5DAzhIqM0r-jLyZft9wY6QNzGl-tzjyVSMVmFQdq5rLFYF7MFB7sz_Ceau_lFgh493Gfmo48YuoDBc93Ma85SXCj1dODGAtTSdyx4w_romUhzwyHlJnbc7O3WHo8h4NLS8ekQ15GqDneD33HKpbO2RPY4PUOrkXZnR/s16000/review%20novel%20jaga%20maayit%20-%20mwv%20mystic.jpg" title="jaga mayit mwv mystic" /></a></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="background-color: white;">Meskipun novel kedua MWV.Mystic yang berjudul <i>Mereka Ada 2</i> nggak seseram novel pertamanya, <i>Mereka Ada</i>. Saya tetap tertarik dengan novel ketiganya yang berjudul <i>Jaga Mayit</i>.</span></span></p><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><i>Jaga Mayit</i> ini ‘ternyata’ udah terbit sekitar setahun yang lalu dan saya baru tahu belakangan ini. Mungkin karena dari awal tahun sampai sekitar bulan September kemarin saya benar-benar sedang dalam masa<i> reading slump </i>dan lagi jenuh banget sama yang namanya buku.</span></div></span><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah <i>mood</i> membaca saya mulai balik lagi dan saya mulai nyari-nyari novel horror yang ‘menarik’ buat dibaca. Algoritma di <i>marketplace online</i> mengarahkan saya ke novel <i>Jaga Mayit </i>ini. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hanya baca judulnya dan nggak nengokin blurb-nya seperti apa, saya langsung <i>checkout </i>buku ini untuk jadi tujuan bacaan selanjutnya buat memenuhi tantangan membaca di Goodreads yang masih belum selesai padahal cuma nargetin 15 buku setahun dan ini udah masuk bulan Desember.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah beberapa kali duduk membaca bukunya. Kali ini, saya mau ngomongin novel <i>Jaga Mayit </i>di blog ini.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Begini blurb-nya</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><i><span style="text-align: start;"><span style="color: #783f04;"></span></span><blockquote><span style="color: #783f04;"><span style="text-align: start;">Pulang kampung ke Sumatera, Rian berniat menjaga nenek yang sudah beberapa hari sakit. Nenek merupakan sosok ramah dan penyayang. Suatu pagi, tiba-tiba nenek memberikan “sesuatu” pada Rian.</span><br style="text-align: start;" /><br style="text-align: start;" /><span style="text-align: start;">Kejadian-kejadian aneh menghantui Rian setiap malamnya, terlebih setelah nenek memberikan “sesuatu” itu. Mulai dari hantaman keras di atap rumah, sosok wanita yang menangis, ketukan pintu saat Rian pergi ke toilet luar, sampai nenek yang terbaring lumpuh dengan tatapan nanar dan kosong.</span><br style="text-align: start;" /><br style="text-align: start;" /><span style="text-align: start;">Bagaimana Rian menghadapi berbagai kejanggalan tersebut?</span><br style="text-align: start;" /><span style="text-align: start;">Sebenarnya, apa “sesuatu” yang dititipkan nenek?</span></span></blockquote><span style="text-align: start;"></span></i></span></div></span><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">☀☀☀</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Cerita dimulai dari Sumatra Barat tahun 1973 tentang seorang laki-laki bernama Hamzah yang sudah menyiapkan perbekalan, nekat mau mencari ilmu di tengah hutan yang jauh meskipun Neli istrinya, sudah bersikeras melarangnya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Namun, tekad Hamzah sudah bulat karena dirinya yang terkenal sebagai pendekar kampung merasa tenaganya sudah tidak lagi sekuat dulu, Hamzah merasa dirinya harus mencari ‘tambahan’ kekuatan dari makhluk halus yang bisa membuat perjanjian dengan manusia.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Selang beberapa bulan kemudian, Hamzah akhirnya kembali pulang ke rumah dengan keadaan yang memprihatinkan. Namun sebagai seorang istri, Neli senang melihat kedatangan suaminya, meskipun suaminya berubah menjadi ketus tidak menunjukkan rasa rindu pada istrinya. Shanti, anaknya yang masih balita juga hanya bisa memandang ayahnya dengan tak menentu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Waktu terus berlalu dan Hamzah mulai membaur kembali dengan warga desa dan mulai mendeklarasikan dirinya sebagai ‘orang pintar’ yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Menan, orang yang pernah mengalahkan Hamzah sebelumnya, ketika mendengar Hamzah ngaku-ngaku udah jadi orang sakti, kembali menantang Hamzah. Hasilnya, tangan Menan patah di pertarungan saat itu. Hamzah pun menjadi semakin terkenal sebagai orang sakti.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hamzah mulai ramai didatangi oleh orang-orang yang ingin berobat kepadanya. Neli, sebenarnya sempat khawatir karena tahu pengobatan suaminya dilakukan dengan menggunakan bantuan jin. Shanti, anaknya, juga pernah melihat sesosok perempuan dengan moncong seperti kambing di kamar bapaknya yang sering terkunci. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Seiring tahun demi tahun tahun berlalu, Hamzah semakin menua dan kondisi kesehatannya semakin menurun. Dirinya hanya bisa tergolek lemah di tempat tidur dan mulai mengalami kelumpuhan. Dari kaki sampai leher mulai berwarna kehitaman seperti membusuk.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hamzah seperti mayat hidup yang tersiksa di akhir hidupnya. Seorang Datuk yang mengunjungi keadaan Hamzah mengatakan kalau roh Hamzah tertahan karena melakukan perjanjian dengan jin. Dan perjanjian ini harus dilanjutkan oleh keluarganya yang memiliki hubungan darah. Hingga pada akhirnya, Neli rela melanjutkan perjanjian ini.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Bab selanjutnya, di tahun 2009, Rian, salah satu mahasiswa di Pulau Jawa diminta ibunya untuk menjaga neneknya di Sumatra Barat. Rian pun dengan senang hati menyetujuinya, selain karena kampus Rian sedang libur selama satu bulan, Rian juga sudah ngerasa kangen dengan neneknya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Rian disambut hangat oleh nenek, tante Meranti dan Om Zul yang tinggal di sebelah rumah nenek. Tinggal di rumah nenek, Rian sempat ditawari untuk dibuatkan semur ayam buatan nenek yang biasa Rian makan waktu kecil. Namun, melihat kondisi nenek yang sepertinya sedang tidak sehat, Rian tidak ingin merepotkan nenek sehingga Rian menolaknya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Suatu pagi, setelah Rian melaksanakan salat subuh berjamaah dengan nenek. Neneknya menitipkan sesuatu ke Rian melalui telapak tangan, sesuatu yang tidak dijelaskan lebih jauh oleh nenek.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah kejadian itu, kesehatan nenek perlahan mulai menurun hingga nenek hanya bisa terbaring di tempat tidurnya, bahkan nenek sudah tidak bisa bicara sama sekali. Selama menjaga nenek yang sakit ini, Rian mulai mendapat gangguan-gangguan yang membuat Rian ketakutan, mulai dari suara harimau, suara ketawa anak kecil hingga sosok nenek yang tiba-tiba muncul namun setelah dilihat di kamar tidurnya, nenek masih terbaring lemah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Semua ketakutan ini, pada akhirnya akan membawa Rian pada sebuah kenyataan berat yang harus dihadapi, yang berhubungan dengan sesuatu yang telah nenek titipkan pada Rian.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;">⌛⌛⌛</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah selesai membaca buku ini, menurut saya isinya cukup mengharukan, ketika melihat hubungan Rian dan nenek yang penuh kasih sayang. Tentang nenek yang begitu menyayangi cucunya, tentang Rian yang benar-benar tidak mau kehilangan neneknya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Gangguan-gangguan yang Rian alami juga cukup membuat deg-degan kalau baca bukunya pas malem-malem dan sendirian. Selain itu, penulisan di buku ini juga rapi dan (mungkin) tidak ada typo-nya sama sekali.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Secara keseluruhan buku ini ‘asik’ dan cukup serem buat dibaca. Salah satu kekurangannya mungkin buku ini tipis banget halamannya, hanya 139 halaman dengan ukuran font serta spasi yang cukup besar. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnh4f-AAVubzt7vICoTcq0RQDlfzH8koM-c0h-bB4HDFWnrWEWlWECUzYLqqLw8KrQPx16zRz5Aq-OTSXV4H92q8Lc62i7LKoe1se4oJG2cB5xVDCTQHDBJqq-uc-w5MwG3WpwVmrpEiARnWVk4DYBC8_H-zzcwmoQgWqAcejIFLMvZdvuUug06ti1C02B/s1350/novel%20jaga%20mayit%20review.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="review novel jaga mayit" border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnh4f-AAVubzt7vICoTcq0RQDlfzH8koM-c0h-bB4HDFWnrWEWlWECUzYLqqLw8KrQPx16zRz5Aq-OTSXV4H92q8Lc62i7LKoe1se4oJG2cB5xVDCTQHDBJqq-uc-w5MwG3WpwVmrpEiARnWVk4DYBC8_H-zzcwmoQgWqAcejIFLMvZdvuUug06ti1C02B/w512-h640/novel%20jaga%20mayit%20review.jpg" title="mwv mystic jaga mayit" width="512" /></a></div></div>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-72643827868366796922023-12-01T06:00:00.006+07:002023-12-14T08:05:26.129+07:00Review Novel - Ngunduh Jiwo<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbFgLAJHNDerDXtWQF1KXkTGeNmosFYv4ZL-tMtVapV_0gu-62nkwVRsTrG3pnsfCI18p37ahfL4F9n3JgvT6rhExI1bvyBGoIOc48f6VQxGoMH7WT14GWsuqCBz9L6FpIpEV_Hv9nsQFFbnf6z7dtM1jaMo-_BQtJxkFhBMvbjrpwAbef63KQhDXb7-3x/s1920/review%20novel%20ngunduh%20jiwo%20gagas%20media.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbFgLAJHNDerDXtWQF1KXkTGeNmosFYv4ZL-tMtVapV_0gu-62nkwVRsTrG3pnsfCI18p37ahfL4F9n3JgvT6rhExI1bvyBGoIOc48f6VQxGoMH7WT14GWsuqCBz9L6FpIpEV_Hv9nsQFFbnf6z7dtM1jaMo-_BQtJxkFhBMvbjrpwAbef63KQhDXb7-3x/s16000/review%20novel%20ngunduh%20jiwo%20gagas%20media.png" /></span></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span style="background-color: white; font-family: inherit;">Sebagai orang yang suka baca novel horror. Membeli buku horror terbitan Gagas Media udah jadi agenda rutin yang saya jalani. Walaupun memang belum semua novel horror terbitan Gagas Media udah saya beli. Tapi judul-judulnya udah saya masukin ke wishlist sambil nunggu momen tertentu. Entah itu pas ada diskon gede atau pas dapet </span><i style="font-family: inherit;">cashback</i><span style="background-color: white; font-family: inherit;"> lumayan. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: inherit; font-size: medium;">Salah satu novel horror terbaru dari Gagas Media berjudul Ngunduh Jiwo tentu saja nggak luput dari pengamatan saya. Sebuah novel yang diangkat dari thread viral di X yang saya sendiri nggak tahu ceritanya seperti apa karena memang saya nggak terlalu minat baca cerita versi thread. </span></div><span><span style="font-size: medium;"><a name='more'></a></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Meskipun banyak thread horror lainnya yang berseliweran, saya lebih memilih mendiamkan dan nunggu pada dibukukan aja karena saya jauh lebih suka baca tulisan versi cetak dibanding versi digitalnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ngunduh Jiwo ini saya beli di salah satu seller Shopee yang lokasinya di Banyumas. Sebenernya saya sengaja milih yang lokasinya masih sama-sama Jawa Tengah biar bukunya cepat sampai, tapi ternyata malah sellernya ngirim bukunya dua hari kemudian. Yasudahlah...</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ekspektasi saya sama buku Ngunduh Jiwo ini terbilang tinggi karena buku ini diambil dari thread viral dan diterbitkan sama penerbit sekelas Gagas Media. Itu sebabnya saya udah nggak sabar pengen bukunya cepet-cepet sampai ke rumah. Tapi sayangnya setelah saya mulai baca bukunya beberapa halaman. Saya mulai frustasi sama buku ini. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sebelum saya jelasin apa yang bikin saya frustasi, saya coba bahas dulu isi dari buku ini</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">BLURB</span></div></span><div style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-family: inherit; font-size: medium;">Tragis, bahtera rumah tangga yang baru saja disahkan dan semestinya penuh sukacita, justru berubah menjadi tragedi mengerikan. Sang pengantin perempuan meninggal dalam kurun waktu hanya beberapa hari.</span></div></span><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-family: inherit; font-size: medium;">***</span></div></span><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-family: inherit; font-size: medium;">Pak Sumardi dan Bu Sumi mendapati kejanggalan yang terus menghantui pikiran mereka setelah mengurus jenazah pengantin yang meninggal secara tragis. Arwah korban gentayangan, menebar ketakutan kepada keluarganya, tapi di sisi lain, meminta tolong.</span></div></span><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-family: inherit; font-size: medium;">Santer kematian itu disebabkan kutukan ngunduh jiwo yang didalangi oleh perias pengantin. Namun, ada yang bilang bahwa kejadian itu dilakukan seorang ustaz yang berambisi membalas dendam. Entah versi mana yang benar, Pak Sumardi dan Bu Sumi bertekad mencari petunjuk dari orangtua para pengantin korban ngunduh jiwo. Mereka harus menghentikannya agar korban jiwa tidak terus berjatuhan, meski dengan risiko nyawa mereka sendiri. Sebab, barang siapa yang mengintervensi ngunduh jiwo, mereka akan diteror demit manten dan tak akan hidup tenang.</span></div></span><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="font-size: medium;"><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-family: inherit;">Mampukah Pak Sumardi dan Bu Simi mengungkap otak kejahatan yang sebenarnya di balik teror ngunduh jiwo?</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: #800180; font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXidmOPd7cqBgFXWpapII9XkXm9eBQvprtkujT5zpPW0h9L3a-G9bdVa9_x5J1XxgjWtY6f9GUTGiC86_n8EvPhpv2qKZ7-4lANdgAqcLzVC9n6dkyB_EhBOpv6X3L2AJF4Gw0UIiQFHQyjwUccxiNd1TjhEFEr7GfIj904vOWPYWUTE5r2LKvZw9gnHqT/s1350/thread%20viral%20ngunduh%20jiwo%20(1).jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXidmOPd7cqBgFXWpapII9XkXm9eBQvprtkujT5zpPW0h9L3a-G9bdVa9_x5J1XxgjWtY6f9GUTGiC86_n8EvPhpv2qKZ7-4lANdgAqcLzVC9n6dkyB_EhBOpv6X3L2AJF4Gw0UIiQFHQyjwUccxiNd1TjhEFEr7GfIj904vOWPYWUTE5r2LKvZw9gnHqT/w512-h640/thread%20viral%20ngunduh%20jiwo%20(1).jpg" width="512" /></a></div><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Cerita ini dimulai dari Pak Sumardi dan Bu Sumi yang berprofesi sebagai orang yang memandikan jenazah di kampungnya. Suatu hari mereka diminta memandikan jenazah seorang perempuan bernama Kusumawati yang meninggal beberapa saat setelah pernikahannya. Menurut Bu Sumi, Kusumawati ini terlihat meninggal tidak wajar karena kondisi jenazahnya yang menekuk seperti bayi yang ada dalam kandungan.</span></div></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Walau begitu, sebagai orang yang sudah terbiasa berhadapan dengan jenazah. Bu Sumi tetap melaksanakan tugasnya sambil berusaha membetulkan posisi jenazah Kusumawati agar kondisinya bisa seperti jenazah pada umumnya, saat itu juga Bu Sumi beberapa kali mengalami keanehan seperti ada yang mengganggu selama memandikan jenazah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Malamnya, ketika Bu Sumi dan Pak Sumardi bersantai di rumah, Pak Sumardi baru menyadari kalau ternyata sudah ada delapan perempuan yang meninggal dalam rentang waktu satu bulan terakhir dan semuanya perempuan. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Bu Sumi juga baru mengakui kalau siang tadi saat memandikan jenazah Kusumawati, Bu Sumi mencium aroma busuk dari vagina Kusumawati. Beberapa saat kemudian mereka mendengar suara dari gudang seperti ada perempuan yang menangis.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Pak Sumardi memberanikan diri membuka pintu tersebut dan melihat ada sesosok perempuan mengenakan baju pengantin berbisik lirih ‘tolong bebaskan kulo’ (tolong bebaskan saya) yang setelah ditanya sosok tersebut bernama Rahayu. Padahal yang siang tadi meninggal bernama Kusumawati. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Pak Sumardi dan Bu Sumi pun bertekad untuk mencari apa yang sebenarnya terjadi dengan keanehan-keanehan ini dan mencari siapa dalang dari semua ini.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Perjalanan mengungkap apa yang terjadi dengan kematian tidak wajar para pengantin wanita ini penuh dengan gangguan. Pak Sumardi dan Bu Sumi mendatangi satu per satu keluarga korban para pengantin untuk menggali informasi lebih dalam.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Mulai dari Pak Wikto, ayah dari Kusumawati. Pak Wikto bercerita kalau ini semua adalah ulah dari pengantin pria bernama Bagus, yang merupakan anak dari keluarga sesat bernama Harnoto. Pak Wikto menambahkan, sebelum tiba hari H pernikahan, putrinya Kusumawati diminta untuk makan bunga melati dan menyisir rambutnya dengan sisir pemberian keluarga Harnoto dan kalau tidak dituruti, pernikahan akan gagal dan Kusumawati akan didatangi dhemit manten.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Satu per satu keluarga korban didatangi oleh Pak Sumardi dan Bu Sumi untuk mencari benang merah dan membuka rahasia pesugihan Ngunduh Jiwo ini lebih terang. Dalam perjalanannya, fakta demi fakta terus terungkap dan membuat Pak Sumardi dan Bu Sumi hampir putus asa.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Lalu, seperti apakah pesugihan Ngunduh Jiwo dan siapa saja yang terlibat? Kalian bisa baca sendiri buku ini kalau tertarik dan orangnya penyabar.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Kenapa harus ada ketentuan penyabar juga? Karena buku ini setiap halamannya hampir selalu ada typo-nya. Ya, sepertinya… selama saya membaca berbagai buku dari masa kecil sampai sekarang. Saya baru nemu kalau ada buku yang typo-nya bisa sebanyak ini.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="font-size: medium;"><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Saya yang tadinya menikmati membaca buku ini akhirnya jadi terganggu membaca buku ini karena saking banyaknya salah tulis. Bahkan di halaman 70, satu halaman itu sampai ada empat typo dalam satu halaman.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVyT9UlEd3hTCIFTMfg0Xzk-UF4EdKpbwxx5tNsrHJJPMd_mGrVAJ-gwU3w8CVWbKMQyVBHA7XS_mIJ7cC28vKfFkdiectfpgLo-YZvI6gPxw2i5mS9Pqw7U8tS13y41Ue8dLHyRpieyglStjddeJsx8m4RhYyjB6DigZV_hNyeFK6pWGH-jK51S2cEeEV/s4032/novel%20ngunduh%20jiwo.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="ngunduh jiwo" border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVyT9UlEd3hTCIFTMfg0Xzk-UF4EdKpbwxx5tNsrHJJPMd_mGrVAJ-gwU3w8CVWbKMQyVBHA7XS_mIJ7cC28vKfFkdiectfpgLo-YZvI6gPxw2i5mS9Pqw7U8tS13y41Ue8dLHyRpieyglStjddeJsx8m4RhYyjB6DigZV_hNyeFK6pWGH-jK51S2cEeEV/w480-h640/novel%20ngunduh%20jiwo.jpeg" title="novel horor ngunduh jiwo" width="480" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ada berapa salah ketik di halaman ini?</td></tr></tbody></table><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bukannya penasaran sama jalan ceritanya, saya jadi penasaran di halaman selanjutnya ada berapa typo lagi yang bakal saya temui. Sejak menyadari kalau buku ini typo-nya udah ‘kebangetan’, jujur saya udah nggak bisa lagi menikmati buku ini.</span></div></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya menyayangkan sekali, kok bisa… buku yang terbit di penerbit besar sekelas Gagas Media bisa nerbitin buku yang kayak nggak diedit gini. Saya jadi sangsi sama peran editor di buku ini, asli deh.. minimal kalau naskah ini beneran dibaca dan diteliti sama editor, harusnya nggak bakal separah ini typo-nya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Mungkin Gagas Media perlu mempekerjakan lagi seorang proofreader buat ngecekin hasil kerja editornya biar kejadian typo bertebaran nggak lagi terjadi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Yah.. beneran sayang banget nggak sih, saya juga menyayangkan kenapa penulisnya nggak bener-bener nyiapin naskahnya sebaik mungkin. Bayangin, udah berhasil terbit di penerbit sebesar Gagas Media, di mana Raditya Dika juga nerbitin buku di sini. Tapi naskahnya…. ah sudahlah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Kalau masih nggak yakin buku ini typo-nya benar-benar banyak banget. Lihat deh blurb di halaman belakang buku ini aja bahkan ada typo-nya. Bisa dicoba scroll lagi ke atas dan baca ulang blurb-nya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white; font-size: medium;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Jadi, apakah buku ini recommended? Kalau buat saya, jelas enggak. Tapi kalau kalian nggak ada masalah baca buku yang salah penulisannya bertebaran di mana-mana. Ya… saya juga tetep nggak ngerekomendasiin, sih. Tapi kalau kalian pengen baca, ya silakan…</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVYgfur6kkcKJjeomIQD4hqwyoa4B0sY-boeFNFv6atbDMxbQDYfK6mCDL51dCTogEpwOuGGaFjwTe6dXdpveyJnIKDaAiUOqt8rBIy1tXejf6PGxe8rQhzpcEE2SWzm2OG_fpfRSPK3oqEdQCPo9NepnZ4jKVc-ABg2I_bNgUyQDxHIHqin2AUAY7MZzK/s1350/thread%20viral%20ngunduh%20jiwo.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVYgfur6kkcKJjeomIQD4hqwyoa4B0sY-boeFNFv6atbDMxbQDYfK6mCDL51dCTogEpwOuGGaFjwTe6dXdpveyJnIKDaAiUOqt8rBIy1tXejf6PGxe8rQhzpcEE2SWzm2OG_fpfRSPK3oqEdQCPo9NepnZ4jKVc-ABg2I_bNgUyQDxHIHqin2AUAY7MZzK/w512-h640/thread%20viral%20ngunduh%20jiwo.jpg" width="512" /></a></div></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-21203806397972627532023-11-26T23:23:00.001+07:002023-12-14T08:05:55.283+07:00Hari Guru yang Hangat<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="clear: left; float: left; font-family: inherit; font-size: medium; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5e1gID68r0zW7mbBNu9HYXfBvcJ8Hb3mha_ijQQLBo3qT9j1pp6QV1rPiJinrfEzQsAKrzc0khsoQ3yWbOEW7CkAnES0tINWy5RmQZP7M4FWbstPxI_bZzGgfuDQHRL4YKN6yQ1qxvUIhXSqV2I2rNXwLwv1GRsh_ZGnXKGbD4qvlEUKsVqrA9lLJnbcb/s16000/happy%20teacher%20day%20.jpg" /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="background-color: white;">Harusnya sih saya nulis dan posting tulisan ini hari sabtu kemarin, biar momennya pas sama hari guru nasional. Tapi ternyata hari Sabtu kemarin, setelah pulang dari sekolah saya ada acara lain sampe habis maghrib. Pas udah sampe rumah, niatnya rebahan bentar eh malah ketiduran. Jadinya saya baru sempat nulis sekarang tentang hari guru kemarin.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Cerita dimulai dari saya yang berangkat kesiangan ke sekolah, karena memang ada hal-hal yang harus dikerjakan pagi harinya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span><a name='more'></a></span><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Begitu udah sampe di parkiran sekolah, dari kejauhan anak-anak kelas enam udah ngintip-ngintip. Saya curiganya sih, mereka pasti udah ngerencanain sesuatu buat hari guru kali ini. Tapi saya harus masuk kantor dulu karena mesti absen faceprint (walaupun udah jelas telat).</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah naruh tas di meja kantor, saya baru inget kalau kemarin saya dapet tugas buat beli air mineral gelas empat dus buat acara siang nanti. Yaudah akhirnya saya jalan lagi ke parkiran motor. Baru aja duduk di motoran mau masukin kunci, dua anak kelas enam Robi sama Chiko dateng nyamperin.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Mereka langsung nyerocos, “Pak ada yang berantem di kelas pak, Rafa sama Zigas”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Cepet pak, Pak Edo ke kelas suruh berhenti” Robi narik-narik kaki saya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya yang udah tau mereka lagi drama coba tak isengin balik, sambil senyum-senyum saya bilang, “Udah diemin aja dulu gapapa, nanti juga capek sendiri” </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Masa kayagitu pak, cepet pak nanti tambah parah berantemnya” Chiko makin nyerocos.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Akhirnya saya ngalah dan ngikutin mereka ke kelas. Seperti yang udah diduga, begitu saya masuk kelas, anak-anak langsung teriak heboh..</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“SELAMAT HARI GURUUUU”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Mereka nembakin <i>party popper</i> yang mereka bikin sendiri menambah suasana makin meriah. salah satu anak mendekat bawa kue tart. Papan tulis juga ditulis selamat hari guru sama dihias balon.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIcR6QSjj2GouVZdAOCxdG-yCSkac0zAUb9XKFKQlAvKgiVhT8-9jpPmgQSJaI1-e8w8XT2sI47K4ZSvf2qbGsPnc2wGfA7QeEjq85tcwrlLdREGOP2o2NH9v7guV0WAsV-aat_AkvfOMaNzcyDKV3S-p5dorpSz5g0tnILP6cb0EOD1ou9b9NlW9oGwGB/s1156/happy%20teachers%20day.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="happy teacher's day" border="0" data-original-height="867" data-original-width="1156" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIcR6QSjj2GouVZdAOCxdG-yCSkac0zAUb9XKFKQlAvKgiVhT8-9jpPmgQSJaI1-e8w8XT2sI47K4ZSvf2qbGsPnc2wGfA7QeEjq85tcwrlLdREGOP2o2NH9v7guV0WAsV-aat_AkvfOMaNzcyDKV3S-p5dorpSz5g0tnILP6cb0EOD1ou9b9NlW9oGwGB/w400-h300/happy%20teachers%20day.jpeg" title="happy teacher's day" width="400" /></a></div><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Duh… saya udah tau mau di-<i>surprise-</i>in sama mereka. Tapi ya.. terharunya tetep sama. Saya cuma bisa bilang makasih sambil ngusap kepala mereka satu per satu. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Selanjutnya, mereka ngasih korek ke saya buat nyalain lilin di atas kue tart sambil nyanyi “tiuppp lilinnya… tiupppp lilinnya sekarang juuuga… sekaraaang juuga”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Yang kemudian saya interupsi, “bentaarrr.. bentarrr… kan lilinnya belum dinyalain, gimana mau ditiupp?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Yaudah nyalain cepet pak, nyalaiiin” Anak-anak pada nggak sabaran. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Lagi-lagi saya tau, mereka pasti berharap cepet-cepet ditiup lilinnya biar kuenya bisa segera dipotong lalu dibagi-bagi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Okelah… saya niup lilin pagi itu dengan bahagia dan sekali lagi ngucapin makasih ke mereka udah seniat ini. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dzB5Vv7OnxQyP5km1ZWCNaBxJYO3JfMOLHAcBsajIoCtubhdA51BfwFk4ZgiT9Snh0E8e_DNfDoJaqfqwBdYQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sebelum memotong kue, saya kira-kira dulu ini kue tart cukup nggak ya dibagi siswa 1 kelas yang jumlahnya ‘cuma’ 17 anak. Setelah mengira-ngira potongannya. Saya mengajak anak-anak buat hompimpa, buat menentukan urutan pengambilan kuenya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Pagi itu mereka menikmati kue tart bersama-sama dengan bahagia~ </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah itu… saya mulai ngajak anak-anak cerita, atau lebih tepatnya nanya-nanya gimana persiapan mereka, yang ternyata semua udah disiapkan jauh-jauh hari. Setiap anak iuran 10 ribu rupiah tanpa sepengetahuan saya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyGBjDH-59LvJRuiIBkkOlINPB5OEqbHwUBrvZgUIHwr_oyzoJxKYAblbAKHWnGR9r2ZLXPqhfnrhLBYMqst8q7EwWiaHboi0sdD-nNhNXekUhuEJhrM2L81MBrVVdW-9etjrdO_mzQf4SLCbNlmu9Ja3-IdFjuiM0gudWNWRIwSk6xI3SjWhju0VW3Nek/s1600/blog%20hari%20guru.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="selamat hari guru" border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyGBjDH-59LvJRuiIBkkOlINPB5OEqbHwUBrvZgUIHwr_oyzoJxKYAblbAKHWnGR9r2ZLXPqhfnrhLBYMqst8q7EwWiaHboi0sdD-nNhNXekUhuEJhrM2L81MBrVVdW-9etjrdO_mzQf4SLCbNlmu9Ja3-IdFjuiM0gudWNWRIwSk6xI3SjWhju0VW3Nek/s16000/blog%20hari%20guru.jpeg" title="selamat hari guru" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVSkDCEJfssupjn9kfxq7r4FPRVy6DeGHNe9A0dF7cinM2CvPur97994J6gi99Rzr7-UU8oDZTZt_RMXVjYLA3pUOflJj0ngwK8NJjr7Z3W8JcaAYfWvyIWH2QLdPOrUs412E3a_RQVI257nsyV2-EkhpJa7ki0SVFi1VG-1op_c_kVsDSeRNKDwd0sTrl/s1600/hari%20guru%20nasional.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="selamat hari guru" border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVSkDCEJfssupjn9kfxq7r4FPRVy6DeGHNe9A0dF7cinM2CvPur97994J6gi99Rzr7-UU8oDZTZt_RMXVjYLA3pUOflJj0ngwK8NJjr7Z3W8JcaAYfWvyIWH2QLdPOrUs412E3a_RQVI257nsyV2-EkhpJa7ki0SVFi1VG-1op_c_kVsDSeRNKDwd0sTrl/s16000/hari%20guru%20nasional.jpeg" title="selamat hari guru" /></a></div><br /></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Lalu sore hari sebelumnya, mereka datang ke sekolah menghias kelas diselingi aduan dari anak cewek kalau anak cowok dateng tapi nggak ikut bantuin, malah pada main bola di lapangan. Aduan yang saya maklumi, karena saya juga mungkin akan melakukan hal yang sama, mending main bola yang penting udah setor muka.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Yah.. sekali lagi cerita ini membuat hati saya merasa hangat. Sepuluh ribu rupiah buat mereka bukanlah nilai yang sedikit, karena ini bukan sekolah favorit. Sekolah yang anaknya mau berangkat sekolah aja orangtuanya udah alhamdulillah. Masalah nilai sehari-hari nggak terlalu mereka pedulikan. </span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: inherit;">D</span><span style="font-family: inherit;">an mereka melakukan ini untuk wali kelasnya yang kadang suka usil di kelas. Sebenarnya mereka ingat sama hari guru aja saya udah terharu, tapi mereka sampai melakukan ini, saya bahagia.</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah waktu menunjukkan hampir pukul sembilan dan mereka mulai minta buat istirahat (mungkin tenggorokan mereka udah pada seret makan kue tart dan belum minum). Saya bilang ke mereka, “Udah sana pada istirahat dulu, kalau mau beli es tinggal ambil aja di Mas Teguh, bilang aja nanti ditraktir Pak Edo”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Mereka langsung <i>"yeaaay"</i> dan berlarian keluar kelas.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Acara siang itu dilanjutkan dengan makan bersama yang disponsori sama komite sekolah. Beliau dulunya alumni di SD ini dan sekarang udah sukses banget. Sampe bisa nraktir anak-anak satu sekolah yang jumlahnya ratusan lebih dan juga guru-gurunya. Sebelum nraktir makan beliau juga ngasih kuis yang hadiahnya 50 ribu rupiah buat masing-masing kelas dari kelas satu sampai enam. Keren bangettt 😁</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Hujan turun deras siang itu, menahan saya untuk pulang dari sekolah. Dingin hujan yang datang tidak sanggup menghapus rasa hangat di hati hari itu. </span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-41106289250982378952023-11-19T06:41:00.009+07:002023-12-14T08:06:27.143+07:00Pertanyaan Sebelum Memulai Pelajaran<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-hEn8oslCpthE3l4Tuka99coE3bqDqG7TdRLdfPu12wXZMigdQ7eFsM4jfLH7FfvopooRBL8lPom8aIo7JQWiXc830vVZdliKcAJ7n__NCZTkvHEjkr5g9h0ELubzbuTefVA7ttWxGwyj2tIR9Siyyxsk1j7WHlsX348ZQnxqKDbiBZEsNitjX4xTBbVF/s1920/teacher%20keder.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-hEn8oslCpthE3l4Tuka99coE3bqDqG7TdRLdfPu12wXZMigdQ7eFsM4jfLH7FfvopooRBL8lPom8aIo7JQWiXc830vVZdliKcAJ7n__NCZTkvHEjkr5g9h0ELubzbuTefVA7ttWxGwyj2tIR9Siyyxsk1j7WHlsX348ZQnxqKDbiBZEsNitjX4xTBbVF/s16000/teacher%20keder.jpg" /></a></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="background-color: white;">Bisa dibilang saya ini termasuk guru yang suka kepo sama hal-hal pribadi anak-anak di kelas. Mulai dari berapa jumlah kakak mereka, berapa jumlah adek mereka sampai berapa jumlah orangtua mereka. Kalian pasti berpikir kalau orangtua mereka pasti jumlahnya dua kan? Hmm… ternyata nggak juga, beberapa ada yang jumlah orangtuanya cuma satu, beberapa lagi malah nggak punya orangtua karena ditinggal pergi jauh dari bayi dan diurus simbahnya sampai sekarang.</span></span></p><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Gara-gara ini kadang saya suka nggak enak sendiri.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Pernah waktu itu setelah berbaris masuk jam pelajaran pertama, sebelum memulai pelajaran saya iseng nanya-nanya dulu ke anak-anak kelas enam. Berawal dari siapa yang solatnya udah pada lima waktu dan hasilnya cuma dua anak dari 17 siswa. Pertanyaan berkembang kemana-mana.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span><a name='more'></a></span><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Melihat kenyataan kesadaran solat anak-anak ternyata masih minim banget. Kekepoan saya berlanjut kalau di rumah nggak solat mereka dimarahin nggak sama orangtua? Lalu berlanjut lagi, saya tanya satu per satu, “Ayahnya solat nggak di rumah?” lanjut ke pertanyaan, “kalau ibunya, solat nggak?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Jawaban dari mereka tentu beragam. Orangtuanya sebenernya banyak yang solatnya rajin, tapi entah kenapa mereka kurang ‘keras’ aja kalau anaknya lebih memilih nggak solat. Walaupun ya, ada juga yang memang orangtuanya di rumah jarang solat juga.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Di tengah-tengah tanya jawab yang agak maksa itu, tiba gilirannya saya nanya ke siswa yang namanya Dafi, “Kalau Dafi, ayahnya di rumah solatnya rajin nggak?” </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Rajin, Pak…”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Kalau ibunya gimana?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Nggak punya, Pak”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Hah, nggak punya?”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Lalu temen-temennya pada nyeletuk, “Ibunya Dafi udah almarhum, Pak. Meninggal waktu ngelahirin adiknya Dafi. Jangan nanya gitu, Pak… kasian Dafi”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dafi wajahnya mendadak sendu. Udah mulai ke arah mau nangis. Suasana mendadak jadi muram, saya tiba-tiba jadi ngerasa nggak enak. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sementara itu temen-temennya bukannya bikin adem malah pada ngompor-ngomporin. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Hiyah Pak Edot nihh… Dafi jadi mau nangiisss…”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Udah Fi, udah nggak papa… jangan nangis, jangan nangis.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Pak Edot nih.. Dafi jadi mau nangisss”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya baru sadar kalau anak-anak ini pada berbakat jadi provokator. Saya jadi semakin nggak enak karena Dafi wajahnya udah memerah. Udah beneran mau nangis. Nggak mau terjadi situasi berubah semakin ricuh, saya langsung mencoba menguasai situasi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Bentar… bentar…. coba yang lain diem dulu” saya mulai berjalan ke tengah kelas, lalu melanjutkan, “ Ini kalau yang lain pada nggak bisa diem, siap-siap loooh….”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Siap-siap apa, pak?” </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Siap-siap pulang terakhir terus sampai akhir hayat!”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Ah, ya nggak mungkin… palingan nanti juga SMP udah nggak sama Pak Edot.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">“Yaudah, sampai kelulusan SD berarti!”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Anak-anak langsung pada diem. Saya mulai menguasai keadaan. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Lalu kembali menjelaskan, “Ini kenapa anak cowok pada bakat banget sih manas-manasin keadaan? Pak Edot yakin Dafi tuh tadinya nggak papa, cuma kalian langsung pada ngomporin teriak-teriak seolah Dafi jadi anak yang paling malang sedunia.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dengan entengnya Landa lalu nyeletuk, “Tenang Fi, tak temenin, bapakku juga udah nggak ada, nggak masalah… yang penting tetep ganteng.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Saya antara pengen sedih sama pengen ketawa waktu Landa bilang hal itu, sedih karena Landa bapaknya udah nggak ada, pengen ketawa karena Landa jauh banget dari kata ganteng. Anak ini emang suka nyeletuk sembarangan tiap gurunya lagi ngomong.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dafi masih berusaha tetap tegar. Lalu saya jadi ceramah pentingnya solat lima waktu. Alasan kenapa anak harus solat salah satunya ya buat doain orangtuanya setiap hari. Juga buat doain orangtua mereka yang udah meninggal biar diberi tempat terbaik di sisi Allah, diampuni dosa-dosanya, serta biar kuburannya dijadikan taman surga yang indah oleh Allah SWT. Karena doa dari anak itu doa yang paling didenger sama Allah.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Anak-anak langsung pada manggut-manggut. Hari itu saya mendadak ngerasa keren telah menyebarkan kebaikan semampu saya. Perlahan-lahan situasi berangsur normal kembali. Wajah Dafi udah nggak terlihat sendu lagi. Landa semakin merasa dirinya ganteng meski bapaknya udah nggak ada. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Beberapa hari kemudian, seperti biasa saya nanya-nanya dulu sebelum memasuki pelajaran. Saya penasaran sama kemajuan anak-anak solatnya udah pada nambah apa belum dari hasil ceramah saya kemarin. Yang tadinya cuma satu waktu begitu diceramahin, jadi langsung full lima waktu atau ya minimal nambah dulu beberapa waktu lah. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Begitu sampai gilirannya Dafi, sambil meringis dia bilang, “cuma maghrib aja, Pak”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ternyata omongan saya kemarin-kemarin sepertinya nggak mengena sama sekali.</span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-52605246560845133592023-11-01T09:48:00.010+07:002023-12-14T08:07:05.567+07:00Ketar-Ketir Nyetir Mobil<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpLgS1q6JODY4HEJ1RuQld49z3w6PXbYd_UYP1ZPIs_RRtBtZWN75TA9x8izCTueaxBeJfu-WNsIdmGyXsZa4lzbAbmZ-aXsSUtxc-pkItKmHXvBcj0a8As-nLH6gdrsBN4vnuKxSt8ba3IvrLjMrZ_c7Y9mft-KtIZpuRbPOxlyrGjsEeSKxNIulBstME/s1920/cara%20menyetir%20mobil.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpLgS1q6JODY4HEJ1RuQld49z3w6PXbYd_UYP1ZPIs_RRtBtZWN75TA9x8izCTueaxBeJfu-WNsIdmGyXsZa4lzbAbmZ-aXsSUtxc-pkItKmHXvBcj0a8As-nLH6gdrsBN4vnuKxSt8ba3IvrLjMrZ_c7Y9mft-KtIZpuRbPOxlyrGjsEeSKxNIulBstME/s16000/cara%20menyetir%20mobil.jpg" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="background-color: white;">Salah satu hal paling sulit selama ini yang pernah saya jalani adalah latihan nyetir mobil. Mungkin hampir empat tahun lamanya, berkali-kali latihan nyetir mobil sampai gonta-ganti mentor, hasilnya tetep aja jauh dari ekspektasi. </span></span></p><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dari bertahun-tahun yang lalu, ibu saya selalu mengingatkan saya buat belajar nyetir mobil. Sambil menenteng gantungan kunci dompet yang isinya STNK mobil, ibu berkata, “Sana latihan nyetir! Kalau udah bisa nanti bawa ibu keliling dunia, kamu yang nyetir!”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sebuah harapan yang tinggi dari orangtua agar anaknya bisa nyetir mobil. Mendengar kalimat itu, hati saya berdesir, memantapkan hati untuk berjuang latihan nyetir seolah Ibu pertiwi telah memanggil saya dari tidur panjangnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dalam hati saya berkata,<i> “Ya, akan segera kutaklukkan semua setir mobil yang ada di dunia ini dan kubawa ibu keliling dunia dengan tanganku sendiri!”</i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Awal-awal latihan memang terlihat nggak ada masalah, sopir ibu selalu<i> ready</i> ngajarin saya latihan nyetir. Tempat latihan yang dituju tentu saja, tempat yang selalu jadi tujuan<i> orang-orang yang pengen mengajak ibunya keliling dunia sambil menyesap stella jeruk di dalam mobilnya. </i></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sirkuit di Pantai Widuri Pemalang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbeCV7V_XmhpOBjx6qxvXUqXwJ41c6mGPPVtQ8Jb74T57u6wVunHBEZYjLjSpnp_bYUWmJmrU83IISsFZ0IZF_mi-sTP7qWTs2EfLYlnsoUaaLNqw1pJzEQFgFkyU61BSR9PE5UFloiAr3BJIyGB8Uv7jLLxRm265aU_LycOfsNKhonf8fLnoQ6CjACWnK/s690/sirkuit%20pantai%20widuri%20pemalang.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="437" data-original-width="690" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbeCV7V_XmhpOBjx6qxvXUqXwJ41c6mGPPVtQ8Jb74T57u6wVunHBEZYjLjSpnp_bYUWmJmrU83IISsFZ0IZF_mi-sTP7qWTs2EfLYlnsoUaaLNqw1pJzEQFgFkyU61BSR9PE5UFloiAr3BJIyGB8Uv7jLLxRm265aU_LycOfsNKhonf8fLnoQ6CjACWnK/s16000/sirkuit%20pantai%20widuri%20pemalang.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://wawasan.co/news/detail/9984/sirkuit-pantai-widuri-ditawarkan-pihak-ketiga" rel="nofollow" target="_blank">sumber</a></td></tr></tbody></table></div></span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Disitu sering terlihat beberapa mobil berjalan pelan tidak meyakinkan. Seolah dengan kecepatannya yang setara bapak-bapak lagi joging pagi, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi beberapa detik kemudian. Berdiri sejauh 10 meter di hadapan mobil-mobil pelan ini saja sudah membuat was-was karena kita tahu skill pengendara mobilnya sangat <i>noob</i> sekali.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sore itu, saya sudah bersama Om Sugeng, sopir ibu yang berdinas waktu itu. Tanpa banyak pemanasan, Om Sugeng langsung memasrahkan jok kemudinya pada saya. Meminta saya untuk langsung praktek nyetir tanpa ada masa pengenalan lingkungan sebelumnya. Entah itu buat ngelatih mental atau emang udah pesimis aja sama saya, “apa yang terjadi, maka terjadilah.”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Demi menjawab panggilan ibu pertiwi yang suaranya terdengar samar dari kejauhan, penuh konsentrasi saya berusaha nyetir pelan-pelan muterin jalan di sirkuit yang biasa dipake buat balapan motor di hari-hari tertentu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dalam hati saya berseru, “Hm.. sepertinya tidak sesulit yang kubayangkan! Mobil ini akan segera kukuasai!”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Lalu dari arah berlawanan, dari belokan sebuah mobil berwarna putih melaju dengan kecepatan setara bapak-bapak joging. Saya kaget, dalam hati berkata lagi, “Tidak ada yang kutakutkan! Kecuali mobil putih di depan saya ini….. Ya Allah ini gimana nih, ya Allah….”</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dua driver yang sama-sama amatir dengan kecepatan alakadarnya saling berhadapan. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Melihat saya yang tidak punya harapan untuk menyelesaikan masalah di situasi yang pelik ini. Om Sugeng langsung memberikan instruksi untuk membelokkan setirnya ke kiri pelan-pelan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sambil nahan deg-degan, perlahan-lahan saya putar setirnya ke kiri. Sebelum sempat saya luruskan lagi, mesin mobil udah mati duluan. Saya lupa nurunin gigi dua ke gigi satu. Mobil di depan ikutan mati mesinnya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Nyetir mobil dengan transmisi manual adalah salah satu cobaan berat yang muncul dalam hidup saya. Entah apa yang terjadi dengan otak saya, rasanya benar-benar sesulit itu, selalu saja ada masa di mana mesin mobil tiba-tiba mati karena telat ngoper gigi atau karena nggak pas masukin gigi.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Beberapa mobil udah pernah saya coba pakai buat latihan, mulai dari mobil APV, Avanza sampe mobil bak Suzuki Carry juga pernah. Memang sih, kalau mobil udah melaju di jalan, saya bisa bawa dengan santai, tapi kalau udah ketemu sama lampu lalu lintas bawaannya deg-degan parah. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Masalahnya adalah berhubung ini mobil transmisinya manual, jadi waktu mobil mau jalan lagi pas lampunya ijo, tangan sama kaki saya sering nggak sinkron, bayang-bayang mesinnya mati karena kecepetan ngelepasin kopling dan menimbulkan kemacetan pengendara mobil di belakangnya bikin saya nggak pernah bisa tenang tiap di lampu lalu lintas.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Di tanjakan juga, ini jauh lebih serem dibanding mobil berhenti di lampu lalu lintas. Saya suka ketakutan sendiri. Kalau nginjek gasnya kurang kenceng, mobil nggak bisa nanjak, mesin akhirnya mati. Terjebak di tanjakan dengan keadaan mesin mati, rasanya sengsara banget pastinya. Bikin panik level semesta.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Apalagi ngebayangin kalau lagi apes, kejebak macet di tanjakan. Saya nggak bisa bayangin gimana paniknya mesti ngatur kaki sama tangan biar sinkron supaya mesinnya nggak mati. Kalau mesin mati, otomatis tangan kiri juga harus sigap meraih hand rem biar mobil nggak mundur. Begitu mobil dipastikan nggak mundur, tangan balik lagi ke persneling masukin gigi satu, kaki kanan dan kiri harus saling menemukan chemistry-nya biar pedal kopling dan gas bisa dilepas dengan mantap.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Harusnya sih sesimpel itu. Tapi emang, jangankan bisa sampai tanjakan, perkaran ngeluarin mobil mundur dari garasi rumah aja itu bisa jadi sebuah rintangan yang maha berat buat saya. Ngebayangin mobil mundur ke tengah jalan, lalu kanan kirinya banyak pengendara motor dan mobil pada nungguin saya sambil menebak-nebak saya mau ke kanan atau kiri. Lalu mereka mulai ngedumel karena ternyata (lagi-lagi) mesin mobilnya mati.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sebenernya alasan mental saya selemah ini juga karena peran dari ibu saya. Meskipun ibu saya sering ngomporin saya buat latihan nyetir, tapi ibu saya nggak pernah berani buat ngelepas saya nyetir mobil sendirian. Tiap saya mau latihan sendiri muter-muter di jalanan desa, dengan sigap ibu langsung nyuruh supirnya buat nemenin.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Selain itu, saya juga nggak terlalu rutin latihan nyetir. Kadang hari ini latihan, dua minggu kemudian baru latihan lagi, bulan depannya latihan lagi, tahun depannya latihan lagi. Karena peristiwa yang terjadi nggak rutin ini, akhirnya saya jadi nggak lancar-lancar. Tiap udah mulai muncul rasa percaya diri (meskipun hanya sebesar biji zarrah), hari-hari berikutnya malah nggak latihan-latihan lagi. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Gara-gara tingkat perkembangan skill nyetir yang datar-datar aja. Saya bahkan sampai kepikiran, kayaknya nyetir mobil ini jadi salah satu hal yang nggak akan pernah bisa saya kuasai. Meskipun saya rajin mengamati supir ibu tiap mainin kopling dengan kaki kirinya dan tangan kiri di persneling, tetep aja kalau praktek sendiri bikin deg-degan. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Walaupun di suatu momen saya bawa mobil sendiri dari rumah ke jalanan (tentu saja setelah bersusah payah meyakinkan ibu kalau anaknya ini akan baik-baik saja), tetep aja tiap ketemu lampu merah di jalan deg-degannya udah sekenceng speaker Dolby Atmos lagi nayangin opening Netflix.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Empat tahun kemudian (atau mungkin bisa aja sebenarnya lebih dari enam tahun). Saya mulai kehilangan minat buat bisa nyetir mobil transmisi manual. Tiap duduk di sisi supir ketika lagi pergi ke sebuah tempat, saya masih rajin mengamati cara mengemudinya, tapi saya udah nggak berekspektasi tinggi lagi kalau saya bisa nyetir dengan lancar.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Keinginan ibu untuk keliling dunia sepertinya sulit saya realisasikan karena mental saya yang serapuh rengginang. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sejak hari itu, saya punya cita-cita akan membawa ibu keliling komplek dulu, (mungkin) dengan mobil transmisi matic, bukan manual.</span></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-8398032704637385456.post-71363150220275737772023-10-21T19:23:00.005+07:002023-12-14T08:07:26.444+07:00Review Buku - Wentira Kota Gaib<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_BnyW46zqtE_oYSL7p6L4i3AVMz_xKb04-QJcpNh2CfBhF45pnzrq5UkxvNHBISZsqBlk2YSNfetNsVUgU3tKWCA43sylASpumkXq_vUiUUluwzWr344-bE702ysXEiBTbl2KVXj_N9VM9443gj39zijIMfC59TI2gorh2Rp2MOcLo0zDxY1ZnzwxFi43/s1920/review%20kota%20gaib%20wentira%20-%20randu%20alamsyah.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_BnyW46zqtE_oYSL7p6L4i3AVMz_xKb04-QJcpNh2CfBhF45pnzrq5UkxvNHBISZsqBlk2YSNfetNsVUgU3tKWCA43sylASpumkXq_vUiUUluwzWr344-bE702ysXEiBTbl2KVXj_N9VM9443gj39zijIMfC59TI2gorh2Rp2MOcLo0zDxY1ZnzwxFi43/s16000/review%20kota%20gaib%20wentira%20-%20randu%20alamsyah.jpg" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><span style="background-color: white;">Setelah sempat mengalami <i>reading slump</i> yang panjang. Belakangan ini saya jadi suka sama novel-novel horror terbitan Gagas Media. Bahkan, saya jadi rajin kepoin IG sama <i>website</i> Gagas Media buat ngeliat judul horor terbarunya. Dan ternyata, setelah saya liat-liat, hampir semua buku ber-genre horror saya masukkan ke <i>wishlist.</i> </span></span></p><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Novel-novel horror Gagas Media ini memang sengaja saya masukkan ke <i>wishlist</i> dulu karena nggak mungkin tiba-tiba saya langsung beli semuanya. Selain karena harga novel sekarang udah semakin nggak tahu diri, yang kedua saya khawatir pas udah beli banyak,<i> reading slump </i>saya kambuh lagi.</span></div></span><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Jadilah saya mengawalinya dengan membeli 1 buah novel terlebih dahulu berjudul Ningsih sebulan yang lalu, semacam buat tes ombak bisa nggak nih saya selesaiin bacanya. Setelah butuh waktu seminggu untuk menuntaskan novel yang saya beli dengan diskon 20% dan gratis ongkir Shopee. saya mulai mewacanakan untuk berburu novel horror lainnya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Jadilah minggu-minggu kemarin saya beli 3 novel horror dari Gagas Media sekaligus. Ada Parang Maya, Mencari Saranjana (yang sudah review <a href="https://www.edotzherjunotz.com/2023/10/review-buku-mencari-saranjana.html" rel="nofollow" target="_blank">di sini</a>) dan Wentira Kota Gaib.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiATHwsW_-DtdnhBA1VGGBdEeICVNRb1j9U9p9P2hwlKv4TSWPasdbb1xwDkB3ACFHtjzomlAhHLqnN1LXzueUOEcaihPZyES5V3w5p-mKKZVSbSpDEOQGR9P0ZakpULkiNLDDcZW5E_bHU1pcDrMKBvQWg5BOOsXOrWDoVFYPOk3uyDuDvVONqdYEqWIyX/s1280/IMG-20231008-WA0001.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiATHwsW_-DtdnhBA1VGGBdEeICVNRb1j9U9p9P2hwlKv4TSWPasdbb1xwDkB3ACFHtjzomlAhHLqnN1LXzueUOEcaihPZyES5V3w5p-mKKZVSbSpDEOQGR9P0ZakpULkiNLDDcZW5E_bHU1pcDrMKBvQWg5BOOsXOrWDoVFYPOk3uyDuDvVONqdYEqWIyX/w400-h300/IMG-20231008-WA0001.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Awalnya saya memang sekedar tertarik aja sama novel Wentira ini, tapi pas liat nama penulisnya, kayaknya saya ngerasa nggak asing. Setelah diingat-ingat lagi, dan saya pastikan dengan <i>browsing</i> di Google. Ternyata benar, ini adalah Randu Alamsyah yang juga nulis buku ‘Air Mandi Mayat’ yang menurut saya ceritanya menarik.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Butuh beberapa kali ‘duduk’ untuk saya selesai membaca novel Wentira Kota Gaib ini. Mumpung kebetulan pas lagi rajin ‘ngeblog’, saya mau ngomongin novelnya di postingan ini. <b>Tapi sebelum itu, simak dulu blurb-nya:</b></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><p style="border: 0px; margin: 0px; max-height: 1e+06px; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: start;"><span style="font-family: Ubuntu; font-size: medium;">"Wentira daerah misteri di Sulawesi. Ternyata banyak orang memercayai kota gaib Wentira. Sesepuh desa bercerita tentang pesanan-pesanan misterius yang menghilang di wilayah itu. Para kurir pemula biasanya akan kebingungan dengan alamat yang tercantum dalam paket. Namun, biasanya selalu ada penduduk yang menyuruh mereka untuk meninggalkan saja paket di tugu yang menandai gerbang masuk Wentira.</span></p><p style="border: 0px; margin: 0px; max-height: 1e+06px; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: start;"><span style="font-family: Ubuntu; font-size: medium;">Bukan hanya mitos yang melegenda, Wentira diyakini keberadaannya. Tempat tinggal makhluk-makhluk tak kasatmata yang berdampingan dengan sekitar."</span></p></blockquote><p style="border: 0px; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; max-height: 1e+06px; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: start;"></p></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Novel ini ditulis dengan gaya seperti Diary. Dibuka oleh Rio yang ‘seolah’ menulis catatan untuk seseorang yang dipanggil ‘Nay’. Rio ditugaskan oleh yayasannya untuk menjadi relawan di kota Palu yang telah porak poranda karena diterjang Tsunami. Ini adalah tugas pertama Rio sebagai relawan yang tentu saja tidak mudah karena Rio harus segera beradaptasi dan cepat tanggap membantu mencari mayat yang masih terkubur puing-puing reruntuhan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Begitu sampai di Palu, Rio sudah ditunggu oleh seorang cewek bernama Yenda, yang nantinya akan membantu Rio untuk mengenal kondisi dan situasi di kota Palu. Namun, Yenda ternyata tidak bisa benar-benar terus mendampingi Rio sebagai relawan ‘amatir’ karena Yenda juga harus mengurus keluarganya yang juga menjadi korban tsunami.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Rio pun mencoba berbaur dengan relawan lainnya dan bertemu dengan Pak Ismet Loulembah dan juga dr Andi Ratna. Kedua orang inilah yang sering menjadi tempat bertanya bagi Rio selama di kota Palu. Beberapa kali pula, obrolan mereka menjadi terasa horror ketika ngomongin suasana setelah tsunami yang porak poranda.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sampai suatu ketika, Rio ingin pergi ke Balaroa, salah satu tempat yang terkena dampak paling parah oleh tsunami. Tujuannya untuk mencari data sebanyak-banyaknya tentang kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami ini. Mengingat akses kendaraan yang masih jarang, Rio akhirnya bisa mendapat tumpangan ke Balaroa menumpang mobil relawan para dokter, yang salah satunya adalah dr Andi Ratna.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Setelah sampai di Balaroa, Rio segera berkeliling untuk mencari informasi. Hingga tanpa terasa waktu semakin sore, Rio harus segera kembali karena memang suasana Balaroa ketika menjelang malam hari terasa menyeramkan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Namun Apesnya, Rio kehilangan jejak rombongan dr Andi Ratna dkk., sementara Rio nggak tahu jalan pulang dan bingung harus menumpang apa karena jarang sekali ada kendaraan yang masih beroperasi. Rio pun nekat untuk jalan kaki, hingga akhirnya bertemu sebuah mobil misterius yang bersedia mengantar Rio pulang. Meskipun kondisi mobilnya cukup menyeramkan, tidak ada pilihan lain bagi Rio. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Sampai bab berikutnya, sudut pandang karakternya berubah menjadi seseorang yang bernama Nay, cewek yang sering sekali disebut Rio ketika menuliskan catatannya. Nay ini ternyata bernama Nayla, dia rekan kerja Rio sekaligus cewek yang ditaksir Rio.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Nayla harus menyusul ke Palu karena sudah sepuluh hari lamanya Nayla dan yayasan tempat Rio bekerja sudah kehilangan kontak dengan Rio. Merasa ada yang tidak beres dan khawatir terjadi hal-hal yang buruk. Nayla ditugaskan untuk mencari Rio di Palu.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Begitu sampai, Nayla disambut oleh Yenda yang (lagi-lagi) sudah menunggu. Nayla bergegas ke kantor polisi dan setelah berbincang, polisi memberikan tas milik Rio yang telah ditemukan di sebuah tempat dekat gapura. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Di dalam tas itu salah satunya berisi catatan Rio yang ditulisnya untuk Nayla. Berbagai dugaan juga sempat muncul atas hilangnya Rio seperti dirampok atau diculik, tapi dugaan itu tidak terlalu meyakinkan karena tidak ada orang yang menghubungi minta tebusan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Selanjutnya, Nayla harus menginap di sebuah penginapan yang tidak terlalu terdampak tsunami. Penginapan ini tampak sepi, kamar Nayla di lantai dua, disitu hanya ada kamar Nayla yang terisi. Beberapa hal ganjil sempat muncul selama Nayla menginap, namun karena Nayla adalah orang yang tidak percaya akan adanya hantu, Nayla tidak pernah ambil pusing. Nayla selalu berpikir menggunakan logikanya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Dugaan yang paling sering didengar oleh Nayla dari orang-orang sekitar adalah kalau Rio ini hilang karena tersesat di Wentira, sebuah kota gaib yang peradabannya sangat maju. Namun Nayla tidak pernah percaya akan informasi ini. Baginya ada kota yang letaknya gaib itu bullshit banget.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Selanjutnya… apakah Nayla pada akhirnya bisa bertemu Rio? Atau Nayla malah jadi nyasar ke kota gaib Wentira? Cerita selengkapnya bisa kalian baca sendiri bukunya kalau penasaran.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: center;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">☺☺</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Jujur saya cukup <i>excited </i>ketika tahu ini adalah karya terbaru dari Randu Alamsyah penulis novel Air Mandi Mayat karena saya suka dengan buku pertamanya. Gaya penulisannya dalam buku ini juga terasa mengalir apa adanya, benar-benar seperti membaca sebuah buku catatan yang ditulis oleh Rio dan Nayla.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Ada banyak kata yang dicetak miring dalam penulisannya, yang saya bingung buat apa maksudnya? Tapi menurut saya sendiri, setiap kata yang dicetak miring, seperti sedang menegaskan sesuatu yang sedang ditulisnya. </span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Salah satu kelebihan Randu Alamsyah di buku ini adalah dia bisa menutup setiap bab dengan kalimat yang bikin merinding. Bisa dibilang mirip seperti R.L Stine di edisi Goosebumps-nya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Tadinya sih saya berharap bisa membaca petualangan Rio atau Nayla yang tersesat di kota Wentira. tapi ternyata Wentira ini sampai bukunya selesai dibaca ternyata masih tetap menjadi misteri.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><span data-mce-style="font-size: 12pt;" style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;">Btw, untuk yang suka bacaan dengan genre horror novel ini bisa jadi bacaan yang pas banget buat dipilih. Atau.. buat yang udah beli buku Mencari Saranjana dan ternyata penasaran sama cerita tentang kota gaib lainnya, Wentira Kota Gaib ini jadi rekomendasi paling depan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFG4PV3POhgmtIWaa5fv2-violftKViGXFsapDmi-ST2FLbTSZKPhceROF0ab2pYrRKssLIZGDMUK4hbx8bPua0krMXrApV6BhSTh8aXLxpp67rWq_6mNvYnibsSZSUJ1xyUCM2hL2qZQNVfSZFlRjP3iCu0uIzLFWWAhUp_KlOwcI-9nZU_636ubD41qh/s1350/review%20novel%20wentira%20kota%20gaib%20-%20randu%20alamsyah.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFG4PV3POhgmtIWaa5fv2-violftKViGXFsapDmi-ST2FLbTSZKPhceROF0ab2pYrRKssLIZGDMUK4hbx8bPua0krMXrApV6BhSTh8aXLxpp67rWq_6mNvYnibsSZSUJ1xyUCM2hL2qZQNVfSZFlRjP3iCu0uIzLFWWAhUp_KlOwcI-9nZU_636ubD41qh/w320-h400/review%20novel%20wentira%20kota%20gaib%20-%20randu%20alamsyah.jpg" width="320" /></a></div></div></span>Edot Herjunothttp://www.blogger.com/profile/11788997842766521057noreply@blogger.com16