Pengalaman Klaim Voucher Kompensasi Keterlambatan Penerbangan Garuda Indonesia


Beberapa waktu lalu, setelah jemput kakak pertama dan suaminya pulang haji di bandara Ahmad Yani Semarang yang harusnya jam empat udah sampai, ternyata jam sembilan malam justru baru mendarat pesawatnya. 


Keesokan harinya, kakak saya minta tolong ke saya buat ngurus voucher kompensasi penerbangan dari Garuda Indonesia ke bank BRI yang saya sendiri juga nggak tahu caranya. Nominalnya lumayan sih, tiga ratus ribu per tiket.


Setelah saya baca voucher klaimnya, sepertinya saya hanya perlu datang ke bank BRI, nunjukin voucher klaimnya sambil bawa identitas diri, dikasih uangnya, terus pulang. Sesimpel itu.


Siangnya, saya pun berkunjung ke Bank BRI cabang Pemalang. Sepertinya hari itu saya sedang beruntung, menjelang jam dua belas siang, suasana tidak terlalu ramai, saya langsung disambut satpam yang menanyakan keperluan saya mau ngapain.


Setelah saya jelaskan, Pak Satpam seperti kebingungan, lalu meminta voucher milik saya dan menyerahkannya ke teller, saya diminta nunggu sebentar.


Selang beberapa menit kemudian, Pak Satpam datang lagi, nanya ke saya punya aplikasi BRIMO nggak. Saya jawab nggak punya, meskipun pernah punya, tapi itu udah lumayan lama, rekening saya tertutup dengan sendirinya karena nggak pernah ada saldonya.


Selang beberapa menit kemudian, Pak Satpam balik lagi, minta saya menemui tellernya. Wah udah bisa cair nih, saya udah mulai seneng aja karena prosesnya ternyata cepet banget. 


Teller kemudian menjelaskan kalau dia baru pertama kali lihat kasus klaim voucher penerbangan semacam ini. Dalam hati saya, masa sih orang BRI-nya sendiri nggak tahu kalau ada kebijakan semacam ini yang kerjasama dengan pihak Garuda Indonesia. Karena di vouchernya itu ada tulisan, voucher ini bisa ditukar di BANK BRI cabang seluruh Indonesia.


Tapi pada akhirnya saya maklum, karena memang saya ada di kota kecil yang nggak ada bandaranya. Yang kalau lihat pesawat atau helikopter lewat anak-anak kecilnya masih suka teriak-teriak minta duit ke pesawatnya.


Siang itu saya pulang dan diminta teller buat buka website maritukar.com, mungkin pencairannya bisa lewat situ. Okelah, siang itu saya balik lagi ke rumah kakak dengan hasil yang nihil.


Di rumah, saya penasaran dan langsung coba buka website maritukar.com, tapi ternyata websitenya nggak bisa dibuka. Awalnya saya kira faktor jaringannya, tapi dibuka beberapa kali pakai koneksi wifi yang berbeda tetap aja nggak kebuka.


Saya pun coba baca-baca lagi instruksi di vouchernya, disitu ada nomer costumer service yang tertera. sempet males sih kalau harus nelfon CS karena seringnya yang jawab template dulu, lalu baru disuruh tekan angka sekian buat ngomong sama CS, lalu nunggu tersambung setelah itu ditanyain identitas yang berbelit-belit. Tapi karena penasaran, yaudah deh saya coba buat nelfon CS.


Alhamdulillah, ternyata saya bisa langsung terhubung dengan CS dan langsung tanya alur pengambilan voucher kompensasi penerbangan lewat BRI, saya juga jelaskan kalau pihak BRI sendiri nggak tahu cara mencairkan vouchernya. Tanpa prosedur berbelit-belit, mbak-mbak CS langsung responsif dengan mengatakan akan mengirim cara pencairan vouchernya lewat WA, setelah itu saya hanya diminta menunjukkan WA tersebut ke teller BRI nantinya.




Dua hari kemudian, saya datang lagi ke BANK BRI sekitar jam 11 siang. Nggak seperti kemarin, antrian hari itu ternyata lumayan juga, saya mesti nunggu sekitar delapan orang buat dapat giliran nemuin teller BRI.


Setelah nunggu sekitar setengah jam, saya akhirnya bisa berhadapan dengan teller BRI yang berbeda dari teller sebelumnya, saya sampaikan lagi maksud tujuan saya kesini yang disambut dengan raut kebingungan tellernya. Tapi saya nggak terlalu was-was nggak bisa cair lagi, karena setelah tellernya keliatan bingung, saya tunjukin WA dari CS asuransi voucher ke tellernya.


Setelah dibaca dan diskusi dengan teller sebelahnya, teller tersebut mulai mengikuti instruksi yang ada di WA. Saya sempet denger tellernya ngomong, “ini kalau tak lakukan penarikan, nanti disini min nggak ya, saldonya?”


Lalu teller sebelahnya ngomong, kasih slip penarikan aja biar tandatangan.


Dan selang beberapa menit kemudian, saya berhasil mencairkan voucher kompensasi keterlambatan penerbangan dari Garuda Indonesia sebesar enam ratus ribu.


Sebelum pulang, saya bilang ke mas tellernya, “Makasih ya mas, lumayan kan mas, ini bisa jadi gambaran kali aja ke depannya ada yang mau klaim voucher kompensasi lagi.”


Mas tellernya jawab, “Iya Pak betul sekali“, sambil tertawa lega.


“Kalau begitu, ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?”


Tadinya saya mau minta, “Bisa bantuin kerjain adminstrasi kelas saya juga mas? Bikin RPP berdiferensiasi buat tahun ajaran baru ini.” Tapi saya nggak tega.


Posting Komentar

2 Komentar

  1. Wah..sayapun hanya sekilas-seklilas aja denger ada bisa cairkan kompensasi penerbangan pesawat yg terlambat ya mas, apa saya yang kudet ya 😀tapi makasih infonya,biar tambah paham

    BalasHapus
  2. Eh ya serius ada redem kek gini, mungkin untuk keterlambatan tertentu dan tujuan tertentu pula kali ya mas. Alhamdulillah deh bisa klaim tanpa penolakan -meskipun diawal gitu sih- kassarannya

    BalasHapus