Nonton In Youth We Trust

Ketika lagi gabut siang-siang di bulan puasa, pengen tidur tapi nggak merem-merem, mau main game tapi bosen, saya iseng scroll-scroll Netflix tanpa ekspektasi. Karena film horror Indonesia di Netflix belakangan ini hampir udah ditonton semua, jadi saya nggak yakin bakal nemu film yang menarik untuk siang yang lemas ini.

Pas lagi scroll terus-menerus, ada salah satu judul yang iseng saya klik berjudul In Youth We Trust. Saya membaca deskripsinya sebentar: Pemuda miskin dengan masa kecil bermasalah dipenjara seusai kasus penembakan. Demi bertahan hidup, ia harus berjuang menemukan posisinya di antara geng-geng yang brutal.

Kesan pertama saya membaca deskripsi filmnya cukup menarik juga. Selain film horror, saya juga suka sama film-film berbau tawuran dan hal-hal yang berbau penjara. Bahkan dulu saya sempat rajin banget nonton dokumenter di National Geographic berjudul Breakout, cerita tentang orang-orang yang berusaha kabur dari penjara.

Saya pun coba klik film buat nonton In Youth We Trust, nggak berekspektasi tinggi sih, kalaupun ngantuk ya nanti gampang tidur aja. 

Film dibuka dengan adegan Tangan seorang pria mengasah besi tipis di sebelah bak mandi, suaranya bergesekan dengan batu, memantulkan cahaya samar ke permukaan air yang kotor. Di tempat lain, seorang anak kecil berdiri gemetar di depan kelas, wajahnya menunduk, air matanya menetes ke lantai. Suparb, itulah namanya. Guru terus mendesaknya untuk bercerita tentang pekerjaan ibunya. Beberapa teman tertawa pelan, sementara seorang siswi mencoba membela. Namun, tamparan keras dari sang guru membungkam semuanya. Dengan suara bergetar, Suparb akhirnya mengakui, ibunya adalah seorang pengedar narkoba.

Tahun-tahun berlalu. Di sebuah ruangan gelap dengan cahaya remang-remang, Suparb yang telah dewasa duduk di kursi kayu, wajahnya lebam. Seorang polisi menatapnya tajam, menuntut jawaban. Ia diam. Sebuah pukulan menghantam perutnya, membuatnya terbatuk. Suparb mencoba menahan diri, tapi ingatan itu datang tanpa diminta.

Gang sempit dan kumuh, udara penuh dengan bau busuk kehidupan yang terabaikan. Suparb berjalan pulang, singgah di sebuah warung kecil untuk membeli susu, seperti kebiasaannya. Dua orang preman duduk di sudut, melihatnya sambil menyeringai. Mereka mencemooh, menghina ibunya dengan kata-kata kotor. Darah Suparb mendidih. Dalam hitungan detik, tangannya meraba pinggang, merasakan dinginnya pistol yang selalu ia bawa. Jari telunjuknya bergerak tanpa ragu. Suara tembakan memecah kesunyian, dan tubuh salah satu preman ambruk di tanah, tak bergerak lagi.

Suparb dikirim ke Lembaga Pemasyarakatan Anak. Di dalam truk yang berguncang, ia duduk di sebelah seorang anak bertubuh kurus dengan wajah lembut, Fluke. Matanya redup, tapi bibirnya tetap membentuk senyum kecil. Sesampainya di dalam lapas, rambut mereka dicukur habis, dan Suparb ditempatkan di sebuah sel yang dikuasai oleh Beer, seorang tahanan yang terkenal kejam. Fluke ditempatkan di sel yang sama. Malam pertama, Suparb langsung dihajar habis-habisan karena menolak tunduk pada aturan Beer. Fluke diberi pilihan: melayani Beer atau menghadapi kekejaman seluruh penghuni sel.

Hari-hari berlalu dalam penderitaan. Suparb tetap menolak tunduk, meskipun tubuhnya semakin penuh dengan luka. Makanan hampir tak pernah sampai ke tangannya. Setiap kali ia mencoba bertahan, Boy, tangan kanan Beer, selalu hadir untuk menambah siksaan. Suatu hari, saat para tahanan mandi, Suparb kembali menjadi sasaran. Tubuhnya yang ringkih dihantam ke dinding hingga ia pingsan.

Fluke yang tak tega, diam-diam memberikan sebuah jeruk padanya. Itu adalah pemberian kecil, tapi penuh arti. Namun kebaikan Fluke tak luput dari pengawasan Beer. Di lapangan, ketika semua tahanan berbaris, Beer menyeret Fluke ke depan semua orang, menghajarnya tanpa ampun. Suparb, meski tubuhnya lemah, berusaha bangkit dan membela.

Dari sisi lain lapangan, seorang tahanan lain memperhatikan. Bang Gus, pemimpin sel distrik lain, melihat keberanian Suparb. Bersama Golf, anak buahnya, ia melangkah maju dan menghentikan Beer. Tawaran diberikan—Suparb bisa bergabung dengan selnya, tapi hanya dia seorang. Fluke tersenyum getir menerima nasibnya.

Ketegangan antara geng Beer dan Bang Gus semakin memuncak. Insiden demi insiden terjadi, hingga akhirnya satu tahanan tewas akibat kebrutalan Beer. Tidak ada jalan lain—perang terbuka pecah. Tawuran besar meledak di dalam lapas, darah mengalir di lantai beton yang dingin. Di tengah kekacauan, seseorang tertusuk, tubuhnya jatuh dalam diam yang mengerikan.

Dendam harus dibayar, dan duel satu lawan satu disepakati. Beer dan Suparb berdiri berhadapan, dikelilingi para tahanan di sebuah ruangan yang sempit. Suparb, yang dulu hanya anak kecil yang menangis di depan kelas, kini harus bertarung untuk hidupnya. Pukulan pertama Beer mengenai wajahnya, membuatnya tersungkur. Tapi Suparb bangkit, menangkis, lalu menghantam balik. Duel berlangsung sengit, hingga akhirnya Suparb berhasil menjatuhkan Beer ke tanah.

Di titik itu, ia bisa mengakhiri semuanya. Ia bisa memastikan Beer tak bangkit lagi. Tangannya yang berlumuran darah gemetar. Napasnya tersengal. Untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu yang berbeda—kesempatan untuk berhenti.

Saat para penjaga menyerbu masuk, Suparb tidak melawan. Ia berdiri tegak, membiarkan dirinya ditarik ke dalam sel isolasi bersama Golf. Dalam kesunyian, ia menatap tangannya sendiri, mendengar suaranya sendiri bergema di kepalanya.

Di ruangan itu, Suparb menyadari bahwa takdir menginginkan dirinya untuk berada di lembaga permasyarakatan dalam waktu yang sangat lama.

"Aku selalu berpikir bahwa hidup harus diperjuangkan dengan kekerasan. Tapi mungkin, untuk pertama kalinya, aku ingin mencoba cara lain."

👊👊👊

Film yang diproduksi tahun 2024 ini alurnya berjalan cukup lambat. Tone warna dalam film ini tergambar suram dan agak gelap. Tadinya saya berharap kalau film ini akan lebih banyak menampilkan berantem antar geng yang lebih sering. Namun, itu tadi, karena berjalan cukup lambat, jadi adegan yang muncul lebih banyak di penyiksaan Suparb dan Fluke. Dan juga drama bagaimana Suparb dan Fluke kenapa bisa dijebloskan ke penjara anak ini.

Satu hal yang agak aneh buat saya adalah ketika latar cerita ini ada di lembaga pemasyarakatan anak, namun wajah tahanan-tahanannya kebanyakan terlihat seperti wajah om-om dan bapak-bapak semua. jauh dari gambaran lembaga pemasyarakatan anak. 

Namun satu hal yang paling jelas dari film ini ada pesan bagaimana jangan terlalu menuruti emosi diri daripada harus menyesal 'mungkin seumur hidup'. Seperti Suparb yang terprovokasi oleh dua orang preman tentang ibunya yang akhirnya menghabisi salah satunya dengan pistol. Suparb harus menebus semuanya dipenjara yang keras dan dalam waktu yang lama.

Posting Komentar

0 Komentar