Setelah sekian lama tidak ada progressnya. Saya mencoba mengisi kembali rubrik #Ngomel a.k.a Ngomongin Novel di blog ini. Nah, untuk edisi kali ini saya mau ngomongin novelnya Agus Mulyadi. Seorang blogger asal Magelang yang sebelumnya sudah menerbitkan tiga buku (kalau nggak salah).
Sebenarnya sudah lama saya absen beli novel dengan genre komedi. Alasannya karena pertama, harga novel yang semakin hari semakin mahal. Kedua, buku komedi sekarang sudah semakin susah dicari. Ketiga, kalaupun ada novel genre komedi, saya nggak tahu bukunya beneran lucu apa enggak.
Ya.. buku komedi di era hoax
seperti sekarang ini memang terlihat memprihatinkan. Hidup segan, mati pun
enggan. Sejak era keemasan selebtweet
berakhir, buku komedi jadi ibarat seperti HP Nokia. Dulunya sangat digemari,
sekarang benar-benar ditinggalkan.
Dulu, waktu masih jadi mahasiswa.
Hampir setiap ada novel komedi terbaru saya selalu menyempatkan diri untuk beli
setelah beberapa hari rela mengakrabkan diri dengan mie instan. Sekarang,
disaat novel komedi begitu jarang muncul. Sekalinya ada, saya sering ragu buat
beli. Khawatir bukunya garing, padahal harganya mahal.
Beberapa waktu yang lalu, disaat
saya refreshing ke kota Tegal dan
menyempatkan mampir ke Gramedia Rita Mall. Mendadak saya jadi kangen sama novel
genre komedi. Beberapa rak buku coba saya puterin, tapi belum ada satu pun novel
komedi yang membuat saya tergoda.
Sampai akhirnya, setelah saya
jongkok dan mengais-ngais rak buku kedua dari bawah. Saya menemukan buku Agus
Mulyadi yang berjudul Lambe Akrobat. Sebelumnya, saya sempat lihat beberapa
kali buku ini lewat di linimasa Twitter saya.
Agus Mulyadi bukan seorang yang
asing buat saya karena saya juga sudah membaca dua buku Agus Mulyadi sebelumnya
yang berjudul Jomblo Tapi Hafal Pancasila
dan Bergumul dengan Gusmul. Dua
bukunya itu adalah hasil dari tulisan yang pernah ditulis di blognya lalu ditambah
dengan beberapa tulisan baru.
Sebenarnya saya bukan pembaca
setia blognya Agus. Bahkan jarang sekali saya berkunjung ke blognya Agus.
Karena itu, bagi saya walaupun tulisan di buku Agus ini merupakan kumpulan dari
tulisan blognya, bagi saya itu nggak masalah.
Setelah meyakinkan diri untuk
beberapa saat akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku Lambe Akrobat dan
satu lagi bukunya Fico Fachriza yang berjudul Puncak Nasi Tumpeng.
Alhamdulillah... akhirnya memang saya tidak menyesal membeli buku
Lambe Akrobat ini. Baru beberapa lembar baca aja, buku ini sudah berhasil untuk
membuat saya cengar-cengir. Memang, salah satu ciri khas Agus yang saya suka
adalah Agus punya banyak sekali kosakata dalam menulis, diksinya bikin geli.
Hal itu dipadukan dengan campuran bahasa jawa Magelang yang membuat saya jadi
semakin betah membaca.
Di buku Lambe Akrobat ini ada dua
bab utama, yang pertama Keluarga Hansip
dan yang kedua Marcopolo dan Geng Koplo.
Bab pertama terbagi lagi ke dalam
tujuh belas cerita yang menceritakan suka duka sebagai keluarga hansip. Yang
juga lebih berfokus menceritakan betapa superiornya bapak Agus yang bernama
Trimo Mulgiyanto.
Dua halaman di bab pertama yang
berjudul Seni Menjawab dengan Taktis
sukses membuat saya cengar-cengir. Jadi, ceritanya Agus ini merasa punya
firasat kalau bapaknya sebenarnya punya bakat untuk menjadi seorang tokoh
besar. Seperti tokoh-tokoh besar lainnya yang kalau mendapat pertanyaan mendadak
selalu bisa menjawab dengan santai dan penuh makna. Begitu juga dengan bapaknya
Agus.
Ketika itu Agus bertanya, “Pak,
apakah bapak bisa bertahan hidup selama seminggu dengan uang lima ratus
rupiah?”
Sang Bapak menjawab dengan
mantap, “bisa.”, lalu Bapak melanjutkan, “Lima ratus tak belikan aqua gelas.
Airnya tak minum, terus gelasnya buat ngemis.”
Saya mendadak cengar-cengir dan
ikutan yakin Bapaknya Agus ini memang punya bakat untuk jadi orang besar.
Cerita tentang bapaknya Agus ini
memang unik dan haha banget. Mulai dari bapaknya Agus yang pernah dihukum sama
tentara karena suatu hal, tentang bapaknya Agus yang hampir pernah ikutan yang
namanya pesugihan terlarang sampai Agus kecil yang pernah sengaja ditinggalin
bapaknya di sebuah kebun dan akhirnya Agus jadi sakit-sakitan karena katanya ‘kesambet’.
Saya yakin, tidak semua orang
bisa menceritakan kisah bapaknya sendiri dengan gaya penulisan yang nyentrik
ini. Saya yakin juga, tidak semua orang punya bapak yang kisahnya banyak ajaib
seperti bapaknya Agus ini.
Bab utama yang kedua, Agus banyak
menceritakan tentang Marcopolo dan Geng Koplo. Salah satunya ada cerita
berjudul Tawakal Kaum Gentho yang menceritakan tentang salah satu pertandingan
panas klub sepakbola kebanggaan kota Magelang yaitu PPSM melawan Persis Solo.
Seperti yang sudah bisa ditebak
ending khas liga sepakbola Indonesia. Kedua pertandingan ini pun berakhir
ricuh. Teman Agus yang bernama Marcopolo tentu saja tidak mau ketinggalan untuk
ikut berpartisipasi di acara tawuran massal ini.
Paijo, teman Marcopolo yang
khawatir akan hal-hal buruk di momen tawuran ini. Mengingatkan Marcopolo dengan
berkata, Ojo kemajon, Su, kowe ki ra nganggo helm, keno watu bocor ndasmu,”
Namun seakan tidak takut
menghadapi kemungkinan terburuk dari insiden tawuran ini. Marcopolo
mengeluarkan sabdanya yang penuh bobot, “Mati-urip ki nang tangane Gusti Alloh,
ora nang tangane Pasoepati, Su!”
Luar biasa, sekali.
Secara kesuluruhan buku yang diterbitkan oleh Mojok ini ada
cukup banyak bab yaitu 33 bab. Maklum aja sih, soalnya setiap bab rata-rata
ceritanya tidak terlalu panjang. Walaupun begitu, semuanya selalu enak dibaca.
Di akhir buku ini juga ada
semacam kamus kecil-kecilan buat yang nggak paham sama bahasa jawa yang dipakai
dalam buku ini. Mungkin, buat orang yang nggak ngerti bahasa jawa, jadi kurang
bisa menikmati isi buku ini karena kendala bahasa. Tapi buat orang yang paham
bahasa jawa. Buku ini nggak ada salahnya buat dijadikan salah satu buku yang
layak buat dibaca.
2 Komentar
Nearly each time there's a new comedy novel, I continually make an effort to buy it after some days of being inclined to familiarize myself with instantaneous noodles. Now, when comedy novels appear so hardly ever.
BalasHapusImmigration Consultant Dubai
Immigration Consultants Dubai
Aku baru memulai review buku juga Kak. Buku pertama ya karya Mas Agus Mulyadi ini. Salam kenal ya.
BalasHapus