Saya menemukan buku ini di sebuah rak dengan label 'Horor' di Gramedia kota Tegal. Niat awal saya datang kesini hanyalah untuk melihat-lihat buku tanpa ada keinginan membeli karena memang mood membaca saya sedang terjun bebas. Datang ke Rita Mall Tegal untuk nganterin bocil mainan di lantai paling atas, kayaknya nanggung kalau nggak sekalian mampir ke Gramedia, meskipun hanya untuk melihat-lihat.
Buat saya, hal seperti ini sudah cukup memanjakan mata, memang keinginan untuk membeli buku kadang suka muncul, tapi mengingat nggak ada diskon sama sekali dan palingan juga nggak tahu bacanya kapan, saya masih bisa keluar dari Gramedia tanpa membawa apa-apa.
Satu per satu buku horor yang ada di rak saya ambil dan saya baca blurb-nya. Sampailah pada buku Di Balik Jendela ini yang di kaver depannya ada tulisan 'Pemenang 1 Lomba Thriller GPU x GWP'. Tentu saja tulisan tersebut membuat saya membaca blurb-nya dengan lebih serius.
“Semua orang, siapa pun itu, selamatkan diri kalian. Tutup pintu rumah, kunci jendela, jangan berada di bawah sinar matahari, jangan keluar. Kalian harus tetap hidup.” Sela-sela pintu disumpal kain, ventilasi diplester dan dilapis koran. Kalender dinding bekas bergambar kartun yang dulu Omar dapatkan dari TK-nya, sekarang menempel di jendela.
Memandang Omar, mentertawakannya. Menghalanginya dari cahaya matahari sore. Menutup matanya, membungkamnya. Mama bilang, permukiman mereka diserang monster. Sebuah pesawat membawa sekumpulan monster yang memakan semua manusia di bumi. Mungkin sekarang hanya segelintir manusia yang tersisa. Mereka yang di luar harus berjuang untuk hidup. Tapi Mama bilang, mereka bisa bertahan. Asal Omar tidak membuka jendela.
Blurb ini cukup membuat saya goyah yang tadinya cuma pengen lihat-lihat aja jadi tertarik untuk membeli buku ini, apalagi harganya yang nggak sampai 80 ribu seperti novel-novel sejenis yang udah pada mendekati seratus ribuan.
Saya mencoba browsing untuk mencari review tentang buku ini dulu, untuk benar-benar meyakinkan saya, mungkin kali ini beli buku di Gramedia tanpa diskon bukan suatu hal yang tabu.
Saya mendapatkan pratinjau novel ini di pencarian 'buku' di Google. Tadinya memang saya mau ngintip beberapa halaman dari novelnya, tapi karena masih segelan semua saya nggak berani diam-diam bukain plastik bukunya, meskipun dulu, waku masih kuliah di Semarang, saya malah terang-terangan bilang ke mas-mas Gramedia buat minta dibukain plastiknya dan dibolehin.
Saya membaca beberapa sampel halaman di Google dan merasa yakin kalau buku ini ceritanya bakalan menarik. Maka, setelah berdiri sekian menit di rak bacaan, secara sadar saya mengambil satu buku Di Balik Jendela dan membawanya ke kasir.
👇 Isi buku 👇
Dilihat dari premisnya, novel ini memang sesuai dengan genre yang saya sukai, monster. Dulu waktu masih zaman sekolah, saya suka banget baca Goosebumps yang ceritanya kebanyakan tentang teror monster. Maka ketika menemukan buku ini, saya jadi tertarik dengan latar kejadiannya di Indonesia. Saya udah penasaran dengan kenapa ini monster-monster bisa ada di Indonesia, dan bagaimana Lisa, pemeran utamanya bakal bertahan hidup dari serangan para monster dengan keadaan nggak bisa kemana-mana, hanya bisa bertahan di dalam rumahnya.
Memang penulis ingin berusaha untuk memberikan plot twist-nya di terakhiran. Tapi semakin saya membalik halaman, saya mulai bisa menebak kemana alur cerita ini. Mungkin karena sebelumnya saya pernah membaca novel Rumah Lebah karya Ruwi Meita, yang bisa dibilang hampir mirip, tapi yang ini versi monster.
Meskipun pada akhirnya dugaan saya benar dan jadi nggak terkejut-kejut amat. Novel ini berhasil membuat saya penasaran pengen cepat-cepat membaca buku ini sampai selesai. Ide yang bagus menciptakan karakter seorang perempuan yang tadinya terlalu bergantung sama suaminya dan anaknya yang tuli dan bisu, tiba-tiba harus terjebak di rumah, sementara keadaan di luar sana dipenuhi oleh banyak monster.
0 Komentar