Setelah lama sekali saya tidak membeli buku, apalagi membacanya. Saya iseng-iseng mampir ke Gramedia di Rita Mall Tegal, sementara istri sama bocil pergi ke wahana permainan di lantai tiga. Tujuan saya hanya sekedar ngisep aroma buku dan melihat-lihat buku apa saja yang beredar saat ini setelah cukup lama saya nggak ngikutin perkembangan dunia perbukuan.
Suasana Gramedia saat itu memang sangat memanjakan mata dengan banyaknya buku-buku baru yang covernya bikin pengen dibawa ke kasir. Tapi, selain saya sadar kalau saya nggak mungkin membaca buku dengan khusyu dalam waktu dekat, harga buku di Gramedia yang tanpa diskon jadi alasan utama bagi saya untuk sekedar melihat-lihat, mengamati dan kemudian mengecek perbandingan harganya di Tokopedia.
Tujuan utama saya tentu saja ada di rak buku horror. Buku dari Kisah Tanah Jawa masih mendominasi berjejer dengan berbagai judulnya. Saya melihat ada banyak judul buku horor yang baru saya lihat. Padahal biasanya saya selalu tahu kalau ada buku horror terbaru.
Satu per satu saya ambil buku yang masih segelan, ngecek blurb di halaman belakang, lalu ngecek harga di pojok bawah. Ternyata, selain judulnya yang serem, harganya juga ikutan serem.
Pada akhirnya, saya tertarik dengan buku berjudul Manunggal Akar Mula. Selain karena blurb-nya yang bikin pensaran, juga karena ada nama Simpleman di halaman depan yang memang udah biasa nulis horror. Akhirnya, saya meletakkan buku ini ke raknya lagi, lalu naik ke lantai tiga nyusul istri sama bocil.
Sambil nunggu bocil yang lagi mainan, saya browsing buku ini di Tokopedia lalu mencari diskon terbaik dan checkout. Saya tidak perlu meminta bukunya cepat dikirim karena toh saya nggak terlalu terburu-buru pengen baca.
Tiga hari kemudian buku Manunggal Akar Mula ini sampai di rumah. Waktu saya buka segelnya dan membuka halaman pertama, ternyata saya dapat buku yang edisi tandatangannya Simpleman. Saya menyesap aroma buku baru tersebut dengan membalikkan halaman-halamannya secara cepat kemudian meletakkannya lagi. Saya belum tergerak untuk mulai membaca buku ini.
BLURB:
Siapa yang mau mengorbankan nyawanya demi mereka? Pasti tidak ada, bahkan bersinggungan dengan mereka rasanya saja tak sudi.
**
Ini adalah lima kisah dengan misterinya masing-masing. Tentang orang-orang yang dihadapkan pada realitas, hidup tanah yang diselimuti malapetaka. Tak sedikit darah yang menetes, lebih dari itu, sukma mereka pun jadi taruhannya. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menghindari tumbal nyawa ini? Lalu, apa makna "akar mula" di sini sebenarnya? Temukan sendiri jawabannya dalam Manunggal. Dalam dunia seluas ini, manusia tidak mungkin hidup tidak berdampingan dengan hal lain. Kita pasti berbagi tempat dengan makhluk lain walaupun kita tidak bisa melihat keberadaan dan kehidupan mereka. Ada banyak hal misterius dan aneh yang mungkin tidak bisa diterima logika manusia, tetapi nyata dan sering bersinggungan dengan kehidupan kita. Hal misterius dan aneh yang seringkali bersinggungan dengan kehidupan manusia inilah yang membuat cerita-cerita dalam buku ini hadir dan dapat ditulis. Membuktikan bahwa manusia memang tidak pernah benar-benar sendirian menempati dunia. Buku ini terdiri dari 5 kisah yang berbeda, penuh pengalaman mistis dan menyeramkan.
Berikut sekilas inti dari setiap cerpen yang ada di buku ini, yang saya kutip dari blognya ikarireads
1. Griya Susun Pramboedoed karya Simpleman: Cerpen ini bercerita tentang rumah susun yang angker, dimana pemiliki rumah susun ini mendatangkan seorang paranormal untuk mengusir hantu jahat. Tapi setelah aku baca, ternyata ada plot twist yang gak disangka. Vibes horrornya juga sangat terasa dan tentu saja bikin merinding.
2. Tikar Mayit karya Teguh Faluvie: Cerpen satu ini bercerita tentang hantu Leled Samak yang mitosnya sudah ada sejak kita kecil. Karena itulah aku jadi merasa bernostalgia, di mana ketika dulu aku masih senang bermain di samping sungai, orang tuaku selalu melarang karena bahaya ada hantu leled samak ini. Tapi berkat cerpen ini, aku jadi tahu tentang keseluruhan cerita dibalik mitos hantu leled samak ini. Meski memang setiap daerah punya cerita yang berbeda.
3. Perkemahan Malam Jum'at Kliwon karya Nuugro Agung: Cerpen yang satu ini bercerita tentang perkemahan yang diadakan oleh siswa siswi sekolah, dan latar waktunya adalah jurit malam. Dimana memang ketika acara jurit malam, seluruh siswa dan siswi akan ditakut-takuti oleh seniornya. Tapi karena jurit malam ini dilaksanakan pada malam jum'at, banyak tragedi mistis yang terjadi.
4. Penunggu Atap Rumah Tua karya Diosetta: Cerpen yang satu ini bercerita tentang hantu yang ada di atap rumah tua. Meski pada awalnyamembuat merinding, tapi cerita ini punya akhir yang mengharukan.
5. Pesugihan Pengantin Gagar Mayang karya Kalong: Cerpen yang satu ini menceritakan tentang pesugihan yang melibatkan sepasang pengantin. Pesugihan ini dilakukan oleh pelaku usaha dan punya cerita akhir yang bisa bikin kamu tercengang.
6. Kelahiran Bayi Di Desa Terkutuk karya Kucing Hitam: Cerpen ini berkisah tentang sebuah desa di mana setiap bayi yang lahir di desa tersebut akan mengalami cacat lahir dengan gejala yang sama persis. Maka dari itu, desa ini disebut terkutuk. Para tokoh utamanya, berusaha untuk mencari tahu dan malah berujung dengan mencampuri kutukan desa tersebut.
7. Omah Petang Puluh Telu karya Simpleman: Cerpen yang satu ini tentang sebuah rumah berhantu yang dipercayai jika ada orang yang bertahan untuk tinggal di rumah tersebut selama lebih dari 2 tahun. Maka dia akan mendapatkan kebaikan setelahnya.
Dari ketujuh cerita yang selesai saya tuntaskan dalam waktu berminggu-minggu karena mood membaca yang naik turun. Saya paling suka dengan cerita Tikar Mayit, cerita ini berhasil membuat saya penasaran dan larut dalam cerita Joko, seorang kuli bangunan yang kontraknya sudah selesai dan mau balik ke kampungnya bersama Wahyudin temannya. Saat malam hari sampai di kampungnya, Joko harus menyusuri sungai untuk bisa sampai di rumahnya. Sebuah sungai yang gelap yang baru saja menelan korban anak kecil tenggelam dan tubuhnya belum ditemukan.
Meskipun buku ini dibuka dengan sangat baik oleh Simpleman yang endingnya masih menyisakan misteri. Namun sayangnya, Simpleman tidak terlalu berhasil menutup buku ini dengan cerita yang meninggalkan kesan. Saya tahu, Simpleman memang lekat sekali dengan horror yang berbau jawa. Itu sebabnya di cerita terakhir juga judulnya Omah Petang Puluh Telu.
Namun, setelah cerita itu dibaca, saya rasa judulnya memang agak maksa sekali. Karena cerita ini latarnya di daerah Jakarta dengan sebuah rumah besar yang menyimpan misteri dengan nomor rumah empat puluh tiga. Tapi ya... kenapa maksa banget pakai bahasa jawa jadi omah petang puluh telu. Dan nggak diceritain juga latar belakang kenapa rumah ini bisa disebut omah petang puluh telu. Jadi ya... menurut saya, ini emang dipaksain aja biar ada kesan jawa-jawanya.
Oh iya, di blurb buku ini ada kalimat; Lalu, apa makna 'akar mula' di sini sebenarnya? Temukan sendiri jawabannya dalam Manunggal.
Dan sampai saya menyelesaikan buku ini.. saya masih nggak maksud akar mula tuh gimana maksudnya. Dan saya nggak terlalu ambil pusing sama makna akar mula juga. Yang jelas, buku ini bagus dan layak dinikmati untuk pencinta buku horror.
0 Komentar