Berjibaku di Jambore GTK - Wawancara #2

Setelah semalaman nggak bisa tidur nyenyak karena dikabarin Bu Sof, salah satu rekan guru, yang dapat chat WA dari BBGP Jawa Tengah, saya langsung berangkat agak pagi ke sekolah. Meskipun saya tahu berangkat pagi juga nggak akan menyelesaikan apa-apa karena guru lainnya juga pasti belum pada berangkat, tapi rasanya kalau udah sampai di sekolah saya jadi agak tenang. 

Kalau dugaan saya benar, itu artinya tidak hanya temen guru yang dapat chat dari BBGP tapi orangtua siswa dan kepala sekolah harusnya juga dapat. 

Rasa senang dan cemas bercampur jadi satu pagi itu karena harusnya, kalau ada info dari BBGP terkait Jambore GTK, itu artinya saya lolos masuk 10 besar level Jawa Tengah. Cuma masalahnya, sampai teman guru, orangtua siswa dan kepala sekolah dihubungi, saya belum dapat info pengumuman 10 besar. 

Saya jadi kepikiran, jangan-jangan ini tes terakhir untuk menentukan siapa saja yang lolos masuk 10 besar.

Pagi itu saya duduk gelisah di meja kantor, menunggu kehadiran kepala sekolah untuk mengkonfirmasi apakah beliau dapat WA dari BBGP atau tidak. Saya juga nggak sabar nunggu bel masuk sekolah pengen cepet-cepet nanya ke salah satu siswa saya, orangtuanya dapat WA dari BBGP juga apa enggak.

Sebenarnya saya nggak kepikiran kalau BBGP beneran menghubungi nomor-nomor yang saya cantumkan. Ya, saya baru ingat.. ketika mengisi formulir pendaftaran secara online. Disitu memang ada isian yang meminta kontak nomor HP dari salah satu rekan guru, kepala sekolah dan juga orangtua siswa.

Mengingat waktu pendaftaran yang sudah mepet dan ekspektasi saya yang nggak kepikiran bakal diwawancarain segala. Maka saya acak aja memasukkan salah satu kontak orangtua siswa yang saya dapat dari grup kelas.

Ternyata, siapa yang nyangka kalau nomor HP yang saya cantumkan jadi dihubungi sama BBGP buat wawancara terkait keikutsertaan saya di lomba Jambore GTK. 

Beberapa menit sebelum bel masuk sekolah, kepala sekolah datang lalu segera melakukan face print dan menyalami guru satu per satu. Saya langsung menodong beliau, “Ngapunten Pak.. njenengan semalem dapat chat WA dari BBGP mboten?”

“Oh, iya…. saya dapat WA buat wawancara terkait Pak Edo. Nanti siang jam 10-an. Itu acara apa?”

“Sesuai dugaan, Pak. Nanti minta bantuannya ya, Pak.”

Setelah itu saya menjelaskan sedetail-detailnya pada kepala sekolah tentang kemungkinan pertanyaan yang akan disampaikan oleh pihak BBGP melalui video call. Rekan guru yang saya sertakan nomor HP-nya juga menyimak dengan serius terkait teknis wawancara nanti.

Setelah hal ini beres, saya bergegas masuk ke kelas. Menunggu siswa berdo’a dan membaca asmaul husna. Lalu saya memanggil siswa bernama Luthfi.

“Luthfi, ibunya semalem dapat WA masuk nggak yang nyebut-nyebut nama Pak Edo?”

“Oiya, Pak. Mamahku dapat pesan dari BBPJS atau BBB gitu katanya mau diwawancara, tapi sama mamah nggak dibales. Soalnya bingung.”

Waduhhh.. WA dari semalem sampe pagi ternyata belum dibales. Saya jadi cemas jangan-jangan orangtua Luthfi nanti nggak mau wawancara via video call WA. Saya pun minta tolong ke Luthfi buat dianterin ke rumahnya buat ngomong langsung sama mamahnya.

Begitu sampai di depan rumah, saya duduk di kursi teras menunggu Luthfi yang udah masuk ke dalam rumah nemuin mamahnya. Lagi duduk deg-degan, dari dalam rumah saya dengar suara kenceng, “Mama nggak bisa ngomong! Ayah kamu aja sana, bilang ke Ayah!”

Deg. Saya kaget banget! Nggak nyangka kalau bakal mendengar sesuatu yang diluar dugaan.

“Itu, Pak Edo nunggu di depan, Mah. Ngomong langsung aja.”

“Moh, ah.. kasihkan ke ayah kamu aja sana!” 

Saya jadi ngerasa nggak enak banget ada di posisi sekarang ini. Saya udah sampai ke kemungkinan terburuk, kalau orangtua Luthfi ini beneran nggak mau diajak wawancara sama BBGP. 

Disaat saya sedang berpikir keras mencari solusi untuk persoalan ini. Mamah Lutfhfi keluar dengan ramah, berbeda dengan yang saya dengar sebelumnya. Setelah basa-basi sedikit, saya langsung kepikiran, kalau saya pinjam HP-nya dulu buat dibawa ke sekolah karena yang dihubungi BBGP Masuknya ke HP ini. 

Sambil menjelaskan kalau mamahnya Luthfi ini orangnya suka grogi dan nggak bisa ngomong banyak-banyak. Saya pun memaklumi dan segera balik ke sekolah sambil bawa HP-nya.

Saya diizinkan mamah Luthfi untuk membuka pesan dari BBGP yang beneran belum dibales dari semalem, sementara pihak BBGP ingin melakukan wawancara via video call WA sekitar jam setengah sebelas ini.

Di ruang kantor saya berdiskusi dengan kepala sekolah dan Bu Sof untuk memecahkan masalah orangtua siswa yang nggak berani diajak wawancara. Lalu Bu Sof menawarkan orangtua siswa di kelasnya yang kemampuan berkomunikasinya bagus.

Sambil harap-harap cemas, saya menyimak Bu Sof yang sedang mencoba menghubungi orangtua siswa tersebut hingga beberapa kali panggilan sampai akhirnya dapat tersambung.

Setelah menjelaskan secara singkat di HP, setengah jam kemudian orangtua siswa yang dimaksud sudah hadir ke sekolah dengan wajah kebingungan. 

Saya pun menyampaikan maksud dan tujuan pada–kita sebut saja, mamah Livi, kenapa bisa sampai ada di sini. Beruntung, mamah Livi ini ternyata bisa memahami dan untungnya aktif bertanya mengenai aplikasi yang sudah saya buat dan mencoba melihat-lihat fiturnya. 

Pada akhirnya kepala sekolah, rekan guru, orangtua siswa mulai diwawancara oleh orang yang berbeda, di tempat yang berbeda dengan media yang berbeda. Bu Sof dan Mamah Livi pakai video call WA, sementara kepala sekolah pakai Google Meet. 

Ada sekitar setengah jam lebih mereka diwawancara, dan selama wawancara ini berlangsung, deg-degan saya semakin ekstrem. Takut ada jawaban yang nggak pas dan arahnya jadi kemana-mana. 

Setelah proses wawancara selesai. Inti dari semua pertanyaan-pertanyaannya adalah bagaimana karakter saya di sekolah, bagaimana hubungan sosial dengan guru lain, bagaimana pembelajaran di kelas apakah memang sudah menerapkan pembelajaran dengan aplikasi yang saya buat atau baru kali ini aja pas dipakai lomba dan apakah aplikasi yang saya buat ini juga sudah diterapkan oleh guru lain di sekolah?

Pertanyaan selanjutnya adalah.. lalu, setelah ini kelanjutannya bagaimana? Kapan pengumuman fix-nya? Saya baru sadar kalau dari pagi belum makan sama sekali saking deg-degannya.

Sore harinya, ketika saya masih rebahan sambil harap-harap cemas. Saya justru dikabari salah satu temen kampus kalau nama saya ada di daftar 10 besar kategori GTK Inovatif SD melalui instagram @bbgpjateng. 

Posting Komentar

0 Komentar